Inevitable Fate [Indonesia]

Serangan Pisau (lagi) ke Reiko



Serangan Pisau (lagi) ke Reiko

0Dark cloud in my heart is (Awan gelap di dalam hatiku adalah)     
0

Harewatari michi ni hikari wa sashita (Cahaya yang menyinari jalan di cuaca cerah)     

Let's fight osore wa nai (Mari bertarung, aku takkan takut)     

Moroha no tsurugi furikazashita (Mengayunkan pedang yang bermata dua)     

- In My World by ROOKiEZ is PUNK'D - OST. Blue Exorcist -     

==========     

Selama beberapa hari ini, semua terasa damai dan tentram saja bagi Reiko. Dia bersemangat menjalani hari-harinya mempelajari cara-cara membuat croissant dan itu tentu saja menambah ilmu baru baginya.     

Mungkin yang sedikit mengganggu hanyalah mengenai tingkah polah Eiji saja yang terkadang menggoda dia. Lelaki itu sudah dikenal sebagai playboy di Magnifico dan senang merayu para pekerja wanita di sana.     

Tentu saja Reiko tidak pernah menanggapi rayuan-rayuan Eiji. Dia tak mungkin luluh hanya karena seorang Eiji saja. Dia sudah memiliki pria yang jauh lebih mengagumkan ketimbang Eiji, ya kan!     

Tetapi, meski Reiko sudah berusaha menghindari ataupun mengabaikan Eiji, pria itu seperti makin tertantang dan terus menempeli Reiko setiap ada kesempatan.     

Hal ini tidak saja membuat Reiko risih, tapi juga memancing cemburu dari para fans Eiji. Lelaki itu memang playboy, namun karena dia tergolong tampan, maka banyak pekerja Magnifico yang mengidolakan dia meski hanya segelintir, karena masih lebih banyak yang mengidolakan Yuza atau Shingo.     

Kemungkinan besar, para pekerja Magnifico yang sebagian besar usianya masih 20-an, mereka membenci Reiko hanya karena Reiko dekat dengan Yuza dan Shingo yang mereka idolakan.     

Terkadang memang perempuan itu aneh. Mereka dengan mudahnya membenci pihak lain jika pihak lain tersebut dekat dengan idola mereka.     

Toh juga, Reiko tidak berlebihan dalam berteman dengan Yuza dan Shingo. Tak ada kontak fisik seperti bergandengan tangan atau saling merangkul, tapi tetap saja mereka membenci karena menjadi pembenci adalah hal yang sangat mudah!     

"Ugh! Kenapa sih Eiji-san terus saja lengket ke jalang busuk itu?" Salah satu pekerja melirik kesal ke Reiko ketika melihat idolanya mencari-cari kesempatan berdiri berdampingan dengan Reiko di jam kerja.     

"Lebih baik kau lekas amankan Eiji-mu jika tidak ingin menyesal!" provokasi yang lain.     

Bisik-bisik semacam ini sudah mulai lumrah di Magnifico. Lingkungan kerja yang tadinya tentram, mulai guncang karena kehadiran Reiko. Semua itu hanya memiliki satu penyebab dan sumber, Erina.     

Erina adalah provokator yang manipulative yang menyebabkan Reiko menjadi pusat dari kebencian banyak pekerja wanita di Magnifico hanya karena cemburu tak bisa mendapatkan Yuza.     

Memang, perempuan yang cemburu itu menakutkan, bukan?     

"Reiko-san, apa kau tahu, hari ini kau begitu cemerlang melebihi mentari?" rayu Eiji seperti biasanya sambil mereka berdiri berdampingan.     

Reiko mengeluh dalam hatinya. Ingin pindah namun tak enak hati. Ia pun bertahan. Toh, Eiji selama ini hanya melemparkan kata-kata rayuan saja, tidak ke tahap kontak fisik, jadi tak apalah cukup abaikan saja.     

"Oh ya, Reiko-san, kau asli mana? Tinggal di mana? Sepertinya aku sering melihatmu naik bus." Eiji belum menyerah dan terus berbicara ke Reiko.     

"Eiji-san, bisakah kau bekerja dalam diam? Jangan mengganggu pekerja lain!" tegur Kaito sebagai ketua grup. Dia sudah jengah dengan kecerewetan Eiji ke Reiko sejak pagi tadi.     

"Kai-san, jangan mengganggu proyek masa depanku ini, oke?" erang Eiji ke Kaito yang berdiri di seberang dia.     

"Proyek masa depan yang harus kau pikirkan adalah bagaimana kau bisa bekerja dengan benar dan efektif di sini atau bersiap-siap menghadapi surat peringatan ketika aku mengadukan kinerjamu." Kaito menatap tegas Eiji.     

"Hghh … Kai-san tidak asyik!" sungut Eiji lalu menoleh ke Reiko. "Maaf, yah Reiko-san, sepertinya ada yang iri padaku karena aku bisa berdekatan denganmu. Nanti kita sambung lagi, yah manis!"     

Shingo yang berdiri di sisi lain Reiko hanya bisa mengetatkan rahangnya, menahan kesal. Selain dia kesal karena gadis yang dia sukai dirayu terang-terangan di depannya, Reiko itu juga sudah punya pacar, hei! Apakah Eiji tidak sadar bahwa rayuannya ke Reiko itu sungguh lapuk dan menjijikkan ketika didengar?     

Reiko ingin berterima kasih pada Kaito karena berhasil menghentikan terror rayuan dari Eiji.     

Ketika tiba jam makan siang, Reiko bergegas meninggalkan meja kerjanya karena sudah tak tahan ingin menjauh dari Eiji. Shingo menyertai dia pergi ke rooftop untuk makan siang.     

Reiko dan Shingo sudah berjalan menuju ke lift untuk membawa mereka ke rooftop, namun secara mengejutkan, ada seorang gadis yang mendatangi Reiko sambil berteriak, "Menjauh dari Eiji aku!"     

"Hah? Arghh!" Reiko menjerit kaget.     

"Reiko-san!" Shingo berteriak. Sementara, para gadis yang didekat mereka menjerit kalut melihat adegan itu. Semuanya begitu cepat terjadi.     

Dalam sekejap, darah menetes deras dari tangan Shingo ke lantai. Tadi, dia menggunakan tangannya untuk secara refleks menghalangi tebasan pisau dari gadis tadi sebelum sampai ke wajah Reiko.     

Lekas saja, Shingo memukul tangan gadis itu hingga pisau di tangannya pun lepas agar tidak bisa melukai Reiko lebih jauh. Sedangkan lelaki di sekitar sana segera memegangi gadis itu.     

Si gadis tadi memberontak dan berteriak ke Reiko, "Jauhi Eiji! Dia milikku! Dia milikku! Aku sudah menjadi miliknya! Aku sudah menjadi miliknya!"     

Para lelaki yang memegangi gadis itu pun membawanya menyingkir dari sana.     

Reiko gemetar, namun dia lekas beralih ke Shingo yang tangannya kini berdarah. Dia berkata dengan suara bergetar, "Sh-Shingo-san! Shingo-san, kau berdarah cukup banyak."     

"Shingo-san, ayo kita ke rumah sakit dulu untuk memeriksa lukamu." Lelaki lain membawa Shingo yang membebat tangannya dengan celemek, keluar dari sana untuk segera mengobati luka sayatnya.     

Reiko ingin ikut ke rumah sakit, namun dicegah oleh Kaito yang kebetulan ada di sana. "Jangan tinggalkan pekerjaan. Lekas makan dan kembali bekerja."     

Air mata Reiko berjatuhan. Dia yang menyebabkan Shingo mengalami bencana itu, tapi dia masih tak boleh ikut ke rumah sakit? "Kaito-san, kumohon."     

"Dia akan baik-baik saja, nah lekas makan dan kembali lanjutkan bekerja. Kita punya target hari ini, apalagi kita harus bekerja lebih banyak dengan tidak adanya Shingo." Kaito pun segera masuk ke lift.     

Reiko jatuh terduduk dan menangis. Ia yang menyebabkan Shingo terluka. Shingo memperlakukan diri sebagai tameng untuk Reiko, mana mungkin hati rapuh Reiko tidak terguncang? Terlebih, dia sendiri pernah mengalami penusukan oleh pisau, itu menjadi sebuah trauma tersendiri baginya.     

"Reiko-chan, kenapa? Ada apa?" Yuza tiba di depan lift lantai 1 dan bertanya. Ia tadi masih berada di kamar kecil ketika insiden itu terjadi. Kini dia bingung mendapati Reiko menangis di lantai.     

"Yu-Yuza-kun …." Reiko menatap Yuza dengan mata dan pipi basah. "Shingo-san … Shingo-san …."     

"Kenapa dengan Ossan?" Yuza membantu Reiko berdiri.     

Tak berapa lama, Reiko dan Yuza sudah duduk di rooftop dengan kotak bento masing-masing di meja depan mereka. Yuza sudah mendengar dari Reiko mengenai apa yang terjadi dengan Shingo.     

"Hmph! Akan aku pukul perempuan itu jika bertemu dengannya!" Yuza geram. Meskipun dia menganggap Shingo rivalnya dan sering bertengkar dengannya, namun dia menyayangi Shingo bagai saudara.     

Dua pekerja baru yang aneh itu melihat ke Reiko dan keduanya saling memberi kode melalui tatapan mata.     

=========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.