Inevitable Fate [Indonesia]

Minggu Baru, Grup Baru



Minggu Baru, Grup Baru

0Kinou mitai na kyou wo RUUTIIN (Rutinitas yang dijalani hari ini sama saja dengan kemarin)     
0

Omoidase moeru you na HAI TIIN (Ingatlah semangat membara itu di masa remaja akhirku)     

- Jinsei wa STEP by C-UTE -     

==========     

Akhir pekan ini, Reiko minta ijin pada suaminya untuk bisa menghabiskan sekian waktu bersama Runa. Nathan Ryuu tidak keberatan dan malah dia menyarankan agar Reiko mengundang Runa, Yuza dan Shingo untuk makan malam bersama saja bersama tuan muda Onodera.     

Namun, ketika ide itu disampaikan pada Yuza dan Shingo, kedua lelaki itu menolak. Mereka tentu saja enggan datang jika harus melihat gadis yang mereka sukai dimesrai lelaki lain. Lebih baik tidak datang saja daripada hati hancur.     

Selama dua hari Runa di Tokyo, dia merasa senang meski tak bisa jalan-jalan lama dengan Reiko karena sahabatnya tidak memiliki hari libur. Tapi setidaknya dia lega dan bahagia sahabatnya ada yang menjaga, dan orang itu sungguh hebat dalam menjaga Reiko.     

Oleh karena itu, Runa merasa lebih tenang ketika dia pulang ke asramanya.     

-0-0-0-0-0-     

Senin pagi ini, Reiko sudah berdiri di depan papan tulis besar di ruang kerja di Magnifico bersama banyak orang lainnya begitu dia tiba di tempat itu.     

"Wah! Aku ada di bagian pastry!"     

"Hei, aku satu grup denganmu! Asyik!"     

"Astaga, kenapa aku harus ada di bagian minuman? Tsk!"     

Para pekerja Magnifico sedang memeriksa nama mereka ditempatkan di bagian mana minggu ini. Reiko pun demikian dan berdebar-debar mencari namanya. "Ah! Bagian cokelat!" Reiko akhirnya menemukan nama dia di bagian itu.     

"Wuah! Satu grup dengan Reiko-chan!" Terdengar suara heboh Yuza di sisi Reiko.     

Reiko hampir saja melompat karena terkejut. Dan dia mendapati wajah tersenyum Yuza.     

"Reiko-chan! Kita satu grup! Alangkah senangnya aku! Ayo kita segera ke tempat kita di lantai atas!" ajak Yuza.     

"Oh, baiklah." Reiko yang kala itu sudah memakai baju seragam tanpa memakai masker dan sarung tangan pun mengangguk dan berjalan bersama Yuza masuk ke lift yang membawa mereka ke lantai atas.     

Di lantai dua, bangunan dipecah pula menjadi dua bagian, sebagai tempat kerja karyawan, dan sebagai kafe.     

Ketika tiba di lantai yang dituju, keduanya segera masuk ke ruang yang menyediakan masker dan sarung tangan.     

"Ayo, sekarang kita berguru sebentar." Yuza mengajak Reiko dan mereka berjalan mencari lokasi meja kerja mereka. Setelah menemukannya, ternyata sudah ada seorang pria di sana yang sedang menyiapkan alat-alat.     

"Selamat pagi." Reiko dan Yuza menyapa orang itu dengan membungkuk hormat dan memperkenalkan dirinya.     

"Ohh, ya. Lekas siapkan peralatan seperti yang ada di daftar kerja." Pria itu terkesan kaku saat bicara dan nadanya sepertinya dia tidak pernah bercanda.     

"Apakah Anda ... ketua grup, Hazuoki Kazuto?" tanya Yuza pada pria itu.     

"Ah, ya. Panggil saja Kazu-san. Nah, cepat siapkan alat-alatnya." Kazuto yang berusia sekitar 29 tahun itu mulai mondar-mandir di depan Reiko dan Yuza.     

Ini cukup membingungkan bagi Reiko dan Yuza. Bukankah mereka masih harus menerima pengajaran dari ketua grup terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan? Tapi kenapa pria itu sepertinya sibuk sendiri?     

"Ano ... bisakah kami belajar dulu dari para senior, Kazu-san?" Yuza mengingatkan esensi penting ini.     

"Ohh? Kalian orang baru?" tanya Kazuto pada Yuza dengan wajah terkejut meski masih tidak bisa mengenyahkan aroma kaku darinya. Reiko dan Yuza mengangguk. "Tsk, sungguh merepotkan jika bekerja dengan pemula."     

Yuza seperti hendak meledak mendengar ucapan Kazuto. Ketua grup macam apa itu yang malah enggan mengajari mereka yang masih baru! Tapi Reiko memegang lengan Yuza untuk menenangkan lelaki muda itu.     

"Ya sudah, sini ikut aku. Aku hanya akan menunjukkan sekali saja dasar-dasar dalam mengolah cokelat. Perhatikan baik-baik dan jangan mengacau di grupku, mengerti?" Kazuto benar-benar orang yang sangat kaku hingga mudah membuat kesabaran orang menguap.     

"Iya, Kazu-san!" Reiko lekas membungkuk dan lekas mengikuti pria 29 tahun itu ke satu meja marmer panjang warna putih kelabu muda dengan corak khasnya. Yuza menekan emosinya dan mengikuti Reiko.     

"Kita di sini mendapat tugas di kelompok praline. Tentunya kalian sudah tahu apa itu cokelat praline. Cari sendiri di situs. Nah, aku beri tahu dasarnya. Setelah menimbang butiran cokelat, panaskan hanya sampai di suhu 70 hingga 80 derajat celcius saja, jangan terlalu panas. Lalu aduk sampai rata dan campur dengan cokelat yang itu dan sedikit beri mentega yang itu." Tangannya menunjuk ke beberapa bahan.     

"Lalu, setelah cokelat mencair, aduk sampai rata dan tak ada lagi yang menggumpal. Lalu tuang cairan cokelat ke meja ini. Yah, tuang saja begini apa adanya, lalu gunakan ini untuk mengaduk-aduk cokelat di atas meja. Tentu kau harus membersihkan meja ini terlebih dahulu dengan cairan antiseptik." Kazuto terus memberikan pengajarannya ke Reiko dan Yuza yang menatap penuh konsentrasi.     

"Nah, setelah mengisi cokelat ke cetakan, tuang kembali itu ke wadah semula, lalu isi dengan isiannya dan kemudian mulai berikan cairan cokelat sebagai penutupnya." Kazuto secara lincah membolak-balikkan wadah berisi cairan cokelat itu, mengisinya dengan buah ceri dan menuang cokelat sisanya untuk menutupi ceri itu, dan secara terampil menyingkirkan cokelat yang belepotan di cetakan menggunakan spatula khusus cokelat berbahan stainless steel.     

Gerakan Kazuto betul-betul indah di mata Reiko namun tidak demikian bagi Yuza karena pemuda itu masih geram dengan perkataan Kazuto sebelumnya.     

Reiko pun lekas mempraktekkan apa yang baru saja dilakukan Kazuto dan pria itu mengangguk puas.     

"Bagus, kau cepat belajar. Aku tidak akan terlalu repot dengan orang secerdas kau." Kazuto memuji Reiko yang sudah bisa menirukan cara-caranya tadi, lalu menoleh ke Yuza. "Kau. Bagaimana dengan kau? Coba lakukan seperti aku tadi."     

Menggigit bibir untuk menahan dari menyemburkan amarahnya, Yuza pun mulai melakukan seperti yang sudah dicontohkan. Namun, ternyata dia cukup ceroboh dan agak belepotan hasil cokelat praline-nya.     

Kazuto berdecak tak puas dan menggeleng kesal sambil berkata pada Yuza, "Kau, belajarlah pada dia yang pintar ini." Lalu dia pergi begitu saja, entah hendak apa dan kemana.     

Yuza hampir meledak jika Reiko tidak lekas mengajaknya untuk mulai mempelajari cara mengolah cokelat menjadi praline.     

Lalu, tak berapa lama kemudian, sudah ada rekan grup mereka yang mulai berdatangan.     

"Ehh? Ini ... Reiko?" tanya seorang gadis sambil menatap heran pada Reiko.     

Mendengar namanya disebut, Reiko menoleh ke belakang. "Ya?" Ia pun menurunkan maskernya.     

"Wah! Ternyata benar Reiko yang terkenal itu!" Mata gadis itu menyala akan antusiasme saat dugaannya benar. "Hai, aku Sawamura Yuno!" Ia ulurkan tangan ke Reiko.     

Tentu saja Reiko menjabat tangan gadis kisaran usia 24 tahun itu, dia dua tahun di atas usia Reiko. "Arata Reiko. Yoroshiku onegaishimasu, Yuno-san."     

"Hai, aku Akashiya Yui."     

"Arata Reiko, yoroshiku onegaishimasu." Reiko beralih berjabat tangan dengan gadis satu lagi yang berusia kisaran 23 tahun.     

Kemudian, Yuza ikut berkenalan dengan mereka karena ini memang hal wajib bagi mereka yang baru bertemu agar bisa saling bekerja dengan situasi yang menyenangkan.     

Mata Yuno melirik ke Reiko sambil menyunggingkan senyum aneh di balik maskernya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.