Inevitable Fate [Indonesia]

Rasanya Dicintai dan Balas Mencintai



Rasanya Dicintai dan Balas Mencintai

0Simply being loved is more than enough     
0

So little joy, so little joy - It's complicated     

Yeah yeah - I'm in love     

- Simply Being Loved by BT -     

=========     

Senyum mengembang di wajah Reiko ketika dia menjawab pertanyaan Yui mengenai untuk siapa dia membuat cokelat 2 wadah itu. "Untuk orang-orang yang aku sayangi." Ia menatap dua wadah cantik yang sudah selesai dia kemas sendiri.     

"Orang-orang?" Alis Yui terangkat tinggi mendengar jawaban Reiko. Kalimat itu menandakan bahwa tidak hanya satu orang saja yang akan diberi cokelat oleh Reiko, ya kan?     

"Ya ... untuk sahabat-sahabatku." Reiko tersenyum sampai matanya menyipit secara lucu bagai membentuk lengkungan bulan sabit. "Mereka adalah orang-orang yang selalu mendukungku dan memberiku semangat kapanpun aku merasa jatuh dan sedih."     

"Oh! Aku pikir untuk kekasih tercinta." Yui menimpali lagi.     

"He he he ...." Reiko memilih cara ini untuk tidak menjawab secara lugas, biar saja itu menggantung seperti begitu. "Baiklah, aku akan segera membayar ini ke kasir di depan dan akan pulang setelahnya.     

Ini sudah hampir jam 5 dan seluruh pekerjaan grup Reiko telah selesai. Pengemasan cokelat pada wadahnya masing-masing juga telah usai dikerjakan baru saja.     

"Ah, tau begitu, aku juga akan membuat lebih beberapa belas praline untuk kubeli, yah!" Yuza mendecak.     

"Memangnya Yuza-san ingin memberikannya ke siapa?" tanya Yui, penasaran.     

"Untuk diriku sendiri sebagai cemilan ketika menonton televisi di malam hari!" jawab Yuza yang ditimpali tawa Yui. "Aku mana punya pacar, sih Yui-san! Perempuan yang aku sukai saja tidak melirik padaku sekilaspun."     

"Ahh, kasihan sekali, Yuza-san. Ha ha ha!" Yui menepuk bahu Yuza seakan sedang menghibur lelaki itu. "Sayang sekali aku sudah memiliki pacar, Yuza-san, kalau tidak, mungkin aku tak keberatan memakan cokelat bersamamu sambil menonton televisi di malam hari, hi hi!"     

"Arrghh ... Yui-san, kau keterlaluan menggodaku." Yuza mengerang ke Yui dengan pandangan tak berdaya.     

"Hi hi ... yah, anggap saja perempuan yang kau taksir, yang tak menaruh mata padamu itu, Yuza-san, anggap dia kurang beruntung karena melewatkanmu." Yui menepuk-nepuk lengan Yuza.     

"Ya, dia memang merugi! Sangat merugi karena tidak memilihku!" Yuza melirik singkat ke Reiko tanpa gadis itu mengetahuinya karena sedang sibuk mengamati sekotak cokelatnya.     

"Oke, aku pergi dulu, yah!" Reiko kemudian membungkukkan badannya ke rekan grupnya. "Otsukaresama deshita [1]."     

"Gokurosama[2]." Kazuto menjawab.     

"Otsu[3], Reiko-san! Mata Ashita[4]!"     

"Haik! Jaa[5] ne, mata ashita!"     

"Aku juga duluan, yah!" Yuza bergegas hendak menyertai Reiko juga. "Otsu, minna-san! Jaa mata!" Ia ber-ojigi ke rekan grupnya sebelum berlari mengejar Reiko.     

"Mereka benar-benar muda-mudi penuh vitalitas dan semangat, yah Kazu-san!" Yui menoleh ke Kazuto di sebelahnya.     

"Seperti kau sudah tua saja, Yui-san. Bukankah kau juga seumuran mereka?" Kazuto membalas.     

"Aku bermaksud mengatakan itu untuk mewakilimu, Kazu-san." Yui menahan tawanya.     

Merenung cepat ucapan Yui, Kazuto pun paham dia sedang digoda mengenai usia oleh Yui dan mendengus. "Huh! Jangan suka mempermainkan seniormu."     

"Ha ha ha! Haik haik, Kazu-san! Fu fu fu!" Yui pun membantu Kazuto mendorong troli setinggi tubuh mereka yang berisi wadah-wadah dengan praline di dalamnya ke lemari penyimpanan. Nantinya akan ada pekerja yang akan mengambil dan mendistribusikannya.     

"Ayo kita pulang, Yuno-san," ajak Yui.     

"Ah, ya." Yuno menyahut.     

"Yuno-san, sepertinya akhir-akhir ini kau begitu pendiam, tidak selincah sebelumnya?" tanya Yui dengan makna tersembunyi bahwa dia sedang menyindir Yuno secara halus.     

"Oh, eh, aku ... aku sedang banyak pikiran." Yuno lekas menjawab.     

"Ahh ... kalau begitu, usahakan selalu singkirkan pikiranmu yang banyak itu ketika jam kerja, yah! Agar tidak membuat kesalahan." Lalu Yui menepuk pelan bahu Yuno sebelum melenggang menuju lantai 1 untuk mengganti baju.     

Yuno terdiam. Dia memang akhir-akhir ini banyak pikiran, terutama pikiran kalut mengenai dua pekerja baru yang seperti meneror dia siang malam meski dia berada di huniannya, seolah bayang-bayang mereka masih ada. Apakah mereka itu hantu penasaran atau apa, sih? Memangnya dia pernah membunuh mereka sebelumnya? Seingatnya, dia tak pernah membunuh siapapun.     

.     

.     

Di apatonya, Reiko menghampiri Nathan Ryuu begitu lelaki itu membuka pintu. Reiko lekas menyambut dengan pelukan.     

Ini membuat pria Onodera cukup terkejut dengan sikap tak biasa istrinya. "Wah, wah, wah ... apa kau yakin kau adalah istriku yang cantik mempesona, Onodera Reiko?" godanya.     

Reiko mencubit dada suaminya dengan senyum tersipu. "Jangan mengolokku. Apa kau tak suka aku menyambutmu seperti ini?" Ia masih menggelanyutkan dua lengannya di leher sang suami.     

"Ohh, mana mungkin aku tidak suka! Justru aku akan meresmikan ini sebagai penyambutan wajib untukku darimu, sayank!" Matanya mengerling nakal ke Reiko sebelum dia merengkuh erat tubuh sang istri. "Dan tentunya istri semanis ini harus diberi hadiah, kan?"     

Segera saja, Nathan Ryuu sudah mengangkat santai tubuh istrinya dan menjatuhkan pelan ke ranjang.     

Reiko merasakan alarm berdering di otaknya. "R-Ryuu! Tunggu dulu! Ngghhh! Aangghh ... Ryuu ... aku tidak bermaksud-ummffhh." Dia sudah dibungkam dengan cumbuan penuh rayuan dari pagutannya dari sang suami.     

Setelah itu, Reiko pun menyerah begitu saja begitu sentuhan-sentuhan suaminya melingkupi seluruh tubuhnya yang ditelanjangi dan semakin mengerang ketika jemari dan lidah sang suami tiba di bagian-bagian peka dia.     

Niat utama Reiko yang sudah dia siapkan dari tadi, menguap begitu saja ketika dirinya melengkung dan merekah dalam kuasa Nathan Ryuu, melepaskan sari madu bunga dia untuk sang suami tercinta.     

Setelah itu, Reiko tentu saja akan membalas budi dengan melakukan felatio (blowjob) sebaik mungkin pada milik suaminya yang penuh akan kebanggaan ketika menjulang angkuh di depannya.     

Usai melakukan kegiatan intim saling memberi dan menerima meski tanpa adanya penetrasi sesungguhnya, Reiko teringat sesuatu dan lekas melompat dari ranjang untuk mengambil sesuatu.     

Kemudian ada kotak manis dengan nama dan logo Magnifico di atasnya diberikan ke sang suami yang menerima dengan wajah heran.     

"Sayank, ini apa?"     

"Hadiah untukmu."     

"Untukku?" Tangan Nathan Ryuu lekas meraih lepas pita pembebatnya dan mengangkat tutup atasnya untuk melihat 10 butir cokelat warna hitam dengan kerlip emas di atasnya. Ia terpana.     

"Tentu benar adanya bahwa warna kesukaanmu adalah hitam dan emas, benar? Aku membuat itu untukmu." Reiko masih berdiri sambil tetap telanjang di depan ranjang sambil tersenyum.     

Segera saja Nathan Ryuu menarik tangan istrinya hingga wanita itu rubuh di ranjang dan menjadikan lelaki Onodera bisa memberikan serangan seksual sekali lagi.     

Reiko hanya bisa mengerang dan sekali lagi menikmati rasanya dicintai.     

---------------     

[1] Otsukaresama deshita atau bisa diartikan: "terima kasih atas kerja kerasnya" adalah frasa formal yang biasa dipakai orang Jepang kepada sesama pekerja baik itu atasan ke bawahan atau sebaliknya setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya.     

[2] Gokurosama berarti "terima kasih atas usaha dan kerja keras Anda" dan ini diucapkan atasan pada bawahan. Kazuto menggunakan ini karena dia sebagai ketua grup dan Reiko bisa dikatakan anak buahnya.     

[3] Otsu adalah bentuk sederhana dan informal untuk Otsukaresama deshita.     

[4] Mata Ashita bisa diartikan "sampai jumpa besok/sampai besok"     

[5] Jaa sama artinya dengan "bye". Maka kadang diucapkan "Jaa mata ashita" (bye, sampai jumpa besok) untuk lengkapnya.     

==========     

lyrics source: Genius Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.