Inevitable Fate [Indonesia]

Meledak Marah Karena Tak Terima



Meledak Marah Karena Tak Terima

0Yeah nuga mweoradeun My way (yah, tak perduli apapun yang mereka katakan tentang langkahku)     
0

teumi eomneun My face (tak ada yang perlu dikatakan dari wajahku)     

pilteo eopshi baeteun maren .. No oh oh oh (kata-kata yang menyembur keluar tanpa filter, tidak oh oh oh)     

- Advice by Taemin SHINee -     

==========     

Yuza begitu emosi ketika mendengar segerombolan pekerja perempuan yang duduk satu meja panjang dengannya membicarakan Reiko dengan sangat buruk.     

Dia menggebrak meja dan memarahi mereka sampai datanglah Azuka yang meladeni amarah Yuza, terlebih membawa Erina sebagai saksi dalam adegan Reiko masuk ke mobil mewah yang dikatakan milik lelaki tua kaya.     

Yuza langsung berpikir itu pasti mobil Nathan Ryuu. Dia harus menjelaskan kesalahpahaman ini.     

Namun, ketika dia hendak bicara, Shingo di sebelahnya yang masih duduk, memegang lengannya. Yuza menoleh ke Shingo dan melihat lelaki itu menggelengkan kepala padanya.     

"Ayo kita kembali. Aku sudah selesi makan." Shingo bicara dengan nada datar ke Yuza.     

"Tapi, Ossan!" Yuza mengerang protes.     

"Jangan cerewet, bocah." Shingo menarik paksa lengan Yuza. Dia mengerahkan tenaganya untuk bisa menyeret Yuza keluar dari rooftop.     

"Yu-kun, aku minta maaf, yah!" Erina menatap memelas ke Yuza. "Maaf karena Azz-Azz terlalu keras menanggapi ucapanku mengenai Reiko masuk ke mobil mewah."     

Tapi Yuza tak merespon apapun karena keburu diseret pergi oleh Shingo. Keduanya dengan cepat masuk ke ruang kecil yang memiliki lift untuk turun.     

Gadis yang tadi dibentak Yuza hanya bisa mengelus dada, lega karena Yuza sudah pergi. Tapi, rekan di sebelahnya memberikan celetuk, "Betapa berlebihannya pria itu membela Reiko. Apakah mungkin dia juga salah satu pria muda yang digunakan Reiko untuk mengumbar kenikmatan?"     

Yang lainnya menoleh ke gadis yang baru saja bicara. "Bisa jadi, sih! Karena dia sudah mencicipi Reiko, mungkin itu yang membuat dia membela Reiko seperti itu."     

"Tidak, aku tidak percaya Yu-kun seperti itu dengan Reiko." Erina menggeleng. Kini dia mengubah cara panggilan dia ke Reiko ketika tak ada gadis itu di dekatnya. "Yu-kun hanya tak menyadari kelakuan tak baik Reiko di belakangnya. Kalian jangan marah pada Yu-kun, yah! Dia hanya tak mengetahui banyak mengenai Reiko. Maafkan dia, yah! Unghh ... aku kasihan pada Yu-kun."     

"Erina, kau ini sungguh sangat baik sampai perduli seperti itu pada temanmu." Yang lainnya memuji tindakan lembut Erina. Gadis itu pun tersipu sambil tundukkan kepala.     

Tiba di dalam lift yang kan membawa mereka ke lantai di bawahnya, Yuza protes begitu dia sudah dilepaskan Shingo. "Ossan! Aku harus menjelaskan ke mereka mengenai Nathan Ryuu! Itu pasti mobil Tuan Ryuu yang sedang mereka gosipkan! Mereka salah paham! Aku yakin mereka salah paham!"     

"Apakah kau sudah bertanya pada Reiko? Memangnya siapa kau sampai hendak menjelaskan hal seperti itu ke mereka?" ucap Shingo.     

Yuza mematung di tempatnya. Ya, dia memang bukan siapa-siapa Reiko. "Ta-tapi aku tak suka mendengar Reiko-chan digosipkan seperti itu!"     

"Oleh karena itu, bukankah lebih baik untuk bertanya saja ke Reiko? Kita harus mendengar suatu hal dari dua belah pihak. Kalau sudah begitu, barulah kita mengambil sikap! Tingkahmu seperti tadi, apa bedanya kau dengan para warganet yang langsung melompat menghujat atau membela tanpa tahu duduk perkaranya dari kedua belah pihak?" Kali ini Shingo menyemburkan banyak kalimat pada Yuza.     

Yuza menunduk. Ya, harusnya dia lebih tenang dalam menyikapi ini, dan bukannya langsung bereaksi tanpa mendengar dari Reiko terlebih dahulu.     

"Kalau kau memang teman Reiko, kau harus bertanya padanya, cari tahu, sehingga kau bisa memiliki amunisi untuk membela temanmu jika kau sudah mendapatkan bukti kebenaran ada di sisi temanmu." Shingo rupanya memaksudkan ini, dia ingin Yuza bersikap tenang dan terkontrol daripada mengumbar emosi seperti tadi.     

Ting! Lift pun tiba di lantai tempat Yuza bertugas. Lelaki Ichinose itu pun melangkah keluar dari lift.     

"Hghh ... sepertinya kau benar, Ossan." Yuza tak bisa tidak setuju pada apa yang sudah dipaparkan Shingo. "Baiklah, aku kerja dulu, Ossan! Sana kau ke tempatmu sendiri!"     

"Kau pikir aku sudi menemanimu terus? Cih!" balas Shingo.     

Yuza hendak membalas Shingo, tapi pintu lift sudah lebih dahulu menutup dan membawa Shingo ke satu lantai di atasnya. "Tsk! Kuso!" Dia mengacak rambutnya dengan kesal. Lalu berjalan ke arah grupnya.     

.     

.     

Di jam pulang, ketika Reiko baru saja keluar dari ruang loker dan sudah memakai baju pribadi dia, ia melangkah keluar untuk mencapai pintu keluar, ketika dia dicegat Yuza dan Shingo. "Eh? Yuza-kun? Shingo-san?"     

"Reiko-chan, apakah kita bisa bicara sebentar?" Yuza menatap serius pada Reiko. Dia sudah gerah karena rumor buruk tentang Reiko sudah berhembus dua hari ini seperti api yang menjalar pada rumput kering.     

"Kita bertiga?" tanya Reiko sambil menatap bergantian pada Yuza dan Shingo. Kedua lelaki itu mengangguk bersamaan. "Baiklah. Ayo." Ia tersenyum meski tak tahu pembicaraan macam apa yang hendak disampaikan dua lelaki itu. Tapi, karena dia memercayai mereka, Reiko tak keberatan.     

Ketiganya melangkah bersama keluar dari pintu dan berjalan terus dari lorong samping Magnifico hingga ke arah jalan raya dan terus berjalan menyusuri trotoar sampai akhirnya tiba di sebuah taman kecil tak jauh dari sana.     

Reiko duduk di ayunan meski tak berniat menggerakkannya dan menunggu dua lelaki yang berdiri di dekatnya untuk bicara.     

"Reiko-chan, apakah kau sudah mengetahui rumor macam apa yang beredar mengenaimu?" tanya Yuza.     

"Eh? Rumor? Mengenai aku? Seperti apa?" Reiko menatap keduanya bergantian, meminta penjelasan. Sungguh dia tak mengira ternyata ada rumor mengenai dirinya. Apakah ini yang menyebabkan banyak pekerja yang menatap aneh kepadanya?     

"Kau dirumorkan buruk, sangat buruk!" Yuza menampilkan wajah kesusahan.     

"Heh?" Reiko membelalak kaget.     

"Rumor itu mengenai kau masuk ke mobil mewah warna hitam." Shingo ikut bicara.     

Mendengar penuturan Shingo, kenangan di otak Reiko segera memproses dan menemukan bahwa itu bisa saja ketika dia masuk ke mobil Nathan Ryuu di suatu sore sepulang kerja. "Ohh, itu."     

"Apakah itu mobil Tuan Ryuu?" tanya Yuza.     

Reiko mengangguk. "Tentu saja. Itu mobil Ryuu. Kenapa?"     

"Kau digosipkan dipelihara lelaki tua kaya dikarenakan memasuki mobil itu." Shingo menyambung.     

Jantung Reiko bagai dipukul palu raksasa mendengar itu. Diperlihara? Dipelihara lelaki tua kaya?! Omong kosong macam apa itu! "Kenapa ... kenapa mereka bisa menggosip seperti begitu? Sungguh! Itu adalah mobil Ryuu! Aku masuk ke mobilnya karena dia sedang berada di sana dan kebetulan melihatku dan menawariku tumpangan, makanya aku masuk."     

"Nah, benar dugaanku, kan?" Yuza menoleh ke Shingo.     

"Reiko-san, apakah kau sering pergi dengan Tuan Ryuu?" tanya Shingo.     

Ya ampun, bagaimana cara Reiko menjawab ini? Akhir-akhir ini dia dan Nathan Ryuu memang kerap menghabiskan malam bersama, bahkan sebelum mereka menikah!     

"Jadi ... mereka salah paham mengira aku peliharaan lelaki tua hanya karena aku kedapatan masuk ke mobil Ryuu?" Reiko kini bisa paham bagaimana gosip itu bisa terjadi. "Siapa yang awal mula mengatakan aku masuk ke mobil Ryuu?"     

"Erina." Yuza langsung menjawab tanpa ragu-ragu.     

"Ehh? Erina-san? Bagaimana bisa?" Reiko lekas menghubungkan mengenai sikap jahat Azuka pada dirinya dengan kedekatan Azuka pada Erina. Sepertinya besok dia harus menemui Erina untuk menanyakan ini langsung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.