Inevitable Fate [Indonesia]

Yuno si Pengganggu



Yuno si Pengganggu

0sumgyeowasseo (aku telah menyembunyikannya)     
0

I tell you something (kukatakan sesuatu padamu)     

geujeo mudeodugien (hanya untuk dikubur saja)     

- Stigma by V BTS -     

===========     

Karena menyadari dia tidak bisa menjawab Yuza, maka Yuno pun beralasan, "Tapi siang ini, siang ini sepertinya ibuku sudah bisa dipulangkan ke rumah, dan mungkin tadi saudaraku sudah ada yang menjemput dia."     

"Bukankah dia koma seperti katamu?" tanya Yuza dengan memiringkan kepala dan kening berkerut, mempertanyaan tentang keterangan dari Yuno sebelumnya.     

"Itu ... apakah aku berkata seperti itu? Yuza-san, sepertinya kau salah dengar." Yuno dengan tak tahu malunya menyodorkan jawaban semacam itu, lalu menggaruk kepalanya dan melanjutkan bicara, "Ayo kita segera fokus bekerja agar ini semua rampung di jam 5!"     

Yuza sudah hendak bicara lagi namun tatapan dari Reiko menyiratkan agar Yuza berhenti mendesak Yuno. Apalagi Reiko menggeleng pelan ke Yuza, mempertebal sinyal darinya. Yuza pun menghela napas dan dalam hatinya dia berkata, 'Kali ini beruntung untukmu, Yuno, karena Reiko-chan yang memintaku berhenti. Awas saja lain kali jika kau mengacau hasil pekerjaan Reiko-chan, jangan harap aku masih bisa selembut ini.'     

Mereka menyelesaikan target cokelat hari ini di jam 5 lebih 37 menit. Ini karena Reiko benar-benar menggila dalam bekerja agar dia tak perlu merepotkan dan menyeret seluruh grupnya untuk pulang sangat terlambat hanya karena membantu dia seperti kemarin.     

Menyelesaikan cokelat bagiannya, Reiko menghela napas panjang namun kemudian, dia tersenyum senang semuanya telah rampung. Tak lupa dia melakukan nasehat yang diberikan Kazuto, dia mencengkeram tepi bakinya sehingga itu takkan mudah dijatuhkan pihak lain.     

Ya, dia sudah tahu bahwa Yuno memang sengaja mengganggunya dengan melakukan penyenggolan sengaja. Dan dengan pemikiran ini, dia pun makin yakin kemarin Yuno melakukan hal yang serupa hanya untuk menghambat Reiko.     

Ini hampir seperti perundungan, namun lebih halus. Namun begitu, tetap saja itu merugikan Reiko secara waktu dan tenaga. Ia harap dia tidak perlu lagi diperlakukan demikian oleh Yuno. Dia tidak ingin dianggap sebagai penghambat grup.     

Yang lucunya, Yuno malah lebih lambat dari Reiko sehingga sampai jam 6 petang pun dia belum rampung dengan target yang diberikan Kazuto untuk hari ini. Mau tak mau, anggota yang lainnya segera membantu Yuno agar lebih cepat selesai karena wadah berisi 10 cokelat itu harus terisi lengkap.     

Namun, dalam hatinya, Yuno mengutuk Reiko yang dianggap telah menghambatnya hari ini. 'Jika aku tak perlu membantumu membersihkan kekacauan cokelatmu, tentunya aku takkan seterlambat ini menyelesaikan bagianku! Dasar jalang!'     

Untung saja itu hanya diucapkan dalam hati atau dia harus bersiap menerima bentakan pedas dari Yuza.     

Di jam 7 malam, seluruh pekerjaan grup Kazuto pun berhasil menyelesaikan target mereka dan mereka mulai pulang, menyerahkan urusan bersih-bersih alat ke petugas pembersih di sana.     

"Reiko-chan, pulang sendiri?" tanya Yuza ketika mereka sudah keluar dari gedung Magnifico.     

Reiko menganggukkan kepalanya dan menjawab, 'Umh! Aku akan ke halte setelah ini."     

"Aku temani, yah!" Yuza memaksa. Dia tidak ingin ada lagi kejadian Reiko diganggu siapapun, apalagi oleh Erina dan antek-anteknya. Dia harus menjaga Reiko!     

Tak bisa lagi menolak meski sudah berusaha mengatakan tidak pada Yuza, akhirnya Reiko pun bersedia diantar oleh pria itu. Mereka masuk ke bus dan turun di dekat gedung apato Reiko. Yuza bahkan bersikeras ikut naik ke atas.     

"Pokoknya sampai Reiko-chan aman tiba di unitmu!" Yuza menegaskan itu.     

Reiko tak berdaya dan patuh membawa Yuza hingga ke lantai unitnya.     

Ketika pintu dibukakan dari dalam, alangkah kagetnya raut Yuza ketika melihat wajah Nathan Ryuu menyambut mereka. "Tu-tuan Ryuu!" Ia sungguh tak menyangka akan bertemu pria itu. Jadi ... keduanya bahkan sudah tinggal bersama sekarang?! Yuza syok.     

"A-ano ... Yuza-kun bersikeras menemani dan mengantarku ke sini, Ryuu." Reiko tak ingin suaminya salah paham jika melihat ini. "Katanya, ia ingin menjagaku dari siapapun yang ingin menggangguku," imbuhnya.     

Mendengar itu, wajah Nathan Ryuu pun melunak dan tersenyum. "Tentu saja aku harus berterima kasih pada Yuza-kun karena sudah menjaga is-ehem, kekasihku." Nathan Ryuu hampir saja kelepasan bicara. Reiko masih belum ingin mengungkapkan status mereka saat ini. Ia menghargai sang istri atas permintaan tersebut.     

Sial, Yuza mengutuk dalam hatinya. Kenapa dia nampak seperti penjaga kekasih orang lain? Betapa mengenaskannya itu, ya kan! "I-iya, aku memang khawatir pada Reiko-chan," tutur Yuza sembari menggaruk belakang kepalanya dengan wajah canggung, "karena aku tak ingin ada lagi kejadian tak mengenakkan seperti sebelumnya."     

"Kejadian tak mengenakkan?" Kening Nathan Ryuu berkerut dalam.     

"I-itu ... tentang aku mabuk, Ryuu!" Reiko buru-buru menyahut agar Yuza tak perlu terlalu banyak mengungkap ini dan itu mengenai orang-orang yang merundungnya di tempat kerja.     

"Ohh, yang itu." Senyum Nathan Ryuu yang baru saja lenyap, mendadak muncul kembali. "Ohh, apakah Yuza-kun bersedia makan malam dengan kami?"     

"Tidak usah! Tidak usah! Aku ... aku akan makan malam dengan Ossan saja!" Yuza menggoyang-goyangkan dua tangan di depan sebagai tanda penolakan.     

"Ossan?" Nathan Ryuu bingung. Apakah Yuza sedang mengejek dia?     

"Itu ... Shingo-san." Reiko menjelaskan ke suaminya. "Yuza terbiasa memanggil ossan pada Shingo-san."     

"Ohh! Berarti kau melewatkan makan malam bersama kami?" Mata Nathan Ryuu mengerling berkilat.     

"Tidak, tidak usah, terima kasih atas tawaran Tuan Ryuu, tapi tidak, terima kasih. Maaf, aku akan langsung saja, permisi." Yuza pun membungkukkan badan ke dua sejoli di depannya dan segera balik badan untuk lekas menghilang dari sana saja ketimbang melihat kemesraan di antara mereka.     

Setelah Yuza berjalan di lorong meninggalkan Reiko dan Nathan Ryuu, secara samar dia mendengar keduanya saling bicara.     

"Ayo ucapkan yang lebih manis, dan aku ingin sebuah ciuman pula."     

"Ryuu, kau ini!"     

"Lekas, atau aku takkan biarkan kau masuk."     

"Baiklah. Tadaima ... umcch!"     

"He he, okaeri, sayank."     

Yuza merutuk keras-keras di hatinya. Tak bisakan mereka melakukan itu di dalam saja? Tak bisakah mereka menunggu Yuza menghilang ke lift dulu? Apakah ada kebutuhan bagi mereka memamerkan itu di belakang punggungku saat aku belum jauh?     

Setelah Yuza masuk ke dalam lift, seringai tipis muncul dari wajah Nathan Ryuu. Pria Onodera itu yakin Yuza mendengar percakapan dia dengan Reiko di depan pintu apato mereka. Mendengus senang, tuan muda Onodera pun mengangkat tubuh Reiko dan membawanya masuk tanpa perduli istrinya meronta protes akan tindakan dadakan darinya.     

"Tenanglah, sayank, atau akan aku buat kau mengerang keras setelah ini, hm?" Nathan Ryuu mengerling genit ke istrinya.     

"Ryuu! Kau sungguh vulgar!" Reiko memukuli pelan dada suaminya ketika dia masih saja dibopong Onodera Ryuu.     

"Ha ha ha, kau harus terbiasa akan itu, sayank, karena kita akan menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh membara akan cinta dan nikmat!" ujarnya sebelum dia menjatuhkan Reiko ke kasur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.