Inevitable Fate [Indonesia]

Tercabik dan Terkoyak



Tercabik dan Terkoyak

0Shikai kumoraseta namida wo houmurisatte (Hapuslah air matamu yang membuat pemandangan itu buram)     
0

Yami wo nukedashita kibou wa yori issou sono kagayaki wo mashite (Harapan akan keluar dari kegelapan dan memperlihatkan kilauan yang lebih terang)     

- Burn by Flow - OST. Tales of Berseria -     

============     

Mana mungkin Reiko tidak syok ketika mendapati mantel dan tas mahal yang dia simpan di loker ternyata tinggal serpihan dan terkoyak-koyak mengenaskan.     

Padahal dia mengira keadaan sudah mulai tenang dan mereda setelah beberapa hari lalu dia tidak berhasil diserang untuk kedua kalinya dan tidak ada apapun lagi usai itu.     

Bahkan kedua pelaku yang menyerang Reiko menggunakan pisau pun telah ditangkap dan akan diperkarakan di meja hijau.     

Meski Nathan Ryuu sangat gregetan ingin sekali memberi pelajaran tersendiri ke dua pelaku penyerangan tanpa perlu proses pengadilan, namun Itachi sebagai sekretaris pribadinya, menyarankan tuan muda Onodera menahan diri dulu.     

Mengambil kantung plastik untuk menaruh semua serpihan mantel mahalnya, Reiko berjalan keluar sambil menahan tangis. Di cuaca dingin begitu, dia hanya memakai atasan tipis tanpa mantel. Untung saja celana jins dia dibalut boot tinggi dari kulit sehingga tidak terlalu merasa dingin.     

Dia berjalan keluar dari ruang loker yang sudah sepi tanpa tahu siapa kira-kira pelaku dari semua ini. Betapa jahatnya. Apa kesalahan Reiko pada orang itu hingga bisa berlaku begitu? Apakah dia menggoda pasangan orang lain? Atau apa?     

Selama ini dia merasa dirinya tidak banyak bertingkah di tempat kerja selain hanya bekerja dan bekerja saja. Bahkan untuk mengobrol dan bercanda pun hanya kepada Yuza dan Shingo.     

Apakah ada fans Yuza dan Shingo yang begitu membenci dia sampai harus melakukan hal semacam ini? Kalau pun benar, mengapa harus seperti itu? Dia hanya berteman biasa dengan Yuza dan Shingo!     

Kalau memang mereka menyukai Yuza dan Shingo, kenapa tidak katakan langsung dengan lugas saja ke Yuza dan Shingo? Kenapa sepengecut itu dan malah menyakiti pihak lain yang tidak bersalah?     

Memeluk tubuhnya sendiri karena hembusan angin dingin musim dingin, Reiko berjalan cepat ke perhentian bus. Orang-orang di sana melihat aneh ke Reiko karena hanya dia yang tidak memakai mantel di cuaca sedingin ini.     

Mungkin di benak orang-orang itu, Reiko sungguh aneh atau begitu tangguh sampai tidak memerlukan mantel untuk membungkus tubuh di petang yang dingin begini. Mereka tidak akan menyangka bahwa mantel yang mereka cari berada di kantung plastik hitam yang dibawa Reiko, sudah menjadi kain perca.     

Ketika sampai di apatonya, Reiko mendapati suaminya sudah pulang, sehingga dia tak bisa mengelak ketika Nathan Ryuu mengampiri dengan wajah heran.     

"Sayank, kenapa kau tidak memakai mantelmu di cuaca sedingin ini? Apa kau lepas sebelum masuk ke sini?" Tangan Nathan Ryuu menyentuh pipi istrinya untuk dia elus, namun terkejut ketika pipi yang dia sentuh sangat dingin. "Rei? Kau … kau kedinginan!"     

Lekas saja Nathan Ryuu mengambil selimut di atas ranjang dan belitkan ke Reiko yang dia dudukkan di sofa, lalu dia masuk ke kamar mandi untuk menyalakan air hangat pada bak mandi di sana, lalu kembali cepat ke istrinya yang duduk diam sambil menundukkan kepalanya.     

Berlutut di depan Reiko, Nathan Ryuu bertanya, "Ada apa? Kenapa tubuhmu sampai sedingin itu? Mana mantelmu?" Ia menggosok-gosok cepat tangannya sendiri untuk kemudian di tempelkan ke pipi Reiko sebagai cara menghangatkan pipi tersebut sembari menunggu air di bak penuh.     

Reiko tak berani menjawab, namun matanya melirik singkat ke kantung plastik yang dia taruh di lantai di sudut kamar.     

Melihat gerak-gerik istrinya, Nathan Ryuu bangun berdiri dan berjalan ke kantung plastik itu. Reiko mengejar suaminya, berharap Nathan Ryuu tak perlu menyaksikan apa yang ada di dalam sana.     

Reiko menyesal kenapa tidak dia buang saja kantung plastik itu tadi ke tong sampah di teras gedung apato-nya. Maka, dia pun berusaha mempertahankan kantung plastik itu agar tidak bisa diambil suaminya.     

Namun, itu justru kian mempertebal kecurigaan tuan muda Onodera. Begitu dia membuka kantung plastik hitam itu, terkejutlah dia. "Ini …." Ia sampai tak bisa berkata-kata ketika tangannya mengambil serpihan mantel dan menuang kembali ke kantung hingga seperti sedang bermain-main saja.     

Serpihan putih itu jatuh satu demi satu dari telapak tangan Nathan Ryuu bagai itu salju saja.     

Tidak itu saja, karena pria Onodera itu juga menemukan tas Gucci berharga ribuan dolar telah terkoyak dan tercabik menyedihkan di dalam kantung plastik itu juga.     

Melihat raut muka kaget dan bingung suaminya, Reiko lekas berlutut dan berkata, "R-Ryuu, maaf! Maafkan aku! Maafkan aku tidak bisa menjaga apa yang sudah kau belikan untukku." Matanya mulai terasa panas seakan hendak meledak.     

"Hei, hei, sayank, kenapa kau malah meminta maaf?" Nathan Ryuu lekas mengambil bahu Reiko untuk memberdirikan tubuh sang istri. Segera saja, tuan muda ini pun memahami apa yang telah terjadi pada istrinya.     

Ia pun memeluk Reiko dan wanita muda itu pun tak bisa menahan lebih lama air mata yang sejak tadi ingin meluap. "Sshhh … sudah, sudah, tak perlu bersedih, sayank. Aku tak mungkin menyalahkanmu ataupun marah padamu. Jangan menyalahkan dirimu sendiri juga, yah! Itu hanya mantel dan tas. Aku bisa mengganti semuanya dengan mudah. Yang penting, kau selamat tidak bernasib seperti mantel dan tas itu."     

Namun, Reiko masih juga menangis meski sudah berada di bathtub dengan air hangat bersama suaminya, duduk berhadapan dengan Nathan Ryuu sambil menjatuhkan wajah ke dada suaminya, mencari kenyamanan di sana.     

Dia bukan menangis tanpa sebab. Dia sebagai orang yang mudah menghargai sesuatu, merasa sangat berdosa pada suaminya. Sang suami sudah begitu menyayangi dia melalui berbagai cara, termasuk membelikan dia banyak fashion mahal.     

Tapi, lihatlah … ini sudah 2 kali benda dari suaminya berakhir mengenaskan dirusak orang lain. Pertama adalah mantel putih dia oleh noda berbagai macam, lalu mantel ini yang diubah menjadi perca dan tasnya pula.     

Mengoyak dan menghancurkan benda dari Nathan Ryuu, itu bagaikan seperti mengoyak hatinya dan juga mengoyak suaminya. Perasaan Reiko begitu melankolis dan rapuh. Dia memandang secara sentimental benda-benda pemberian suaminya, oleh karena itu, tak mungkin dia tidak sedih.     

Nathan Ryuu tidak lagi mencegah Reiko menangis. Mungkin dengan menumpahkan segala kesedihan dia, itu akan membuat Reiko lega. Maka, dengan berbekal pemikiran seperti itu, dia hanya diam dan memeluk Reiko saja sampai Reiko puas dan berhenti sendiri.     

Malam itu, Nathan Ryuu memandikan Reiko dan kemudian membopong dia ke kamar tidur dan merebahkan hati-hati istrinya di ranjang, merentangkan selimut di sekujur tubuh sang istri sambil menyalakan pemanas ruangan.     

Sekejap saja, Reiko tertidur setelah puas menangis.     

Melihat istrinya sudah lelap, Nathan Ryuu menghubungi dua mata-matanya. "Ceritakan padaku mengenai hari ini."     

Setelah menerima cerita dari mata-matanya, turunlah perintah Nathan Ryuu pada Jyuto. "Biarkan anak buahku memeriksa rekaman cctv hari ini di ruang kerja Magnifico."     

"Ba-baik, Ryuu!" Jyuto tak berani membantah.     

Segera, malam itu juga, anak buah Nathan Ryuu sudah berada di ruang pengawas dan meminta copy dari rekaman cctv di depan pintu ruang loker untuk hari itu.     

=========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.