Inevitable Fate [Indonesia]

Yuza vs Eiji



Yuza vs Eiji

0We are Fighting Dreamers takami wo mezashite (Kita adalah pemimpi yang berjuang, berusaha menuju puncak)     
0

Fighting Dreamers narifuri kamawazu (Pemimpi yang berjuang, tak peduli apa pun yang terjadi)     

Fighting Dreamers shinjiru ga mama ni (Pemimpi yang berjuang, melakukan hal yang dipercaya)     

Oli Oli Oli Oh-! Just go my way! (Terus maju ke depan!)     

- Go! by FLOW - OST. Naruto -     

===========     

Saat Reiko dan Yuza makan siang, bisik-bisik mulai membara di rooftop mengenai kejadian tadi.     

"Huh! Aku kecewa karena justru Shingo yang menderita!"     

"Duh, kenapa Shingo bodoh sekali menjadi tameng untuk si jalang busuk itu!"     

"Aku kasihan dengan Shingo. Semoga dia tidak kenapa-kenapa. Semoga lukanya tidak parah."     

"Siapa sih perempuan yang menyerang si jalang?"     

"Aku tidak begitu mengenalnya. Ketika aku satu grup dengannya beberapa bulan lalu pun dia begitu pendiam dan mengasingkan diri dari kami."     

"Dia berteriak-teriak Eiji miliknya, loh! Memangnya dia pacaran dengan Eiji?"     

Para pekerja perempuan berkasak-kusuk mengenai kejadian itu.     

Sedangkan di area lain di sana, Eiji mendesah ketika diberitahu mengenai hal yang terjadi pada Reiko dan Shingo. "Hghh … gadis aneh itu …."     

"Memangnya apa hubunganmu dengan Mimiko-san? Dia pacarmu?" tanya rekan di sebelah Eiji.     

"Pacar apanya? Aku hanya tidur beberapa kali saja dengannya. Kami tak pernah mengatakan tentang cinta atau komitmen apapun, kok!" Eiji nampak putus asa ketika mengatakan itu dengan mudahnya.     

"Eiji teme! Ternyata kau sudah menidurinya berkali-kali!" umpat rekannya sambil menampar lengan Eiji.     

"Memangnya kenapa? Itu hal lumrah, kan? Dia aku rayu ke ranjang, dan dia tidak menolak, dia bersedia … maka aku lakukan saja, oke? Lagipula, rumus mana yang menyatakan kalau bersetubuh menjadikan dua orang menjadi sepasang kekasih?" Eiji mengibaskan tangannya.     

"Kau memang lelaki brengsek, Eiji." Rekan lainnya terkekeh. Sebagai sesama lelaki, mereka memang melumrahkan mengenai apa yang disampaikan Eiji.     

Apalagi free s3x tanpa komitmen apapun di jaman modern ini sudah begitu diwajarkan.     

Namun begitu, Eiji masih juga merasa tak enak sendiri terhadap Reiko dan ketika dia menemukan Reiko di sudut lain rooftop, dia lekas makan bentonya dan menghampiri Reiko.     

"Reiko-san, aku sungguh menyesal mengenai apa yang terjadi denganmu tadi. Aku tak menyangka dia akan seperti itu, padahal kami hanya tidur bersama saja tanpa sepatah katapun aku mengatakan kami pacaran, tapi dia begitu salah paham dengan itu dan malah menyerangmu. Aku-"     

Brakk! Yuza menggebrak meja dengan mata menyala. "Jadi karena kelakuan busukmu itu Reiko-chan hampir celaka, hah? Hanya tidur bersama saja, katamu?! Gara-gara kecabulan busukmu itu makanya kau mencelakai orang lain! Makanya jangan sembarangan mengumbar burung bengkokmu itu!"     

Mendengar hardikan keras Yuza, mana mungkin Eiji tidak panas kuping dan diam. Dia melotot dan memukul wajah Yuza hingga muncul darah dari hidung Yuza.     

"Setan kau!" teriak Yuza hendak membalas, tapi Reiko lekas memegangi dan memeluk erat Yuza.     

"Jangan, jangan, Yuza-kun! Sudah, stop! Stop!" Reiko gigih memeluk Yuza yang sudah bersiap menerjang Eiji. Dan Eiji juga sudah dipegangi erat lelaki lainnya di sana.     

Mereka menjadi tontonan orang di rooftop.     

"Cih! Lagi-lagi si jalang busuk itu menyebabkan keributan antara lelaki!"     

"Dia memang menjijikkan, yah! Selalu saja menjadi biang keributan di manapun berada!"     

"Kenapa dia tidak mati saja, sih! Aku geram karena Mimiko tidak berhasil membunuhnya."     

"Hei, ternyata Mimiko dan Eiji sudah tidur bersama! Aku tidak menyangka. Aku kira hanya aku dan Chifuyu saja yang sudah tidur dengan Eiji."     

"Hah? Kau dan Chifu? Astaga kalian!"     

"Kenapa? Tapi kami tidak membawa perasaan, kok! Hanya iseng saja untuk melepas kebosanan!"     

Gerombolan perempuan yang agak jauh dari Reiko saling bergosip.     

Sedangkan yang di dekat Reiko pun melakukan hal sama. Yah, seperti yang dikatakan oleh seorang psikolog dari Amerika, bergosip adalah keterampilan sosial yang sangat berkembang dan merupakan taktik kompetensi intras3ksual yang berkaitan dengan preferensi wanita dan pria yang berkembang.     

Inilah kenapa banyak perempuan bergosip. Karena mereka sedang bersaing. Bergosip menaikkan pamor mereka sendiri dari pesaing yang sedang direndahkan. Dengan bergosip, mereka merasa mereka lebih tinggi dari yang digosipkan.     

Bergosip tentu tidak sama dengan membicarakan seseorang, karena bergosip lebih memiliki tendensi yang bernilai buruk dalam membicarakan orang lain.     

"Huh! Tadi saja aku lihat dia sok menangis di lantai."     

"Terlalu berlebihan! Padahal dia biang keroknya, tapi berlagak menangis."     

"Mungkin supaya orang lain bersimpati padanya?"     

"Jangan harap!"     

Yuza mendengar kasak-kusuk itu dan menghardik, "Kalian! Ucapkan sekali lagi apa yang kalian bicarakan barusan!"     

Segera, para perempuan itu menciut dan lekas menyingkir dari sana sambil membawa kotak bento kosong mereka, tidak ingin ribut dengan Yuza yang galak.     

Sementara itu, Reiko hanya bisa menghela napas, memperluas samudra kesabaran dia di hatinya. Orang-orang itu takkan tahu apa yang dirasakan oleh Reiko.     

Jika mereka pernah ditusuk di dada hingga nyaris tewas, mungkin mereka tidak akan sekedar menangis di lantai saja. Tapi, biarlah, untuk apa mengatakan itu ke mereka. Reiko hanya akan membuang energi saja.     

"Yuza-kun, biarkan saja." Reiko mulai melepaskan pelukannya ke Yuza karena Eiji sudah diseret menjauh dari sana oleh beberapa pria. "Ayo kita makan saja."     

"Huh! Mulut comberan mereka itu memang busuk!" seru Yuza keras-keras, membuat beberapa orang kaget dan ciut. Berurusan dengan Reiko secara frontal itu memang harus bersiap-siap menghadapi keganasan amarah dari Yuza.     

Mereka pun melanjutkan makan sebelum kembali ke meja kerja masing-masing.     

Yuza mengantar Reiko ke meja grup sebagai bentuk perlindungan darinya, khawatir jika nanti ada orang lain lagi akan menyerang Reiko. "Nanti pulang sama-sama, yah Reiko-chan! Jangan pulang sendiri, agar kau tidak dimakan buaya karet." Ia melirik ke arah Eiji yang berdiri di sana.     

Eiji mendelik ke Yuza, tapi tak berani berbuat apapun karena ada Kaito di sebelahnya. Maka, dia hanya bisa membiarkan Yuza berlalu ke meja grupnya sendiri di ujung ruangan sana.     

Pada sore harinya ketika Reiko menyelesaikan pekerjaannya, dia bersama-sama dengan Yuza mengunjungi apato Shingo. Lelaki itu sudah dijahit lukanya dan langsung kembali ke apato untuk beristirahat.     

Tak lupa, Reiko sudah mengirimkan pesan ke suaminya bahwa dia akan mampir dulu ke apato Shingo sebelum pulang.     

Saat menerima pesan itu, Nathan Ryuu tidak menampakkan wajah cemburunya. Dia sudah diberi laporan dari 2 mata-matanya mengenai insiden berdarah tadi di Magnifico yang hampir mencelakai istrinya.     

Maka, membiarkan Reiko menjenguk Shingo adalah hal yang patut.     

"Shingo-san, aku sungguh berterima kasih padamu dan juga maaf jika gara-gara aku …," tutur Reiko sambil melirik ke lengan bawah Shingo yang diperban.     

"Ahh, ini hanya luka kecil. Lelaki biasa berkelahi, jadi memiliki luka macam ini adalah hal remeh saja, yang penting Reiko-san aman." Shingo menaikkan tangannya yang terluka.     

Mereka pun berbincang bertiga. Dan tiba-tiba, terdengar bunyi bel apato Shingo.     

"Biar aku saja." Yuza bangkit dari duduknya dan melangkah ke pintu. "Hah? Tuan Ryuu?" Wajah Yuza menggelap. Padahal tadinya dia berharap bisa mengantar Reiko pulang.     

Jika Nathan Ryuu bisa mendengar benak Yuza, dia pasti akan berkata, "Hendak mencari kesempatan mengantar istriku pulang, bermimpi saja. Aku sudah melihat rencanamu makanya aku ada di sini sekarang."     

"Rei aku ada di sini pastinya, kan?" tanya Nathan Ryuu sambil melangkah masuk ke apato tersebut. "Aku hendak menjemput dia sekaligus menengok Shingo-kun."     

Mana mungkin Yuza tidak membiarkan pria Onodera itu masuk?     

==========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.