Inevitable Fate [Indonesia]

Kecoak Besar



Kecoak Besar

0I'm letting you know that I want you baby     
0

So many girls but there's just one lady     

- Open Mind by Wonho ex Monsta X -     

===========     

Nathan Ryuu memang sengaja mengecup kening istrinya untuk menunjukkan seberapa intim hubungan mereka di hadapan Yuza dan Shingo, agar dua lelaki muda itu menyingkirkan harapan mereka akan Reiko.     

Sebuah tindakan remeh namun dipercaya Onodera Ryuu menjadi sesuatu yang menghantam hati Yuza dan Shingo, dan perkiraan itu benar adanya.     

"Sepertinya kami ... kami harus pulang." Yuza jadi canggung. Ia melirik ke Shingo seakan ingin rekannya juga mendukung dia.     

"Kami permisi dulu, Tuan Ryuu. Reiko-san, terima kasih atas waktunya." Shingo membungkuk ke Nathan Ryuu lalu ke Reiko. Yuza pun mengikuti seperti itu. Lalu, keduanya pun beranjak pergi bersama.     

Kini tinggal Reiko dan Nathan Ryuu saja di taman sepi itu.     

"Sepertinya mereka sudah selesai menginterogasimu, sayank." Nathan Ryuu tersenyum sambil mengelus pipi Reiko.     

"Menginterogasi apa? Mereka hanya bertanya hal-hal kecil saja." Reiko meremas lembut tangan suaminya di pipi dia, lalu dia duduk lagi di ayunan.     

"Bertanya apa?" Nathan Ryuu bergerak ke belakang Reiko dan menggerakkan ayunan dengan gerakan kecil.     

"Hm ... hanya pertanyaan remeh saja, kok!" Reiko tidak ingin membuat suaminya khawatir. Setidaknya, Yuza dan Shingo sudah mengetahui kebenarannya. Dia tidak terlalu perduli pada rekan lainnya, yang penting teman baiknya tidak terpengaruh dengan rumor itu. Hanya itu yang Reiko inginkan.     

Sambil mengayunkan istrinya, Nathan Ryuu berkata, "Apakah aku tak boleh mengetahui hal remeh istriku?"     

Reiko menoleh ke suaminya yang saat ini sedang cemberut. Dia tahu suaminya sedang berakting saja dan itu menimbulkan tawa kecil darinya. "Jangan pura-pura merajuk, Ryuu! Hi hi hi!"     

Ayunan digenggam dan ditahan tangan Nathan Ryuu sambil lelaki itu berkata, "Ayo, katakan padaku, ada apa. Kalau kau menganggap aku ini suamimu, kau pasti tak keberatan membagikan ceritamu padaku." Ia menundukkan kepala, menatap Reiko di bawah dagunya.     

Reiko mendongak untuk menautkan tatapan pada suaminya, sepertinya Nathan Ryuu sedang bersungguh-sungguh ingin tahu. Karena tak ingin menyakiti perasaan suaminya, ia pun mengatakan mengenai rumor dia dipelihara pria tua kaya hanya karena seseorang memergokinya masuk ke mobil mewah suaminya saat pulang kerja.     

"Siapa pelakunya? Penyebar rumor itu."     

"Ohh, um, itu ... kata Yuza-kun dan Shingo-san, yang memergokiku adalah Erina-san. Tapi aku belum memastikan hal itu. Rencanaku, besok mungkin aku akan bicara pada Erina-san."     

"Ohh." Nathan Ryuu menyahut singkat. Lagi-lagi gadis bernama Erina. Kemarin dia sudah menyelidiki dan mendapatkan 3 nama gadis yang berperan dalam insiden Reiko di tempat karaoke.     

Sebenarnya Nathan Ryuu ingin memberikan 'hukuman' pada ketiga gadis itu, namun dia mendadak berpikir ... bukankah dia harus berterima kasih pada ketiga gadis itu? Berkat mereka, dia bisa lebih cepat menikahi Reiko.     

Jadi, alih-alih menghukum, Nathan Ryuu pun membiarkan saja ketiganya dan tidak menindak mereka seperti yang terjadi pada orang-orang lainnya yang bertindak jahat pada istrinya. Mungkin dia akan bertindak jika ketiganya mulai membahayakan Reiko saja.     

Untuk saat ini, diamnya Nathan Ryuu harusnya menjadi sebuah berkah besar bagi Erina dan gengnya. Semoga saja mereka tidak bertindak jauh dan melangkahi diamnya tuan muda Onodera.     

.     

.     

Di apato, malam usai makan sederhana di apato saja, pasangan suami istri sudah berada di atas tempat tidur. Reiko baru saja menyelesaikan setoran suara dia dan mengirimkan ke Silver. Dia lega karena sudah menyelesaikan semua bagian dia di project chorus battle tersebut.     

Baru saja ketika Nathan Ryuu hendak menyentuh istrinya, mendadak ponsel Reiko berbunyi lirih, menandakan adanya penelepon.     

Menyingkirkan tangan Nathan Ryuu di perutnya, Reiko meraih ponselnya dan melihat di layar, nama sahabatnya, Runa. "Wuah! Ru-chan!" Ia berteriak girang ketika mendapati Runa menghubunginya.     

Ketika Reiko hendak menyingkir ke tempat lain untuk berbincang dengan Runa, Nathan Ryuu tidak memperbolehkan dan tetap menahan Reiko di tempat tidur. Reiko pun patuh dan mengobrol dengan Runa di kasur, sembari suaminya ikut mendengarkan.     

Karena Reiko sudah mengatakan pada Yuza dan Shingo mengenai hubungan dia dengan Nathan Ryuu, maka rasanya sungguh tidak adil jika Runa tidak mengetahui. Runa adalah sahabatnya, lebih dari Yuza dan Shingo.     

Maka dari itu, Reiko memberitahukan mengenai hubungan dia dengan Nathan Ryuu pada Runa.     

"Wuaahh! Kau sungguh berpacaran dengan Tuan Ryuu?!" jerit Runa di seberang sana. "Ouughh ... aku sungguh berbahagia untukmu, Rei-chan!" Ia sungguh ikut senang untuk sahabatnya.     

Nathan Ryuu sedikit mengernyitkan keningnya ketika mendengar Reiko menyebutkan kalau mereka berpacaran. Tapi, karena dia menghargai keputusan istrinya, dia berpikir mungkin Reiko memiliki pertimbangan tersendiri mengenai itu. Ia pun membiarkan.     

Sebagai gantinya, Nathan Ryuu malah menyentuh tubuh sang istri sampai Reiko gugup karena dia masih berbicara dengan Runa di telepon.     

Reiko mendelik pada suaminya dengan maksud agar Nathan Ryuu menghentikan acara menyentuh dan meremas. Namun, bukannya berhenti, lelaki Onodera itu malah terkekeh tanpa suara dan malah duduk mengangkangi Reiko.     

"Ummh ... ahh, iya besok akhir pekan, yah! Ummhh ... tapi aku ... aku bekerja sampai sore ... mmghh ... y-yaahh ... kau tahu sendiri, R-Ru-chan ... toko seperti itu ... hmmh ... bukan kantor yang memiliki libur di ... di akhir ... ummhh ... akhir pekan." Reiko merasa susah payah bicara pada Runa karena suaminya mulai bergerilya dengan mulut dan lidah di tubuh Reiko.     

Semoga saja desahan dan kegugupan suara Reiko tidak terendus Runa di sana.     

"Agh!" jerit Reiko saat suaminya menarik lepas celana pendek yang dia pakai termasuk celana dalamnya sekaligus.     

"Rei-chan, ada apa?!" Runa cemas di sana mendengar jeritan sahabatnya.     

"O-ohh, tidak, tidak ada apa-apa. Ha-hanya ada kecoak. Ya, kecoak." Reiko secara acak menyebutkan itu sebagai jawaban.     

"Kecoak?" Runa bertanya dengan nada heran.     

"Y-ya ... emmghh ... kecoak ... kecoak be-besaaarrrhhhh ... haanhhh ...."     

"Ehh? Kecoak besar? Apa kau ada obat penyemprot serangga di sana?"     

"Umh ... y-yaahh ... ad-adaaahhh ... mmgghh ... ya, nanti ... nanti akuuhh ... aku gunakan ituhh!" Reiko memejamkan mata ketika kakinya dibentang suaminya dan lidah sang suami sudah memulas benda spesial yang membuat Reiko gugup luar biasa. "R-Ru-chaann ... aku ... aku harus tidur ... mmhh ... sampai jumpa lagi ...."     

"Ah, ya baiklah. Tidurlah yang nyenyak, Rei-chan! Paipai!" Runa pun menyudahi teleponnya meski agak heran dengan suara aneh yang diberikan Reiko. Tapi dia hanya berpikir, mungkin tadi Reiko saking takutnya dengan kecoak besar.     

Di kamar Reiko, dia sudah sibuk melenguh ketika mulut suaminya sudah menguasai sang mutiara mungil di dalam celah lembahnya. "Aanghh ... Ryuuhh ... kau terlalu ... mmghh ... aku sedang bicaraahh dengan Ruu-chaannhh ...." Ia meremas seprei di bawah tangannya.     

Kepala Nathan Ryuu mendongak sebentar, menjeda aksinya, dan berkata, "Kecoak ini ingin menjelajahi dunia mengasyikkan di sini, oke?"     

Reiko memutar bola matanya mendengar sindiran suaminya. "Iya, aku minta maaf sudah-aarghh! Ryuu!" Suaminya sudah menenggelamkan kepalanya lagi dan menghisap mutiara Reiko kuat-kuat lalu mengendur dan memulaskan lidahnya secara lembut di sana.     

Bagaimana Reiko tidak mengejang kalau tindakan suaminya semacam itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.