Inevitable Fate [Indonesia]

Kepahitan Bagi Akeno



Kepahitan Bagi Akeno

0Nanika wo kaeru koto ga dekiru no wa (Apakah kau berharap dapat mengubah apa pun)     
0

Nanika wo suteru koto ga dekiru mono (Apakah kau tega untuk membuang apa pun)     

- Guren no Yumiya by Linked Horizon - OST. Attack on Titan -     

==========     

Akeno menatap Jyuto yang di hatinya sudah berstatus mantan kekasih. "Ada apa ingin bertemu denganku, Jyuto?"     

"Akeno … kenapa kau keluar dari apato kamu? Di mana kamu sekarang? Aku boleh ke sana, ya kan?" Jyuto membombandir Akeno dengan pertanyaan.     

Menggeleng pelan, Akeno menjawab, "Maaf, Jyuto, tak bisa. Aku tak bisa memberitahukan alamat apato baruku."     

"Kenapa? Kenapa tak bisa?" Jyuto merasa heran.     

"Yah, itu … itu adalah apato milik ayahku yang diberikan untukku, dan tentu saja dia atau ibuku akan sesekali berkunjung ke sana. Akan sangat canggung jika nanti mereka melihatmu di sana, kau paham, kan?" Akeno berhasil mencari alasan terbaik yang bisa dia pikirkan saat ini.     

Walaupun sebenarnya itu sangat mustahil kedua orang tuanya akan berkunjung ke hunian dia, namun menurut Akeno, biarlah berbohong, dari pada Jyuto mengganggunya lagi.     

"Bagaimana kalau aku belikan apato di dekat apato lamamu? Yah! Agar kita bisa bertemu seperti biasa!" Mata Jyuto menyala akan harapan.     

Sekali lagi, Akeno menggelengkan kepalanya dan dengan terpaksa dia membeberkan misi utama dia datang ke kafe ini. "Jyuto, dengarkan aku."     

"Ya?" Di hati Jyuto mendadak ada rasa tak nyaman. Ada apa ini?     

"Jyuto, aku mengucapkan banyak minta maaf sebelumnya." Akeno menatap penuh memohon ke mantan kekasih gelapnya.     

"Hah? Ada apa? Kenapa meminta maaf? Akeno-"     

"Aku ingin kita berhenti," potong Akeno sebelum Jyuto mulai meracau panik.     

"Hah? Berhenti? Maksudnya?"     

"Berhenti. Aku ingin putus darimu, Jyuto. Aku benar-benar ingin putus darimu." Akeno pun menunduk ber-ojigi sembari duduk sebagai rasa terima kasih dan juga memohon maaf. "Maafkan keputusanku ini dan terima kasih untuk segala cinta yang kau berikan, tapi … aku benar-benar tidak bisa melanjutkan lagi hubungan kita."     

Jyuto melongo. Kenapa bisa begitu? Apa ini maksudnya? Bukankah dia bertemu Akeno malam ini agar Akeno bisa menghibur dia tatkala istrinya bertingkah padanya? Kenapa malah Akeno ….     

"Jyuto?" Akeno menatap bingung ke mantan kekasihnya yang mematung saja.     

"A-Akeno … jangan begitu, aku … aku mohon jangan berhenti, Akeno. Aku tak bisa. Akeno … Akeno, jangan putuskan aku. Jangan, Akeno, aku mohon!" Jyuto lekas meraih tangan Akeno. "Kalau kau tak ada, siapa yang menemaniku? Kaulah satu-satunya yang bisa menghiburku ketika aku galau-"     

"Itulah kenapa aku ingin kita selesai, Jyuto!" Akeno tak tahan lagi. "Kau hanya menjadikan aku sarana penghiburanmu terus dan terus! Ketika kau kesal dengan istrimu, kau lari ke aku. Ketika Ayumi bertingkah menyebalkan, kau datang ke aku. Selalu begitu dan itu saja polanya. Aku bosan! Bosan dengan hubungan semacam itu!"     

"A-aku … baiklah, Akeno … aku akan menceraikan-"     

"Tidak usah!" potong Akeno. Lalu melanjutkan, "Bahkan aku akan lebih marah dan membencimu apabila aku kau jadikan alasan untuk menceraikan Ayumi!"     

Ya, Akeno juga merasa dia terlalu keji apabila menjadi penyebab perceraian pihak lain. Dia juga wanita. Dia pun pastinya tak ingin sakit hati karena kekasihnya menyentuh dan mencintai wanita lain.     

Dengan pemikiran ini, akhirnya Akeno memutuskan semua benang kusut hubungannya dengan Jyuto. Benar-benar takkan ada masa depan bahagia bagi dia dan Jyuto meski lelaki itu menceraikan istrinya sekalipun.     

"Akeno … tolong jangan putuskan aku, tolong jangan. Yah! Ayo kita bersama lagi seperti biasanya. Aku janji, aku takkan datang hanya ketika aku sedang kesal ke Ayumi saja, aku akan datang meski aku sedang baik-baik saja dengan dia, oke!" Tangan Akeno masih digenggam erat di atas meja oleh Jyuto.     

Menarik tangannya secara tegas, Akeno menggelengkan kepala. "Cukup, Jyuto. Aku tak bisa lagi digoyahkan mengenai ini. Aku bersumpah, ini memang sebuah keputusan terakhir yang telah aku renungkan matang-matang."     

"Akeno …" Jyuto menatap putus asa ke Akeno.     

"Jyuto, saranku … ini terbaik bagimu … kembalilah dan perbaiki hubunganmu dengan Ayumi. Bicarakan secara baik-baik dengannya mengenai keluhanmu, sampaikan dengan selembut mungkin, pasti dia akan mengerti dan mau berubah untuk rumah tangga kalian."     

Namun, Jyuto menggeleng. Ayumi berubah? Bicara pada istrinya mengenai itu? Tidak mungkin berhasil dengan baik. Dia sudah mengenal baik watak bossy istrinya yang sebenarnya telah dia ketahui sejak mereka pacaran, namun Jyuto terlalu buta dan menganggap itu hanya sikap manja menggemaskan dari Ayumi saja setiap wanita itu menginginkan sesuatu dengan rengekan dan wajah lucunya.     

Gemetar karena terguncang, Jyuto pun menunduk. Mereka tidak lagi berbincang karena Akeno ingin segera pulang ke apato barunya.     

"Aku … aku antarkan, yah!" tawar Jyuto. "Aku menerima keputusanmu. Baiklah kita putus, baiklah. Tapi, ijinkan aku mengantarmu."     

"Tidak usah, Jyuto. Aku bisa naik bus." Akeno menolak. Menyetujui Jyuto mengantar dia hingga ke apato barunya? Memangnya dia tolol?     

Karena Jyuto terus mendesak ingin mengantar, dikarenakan iba, Akeno pun setuju. "Tapi hanya sampai ke perhentian bus dekat sini saja, yah!" Menurutnya, itu akan aman-aman saja. Toh ini Ikebukuro, sedangkan apato barunya ada di pusat kota Tokyo. Meski tidak terlalu jauh, namun sudah berbeda kawasan.     

Jyuto pun mengangguk. "Baiklah, hingga ke perhentian bus saja."     

Lalu, mereka berdua keluar dari kafe dan Akeno masuk ke dalam mobil Jyuto. Selama di perjalanan, keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing.     

Tiba di taman dekat perhentian bus, mobil dihentikan di tepi taman yang agak sepi. "Akeno, kau sungguh tak ingin kembali lagi padaku?"     

"Maaf, tak bisa, Jyuto." Akeno menggeleng dan hendak keluar dari mobil itu. Namun, dia terkejut ketika mendadak tubuhnya ditarik paksa dari belakang. "Awhh! Jyuto!"     

Dengan cepat, Jyuto menarik kasar Akeno dan mengunci pintu dengan central-lock, setelah itu dia mendorong gadis itu hingga Akeno terhempas ke kabin belakang.     

Jyuto segera menyusul ke jok belakang dan merenggut tengkuk Akeno, memaksa mencium bibir Akeno sambil tangannya merogoh paha untuk berhenti di pangkal paha mantan kekasihnya. Kebetulan malam itu Akeno mengenakan rok panjang, memudahkan Jyuto ketika ingin menyusupkan tangannya ke dalam sana.     

Akeno meronta, "Jyuto, hentikan! Stop!"     

"Ingin putus? Enak saja, Akeno! Apa kau tahu seberapa besar aku mencintaimu? Apa aku harus menunjukkannya padamu sekarang? Hah?!" Jyuto merebahkan paksa Akeno di jok sambil tangan kiri dia mencekik leher Akeno dan tangan kanan mengurai resleting celananya sendiri.     

"Jyuto, stop! Aku tak mau! Tak mau!"     

PLAKK!     

Tamparan diterima begitu keras di mulut Akeno. Jyuto membentak, "Diam dan patuh!"     

Akeno yang terkejut, melongo dan …. "Arghh! Jyuto! Tidak mau!" Ia meronta lagi ketika Jyuto melesakkan paksa batang jantannya ke liang dia.     

Tak perduli dengan teriakan Akeno, Jyuto terus saja memompakan miliknya kuat-kuat ke Akeno. "Hanya kau harapanku, Akeno! Tapi kenapa kau kejam begini? Kenapa?!"     

"Arkh! Harkh! Jyuto, stop! Sakit!" Akeno mencoba meraih Jyuto, hampir kehabisan napas karena dicekik.     

PLAKK!     

Lagi-lagi dia menerima tamparan. Jyuto memperkosa Akeno dengan brutal di mobil.     

==========     

lyrics source = Furahasekai     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.