Inevitable Fate [Indonesia]

Cinta Mampu Menghapus Kesedihan



Cinta Mampu Menghapus Kesedihan

0Sou sa kanashimi wo yasashisa ni (mengubah kesedihan menjadi kebaikan)     
0

Jibun rashisa wo chikara ni (dan kepribadianmu menjadi kekuatan)     

Kimi nara kitto yareru shinjite ite (percayalah bahwa kau pasti dapat melakukannya)     

- Kanashimi wo Yasashisa ni (Mengubah Kesedihan Menjadi Kebaikan) by Little by Little - OST. Naruto -     

===========     

Pagi ini, Reiko bangun dengan semangat meluap, ingin melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Meski gosip sedang menggempurnya, namun dia percaya, bahwa hasil pekerjaannya akan bersuara lebih lantang ketimbang gosip itu sendiri.     

Memiliki kepercayaan diri mengenai itu, Reiko tidak ingin ambil pusing mengenai apapun rumor yang dikatakan mengenainya. Akan sangat merepotkan dan melelahkan jika dia harus menanggapi rumor yang ada.     

Karena, jika itu terus diladeni, maka akan muncul rumor berikutnya dan makin lama hanya akan membuang waktu saja. Oleh karenanya, Reiko ingin mengubur rumor itu dengan prestasi kerjanya saja ketimbang repot-repot melayani.     

Jika memang Azuka membenci dirinya dan menyebarkan rumor buruk tentang dia merupakan kebahagiaan Azuka, yah biarlah! Toh orang akan bosan sendiri jika terus dijejali gosip. Yang penting, dia tidak seburuk seperti gosip itu katakan. Yah, begitu saja!     

Ia melirik suaminya yang masih tergeletak di tempat tidur dan tersenyum. Lalu mendekat ke Nathan Ryuu untuk memberikan kecupan singkat pada pipi pria Onodera.     

Namun ....     

Sreett! Brukk!     

"R-Ryuu!" Reiko sudah ditarik dan dihempas ke ranjang.     

Tetapi, teriakan Reiko tenggelam oleh cumbuan agresif Nathan Ryuu yang menindihnya.     

"Mmppuaahh! Ryuu! Tu-tunggu! Aku sudah rapi dan siap berangkat! Ryuu!" Reiko berjuang agar cumbuan suaminya tidak semakin ganas.     

Nathan Ryuu pun berhenti dan menatap istrinya di bawah kungkungan tubuh telanjangnya. Dia memang suka tidur tanpa sehelai baju pun jika bersama Reiko. Ia tertawa terkekeh sambil membuka matanya."Ohh, ternyata kau memang sudah rapi, he he!"     

Setelah itu, Nathan Ryuu berguling ke samping untuk membebaskan Reiko darinya.     

Nyonya muda Onodera lekas bangkit sebelum suaminya berubah pikiran dan memaksa dia untuk membolos kerja. "Ya ampun, Ryuu! Kau merusak lipgloss-ku! Astaga ...." Reiko lekas kembali ke depan meja riasnya dan membubuhkan lagi pelembab bibir berwarna baby pink.     

Nathan Ryuu malah tertawa kecil dan merespon, "Itu salahmu karena kau hanya mengecup pipiku." Ia masih bisa beralasan. "Kan sudah kukatakan untuk mencium bibirku, bukan pipi atau kening." Ia pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah Reiko.     

Reiko langsung menegang waspada. "Ryuu, tidak! Aku sudah siap berangkat, harus lekas bekerja."     

"Cium aku dulu," desak Nathan Ryuu.     

"Tapi ... tadi kan sudah!" protes Reiko sambil mendelik.     

"Tadi itu aku yang menciummu, bukan kau yang menciumku. Ayo." Lelaki itu menyodorkan wajahnya ke Reiko.     

Astaga, apa lelaki Onodera ini sedang bertingkah kekanakan? tanya Reiko dalam batinnya. Mendesah putus asa, Reiko pun secara patuh memajukan wajahnya ke depan dan mengecup bibir sang suami. "Oke, sudah. Nah, aku pergi dulu. Ittekimasu[1]."     

"Itterasshai[2]," jawab Nathan Ryuu sambil tersenyum senang.     

Kemudian, Reiko pun berlari keluar dari apato dia dengan senyum terhias pada wajahnya. Dia bahagia. Dia sungguh bahagia telah memiliki lelaki yang menyayangi dia. Karena itu, untuk apa dia sedih hanya karena segelintir gosip?     

Meski kemarin dia ingin menangis, namun setelah Nathan Ryuu tiba di dekatnya, dia merasakan hanya ada bahagia saja menyelimuti dia. Perasaan disayang dan dicintai itu sungguh ajaib menyembuhkan luka apapun.     

Karena dia sudah mendapatkan moodbooster dari suaminya, maka dia merasa bersemangat menjalani awal hari ini. "Jika nanti aku pulang lebih awal, aku akan memasak untuk Ryuu!" tekadnya.     

Lihat! Bahkan, sinar mentari di pagi ini sungguh terasa menyenangkan meski hembusan angin musim gugur menyertainya. Namun, suasana hangat masih cukup menebarkan rasa nyaman di hati. Maka dari itu, tidak ada alasan untuk bersedih!     

Setelah tiba di Magnifico, Reiko segera menyapa semua orang yang sudah datang, terserah apakah mereka membalas salam paginya atau tidak, dia tidak memikirkan itu.     

"Ohayou!" Reiko menyapa riang semua yang sudah hadir di tempat itu.     

Senyum secerah mentarinya memberikan aura positif dari dirinya. Beberapa memang ada yang membalasnya dengan keriangan yang sama. Namun, ada pula yang hanya menganggukkan kepala saja tanpa membalas sapaannya.     

Ia lekas ke ruang loker perempuan di lantai 2 sambil bersenandung mengganti baju atasnya dengan kaos seragam Magnifico, lalu memakai penutup rambut serta celemek, dan kemudian lekas mencuci tangan sebelum mengenakan masker dan sarung tangan. Setelah lengkap semuanya, maka ia pun keluar dari sana dan menyapa semua orang sebelum menuju ke meja kerja grupnya.     

Melihat Kazuto sudah ada di sana, Reiko memberi salam, "Ohayou, Kazu-san."     

"Hm, ya, ohayou mo, Reiko-san. Hari ini kau bisa pilih dari 5 praline ini yang akan kau buat." Kazuto menyerahkan daftar yang sudah dia buat.     

Reiko melihat kertas itu. Ada praline isi kacang cincang, isi selai matcha, isi almond, isi blueberry, dan isi marshmallow.     

"Sepertinya aku ingin membuat yang isi marshmallow saja, Kazu-san. Boleh?" Reiko selesai memilih. Beruntung sekali dia datang paling awal sesudah Kazuto, sehingga dia bisa memilih lebih leluasa.     

"Hm, baiklah. Kau bisa ambil cetakan bentuk kotak." Kazuto memberikan perintah.     

"Apakah aku boleh berkreasi?" tanya Reiko.     

"Seperti apa?" Kazuto penasaran.     

"Mungkin dengan menambahkan sprinkle mutiara di atasnya?" Reiko tak begitu yakin idenya diterima.     

"Ya sudah, pakai saja. Tapi jangan yang terlalu besar dan jangan berlebihan." Kazuto melambaikan tangan tanda dia menyetujui.     

Mata Reiko berbinar senang. "Baik, Kazu-san! Terima kasih!" Ia pun lekas pergi untuk menyipkan berbagai peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.     

Ketika tadi Reiko masuk ke pintu samping Magnifico dengan raut cerah ceria, di belakangnya, ternyata ada Azuka dan geng trio-nya.     

"Huh! Lihat! Si jalang itu berseri-seri. Seperti baru saja mendapatkan segepok uang dari hasil semalam," cibir Azuka.     

"Atau mungkin dia semalam sudah mendapatkan kenikmatan hingga pagi? Hi hi!" Yukio menambahi.     

Tidak bisa dipungkiri, manusia tidak luput dari kebiasaan bergunjing dan membicarakan orang lain, di mana pun tempatnya, terlepas apakah mereka di kota besar atau pelosok pedalaman sekalipun, sudah menjadi tabiat manusia untuk melakukan hal demikian.     

Pembedanya hanya, apakah mereka menggunjing dengan sikap sengit atau sikap biasa saja.     

Bahkan di jaman digital ini, orang semakin giat menggunjingkan pihak lain dan disebarkan sehingga banyak menimbulkan masalah pelik lainnya.     

"Aku heran ... kenapa orang seperti dia masih dipertahankan di Magnifico? Bukankah akan membawa nama buruk bagi tempat ini?" Azuka bersungut-sungut.     

"Orang yang mana yang kalian bicarakan?" Mendadak, di dekat mereka terdengar suara wanita.     

Geng trio itu lekas berbalik untuk melihat sosok wanita muda berusia sekitar 30-an awal dengan dandanan ala sosialita sedang menurunkan kacamata hitamnya ketika berjalan dari mobil sport yang berhenti di depan Magnifico.     

"Nyonya Takeda!" Ketiganya serempak berseru kaget. Itu adalah istri dari pemilik Magnifico, mana mungkin mereka tidak mengenalinya?     

------------------     

[1] ittekimasu digunakan orang Jepang ketika mereka keluar dari rumah (pergi) dan akan kembali lagi nantinya. Jadi ... bisa diartikan itu seperti "aku pergi dulu" atau "pamit pergi"     

[2] itterasshai digunakan di Jepang oleh orang yang masih di rumah untuk menjawab kata pamit 'ittekimasu' tadi. Jadi, seperti berkata "selamat jalan".     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.