Inevitable Fate [Indonesia]

Berbohong Tanpa Berkedip



Berbohong Tanpa Berkedip

0Kono yo de zouka yori kirei na hana wa nai wa (tak ada bunga di dunia yang lebih indah dari bunga buatan)     
0

Naze naraba subete wa uso de dekiteiru (itu semuanya karena bisa dibuat dari kebohongan)     

Antipathy world (dunia antipati)     

- Phony (Seorang yang Palsu) by Tsumiki feat. KAFU -     

==============     

"Nanti aku akan hubungi Ru-chan lagi, yah!" Reiko melambaikan tangannya sebelum dia berjalan masuk ke lorong Magnifico.     

"Oke, aku akan tunggu! Jaga dirimu di situ, yah!" balas Runa dengan lambaian tangannya pula. Lalu dia berjalan menjauh dari depan Magnifico untuk pergi ke tempat Yuza. Ia berharap lelaki itu belum keluar dari apatonya.     

Di Magnifico, Reiko masih mendapatkan tatapan penuh prasangka seperti kemarin, tapi dia tidak terlalu memerdulikan itu lagi. Dia tidak ingin terganggu mengenai ini. Yang penting, kawan-kawan baiknya sudah tahu duduk masalahnya dan dia hanya perlu bekerja dengan baik di sini, ya kan?"     

Ketika matanya menemukan Erina yang sedang sendirian masuk ke ruang loker, Reiko segera berlari menyusulnya. Ini memang masih cukup pagi dan sepi di tempat ini, kondisi yang tepat untuk bertanya pada Erina.     

Menguatkan hatinya, Reiko pun masuk ke ruang loker dan mencari loker Erina. Sungguh beruntung juga tak ada orang di ruang loker saat ini. Langit sepertinya sedang membantu Reiko sejak tadi.     

"Erina-san." Reiko muncul di samping Erina yang masih membuka kotak lokernya.     

"Astaga, Reirei! Kau mengagetkan aku!" Erina melonjak kaget karena Reiko muncul secara tiba-tiba dari arah sampingnya. Ia mengelus dadanya untuk menunjukkan betapa terkejutnya dia.     

"Maaf kalau membuatmu kaget. Aku ingin menanyakan sesuatu pada Erina-san, kuharap Erina-san bisa jujur padaku." Reiko berusaha menatap setegas mungkin pada Erina.     

"Eh? Bertanya padaku? Masalah apa?" Erina bertanya dengan wajah sepolos mungkin.     

"Apakah Erina-san yang mengedarkan gosip mengenai aku masuk ke mobil mewah sepulang kerja?" tanya Reiko, langsung pada inti yang ingin dia ketahui.     

Erina cukup kaget karena ternyata Reiko memiliki nyali untuk menanyakan ini padanya. Padahal dia pikir Reiko adalah gadis yang rendah hati dan mudah ditindas. "Eh? Aku? Aku mengedarkan gosip mengenaimu?" Matanya membola dengan dua alis terangkat dramastis.     

"Ya, apakah itu perbuatanmu sampai orang-orang salah paham padaku?" Reiko masih berdiri setenang mungkin.     

"Reirei! Mana mungkin aku melakukan itu padamu?" Wajahnya memeras iba, dan Erina melanjutkan, "Apakah ini perbuatan Azz-Azz?"     

"Hm, Azuka-san?" Kening Reiko berkerut. Kenapa lagi-lagi Azuka? Saat itu di tempat karaoke, dia masih memiliki dugaan bahwa Azuka yang menuangkan obat perangsang padanya dan Azuka pula yang sering menatap benci padanya.     

Erina mengangguk tegas. 'Umh! Iya! Mungkin itu perbuatan Azz-Azz. Saat itu aku hanya berkata padanya bahwa aku heran melihatmu masuk ke sebuah mobil yang berhenti di pinggir jalan, dan aku tak mengira ucapan remehku itu ... astaga, apakah itu dijadikan Azz-Azz untuk menggosip mengenaimu?" Wajah Erina menampilkan aroma terkejut luar biasa.     

Reiko menjadi ragu dan hatinya goyah. Dengan ucapan Erina ditambah ekspresi wajah seperti itu, Reiko hanya bisa menuangkan semua kecurigaan pada Azuka dalam berbagai hal yang menimpanya. "Hghh ... baiklah kalau ternyata Erina-san bukan orang yang selama ini menyebar gosip tak benar mengenaiku."     

"Tak mungkin aku menyebar gosip seperti itu mengenaimu, Reirei. Kita ini teman selamanya, maka dari itu aku takkan berbuat demikian. Tapi, kumohon kau bisa memaafkan Azz-Azz, yah! Tolong maafkan dia karena dia sedang dalam kondisi yang cukup sulit sehubungan dengan keluarganya." Erina masih sempat berakting sebaik mungkin dan melimpahkan semua pada nama Azuka, seolah dia sedang amnesia bahwa dia adalah sahabat dari Azuka.     

Teringat akan sesuatu juga, Reiko pun bertanya lagi, "Lalu, di tempat karaoke ... sepertinya aku ... aku dipapah lelaki. Siapa mereka?"     

"Ohh, itu teman Azz-Azz dan Yuki. Mereka bilang mereka akan mengantarmu ke apatomu atau ke rumah sakit karena kau terlihat sangat tidak sehat, maka dari itu aku membiarkan mereka membawamu pergi karena itu teman Azz-Azz." Erina berdusta tanpa mengedipkan mata, seolah itu adalah sebuah kebiasaan mudah baginya.     

"Terima kasih pada Erina-san yang telah jujur padaku." Reiko membungkuk di depan Erina dan hendak pergi dari sana.     

Namun, Erina masih sempat bertanya, "Memangnya ... siapa pemilik mobil mewah itu, Reirei?"     

Reiko membalikkan badan ke Erina lagi dan hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan sopan sebelum pergi dulu keluar untuk menyapa beberapa rekan grupnya yang sudah datang. Sama sekali tak memberikan jawaban.     

Yah, karena Reiko memang tak tahu harus menjawab dengan cara apa mengenai pertanyaan itu.     

Wajah Erina seketika berubah dari memelas ke aura kejam dengan pandangan tajam pada Reiko yang sudah keluar dari sana. "Tsk!"     

Setelah Erina keluar dari ruang loker, dia mencari kawan gengnya. Dan ketika itu, Reiko pun lekas masuk ke ruang loker. Dia tidak ingin berada di satu ruang sempit hanya berduaan dengan Erina, karena khawatir akan ditanya banyak hal. Gadis itu kan sangat pendesak. Reiko tidak ingin lemah dan mengungkapkan segalanya.     

Reiko belum siap mengatakan pada dunia bahwa dia adalah istri Onodera Ryuzaki. Cincin pernikahan mereka pun dia simpan baik-baik menjadi liontin dari kalung yang dia pakai dan sembunyikan di balik kaosnya.     

Di apato Yuza, Runa memikirkan mengenai Reiko dan tersenyum-senyum sendiri. Betapa beruntungnya sahabatnya itu mendapatkan lelaki keren dan hebat seperti Nathan Ryuu. Entah bagaimana respon dia jika tahu latar belakang Nathan Ryuu.     

Tadi dia sudah berjanji pada Reiko untuk tidak mengatakan pada siapapun mengenai pernikahan dia dengan Nathan Ryuu. Runa sebagai sahabat yang setia, akan menjaga rahasia ini sampai Reiko sendiri yang ingin mengungkapkannya.     

Padahal mulutnya sejak tadi sudah begitu gatal ingin meneriakkan kegembiraan ini pada Yuza dan Shingo ketika bertemu mereka di depan gedung apato mereka. Tapi, akhirnya dia hanya bisa menodong meminta kunci unit Yuza. "Aku ingin menginap lagi di sini!"     

"Hah? Kenapa?" tanya Yuza kala itu dengan raut kaget. "Aku sangat menderita tidur dengan Ossan ini, kau tahu! Dia sering menendangku dalam tidurnya!"     

"Itu karena kau seenaknya memelukku, bocah tolol mesum!" Shingo memberikan balasan menohok.     

"Ehh! Enak saja! Kau pikir aku hendak memesumi kamu, Ossan? Huh! Waktu itu aku bermimpi kencan dengan perempuan seksi, jadi kau jangan terlalu besar kepala, oke!" Yuza berhasil menyatakan balasannya.     

Runa terkikik geli jika mengingat kejadian pagi tadi. Dan kini dia ada di apato sepi ini dan tak tahu harus melakukan apa. "Hm, mungkin aku akan ke Magnifico saja dan makan di sana. Sepertinya di sana ada kafenya juga, kan?" Ia sampai pada ide ini dan berjanji nanti siang akan datang ke Magnifico hanya sekedar ingin tahu tempat kerja sahabatnya.     

Dan juga tempat kerja Shingo.     

Tersenyum ketika mengingat mengenai lelaki itu, Runa pun beranjak ke kamar mandi saja karena dia tadi belum sempat mandi, mengira dia bisa membersihkan diri di apato Reiko. Siapa sangka di sana ternyata ada suami sahabatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.