Inevitable Fate [Indonesia]

Ingin Menyenangkan Tuan Jenderal?



Ingin Menyenangkan Tuan Jenderal?

0Are you calling me a sinner? (apa kau menyebutku pendosa?)     
0

museun mari deo itgesseo (apalagi yang bisa kukatakan?)     

- Stigma by V BTS -     

============     

Karena dihempas dan dikurung di bawah kungkungan tubuh suaminya di kasur, Reiko pun berkata, "Aku harus mandi dulu, Ryuu! Aku terlalu lengket hari ini!" Reiko panik dan hendak melarikan diri dari cengkeraman suaminya.     

"Lengket? Lengket karena siapa, hm? Coba sini aku endus dulu!" Nathan Ryuu menangkap Reiko dan mengungkungi wanita muda itu di bawah penjara tubuhnya.     

"Jangan berpikir gila, Ryuu! Tentu saja aku lengket karena keringat setelah bekerja keras hari ini! Bukan karena siapapun, astaga kau ini! Apakah kau tak percaya padaku?"     

"Ha ha ha ... aku tentu saja percaya pada istriku. Tapi, ijinkan aku mengendus wangi tubuhmu, sayank." Ia mulai membuka kancing mantel tipis Reiko.     

"Ryuu! Aku belum mandi! Apalagi ini aku belum melepas sepatu, ya ampun! Tidak bisakah kau bersabar, Tuan Muda?"     

"Nyonya Muda, kau harus jelas bahwa suamimu ini orang yang mudah terpesona padamu, jadi jangan salahkan dia jika dia susah menahan diri setelah menunggu seharian," bisik Onodera Ryuu di depan wajah istrinya.     

Reiko tak berdaya dan membiarkan sang suami melakukan apapun padanya kecuali penetrasi.     

Tak butuh waktu lama bagi Nathan Ryuu untuk melucuti seluruh baju yang melekat di tubuh istrinya hingga Reiko telanjang seluruhnya dan berbaring pasrah di ranjang.     

"Aangghh ... Ryuu ... mmhhh ...." Reiko sudah mulai mendesah ketika setiap titik erogenus dia disentuh secara piawai oleh sang suami entah menggunakan jari atau bibir atau lidah. Ia memilih untuk memejamkan mata saja menerima semua kenikmatan itu.     

Ketika Reiko sedang tekun menghayati kenikmatan dari mulut suaminya yang mengulum di area mutiara mungilnya bersarang, mendadak Reiko terkejut ketika ada sesuatu yang menyelusup masuk ke liang intimnya. "Ryuu!"     

Mata Reiko terbelalak dan menegakkan sedikit tubuh atasnya demi bisa melihat apa yang sebenarnya dilakukan sang suami.     

"Tenang saja, sayank. Ini tidak akan sakit, aku janji. Percayalah padaku." Nathan Ryuu pun melantunkan rayuan membujuknya ketika dia memasukkan satu jarinya ke liang intim sang istri dan mengaduk perlahan di sana.     

"Errmghhh ... sungguh tidak akan sakit?" tanya Reiko sambil menatap malu di bagian selatan sana. Tangan suaminya bergerak-gerak di area kewanitaan dia, memaju dan mundurkan jarinya secara lembut, seakan menjaga janji yang sudah dibuat baru saja, bahwa itu tidak akan sakit.     

Ternyata, sang suami memang menepati janjinya. Kian lama, yang dirasakan Reiko hanya sebuah sensasi menyenangkan yang menggigit birahinya. Ia mulai merebahkan kembali punggungnya dan menerima semua yang dilakukan Onodera Ryuu. Sesekali pantatnya akan naik dan turun tanpa dia sadari.     

Terutama ketika dia melakukan pelepasan cairan cintanya, pantatnya bisa terangkat tinggi-tinggi dengan otot kaki mengejang kuat dan jemari kakinya mencengkeram seprei, sambil dia kemudian kejang-kejang kecil sebelum pantat itu kembali rubuh di kasur berbarengan dengan lenguhan lirih.     

Setelah itu, suaminya mulai membuka celananya sendiri dan menyodorkan benda tegang yang sudah menjulang arogan menantang gravitasi. "Sayank, ingin menyenangkan tuan jenderal?"     

Mana bisa Reiko menolak. Maka, meski dengan sedikit susah payah karena lemas usai orgasme, Reiko membawa benda jantan berurat itu ke dalam mulutnya dalam posisi dia masih rebahkan kepalanya di bantal dan suaminya mengangkangi wajahnya.     

Ini sungguh posisi yang aneh menurut Reiko dan cukup memalukan, tapi dia menekan rasa aneh itu dan secara patuh memulai pelayanan dia sebagai istri.     

"Orrghh ... sayank ... kau semakin pintar ... hrrmmghhh ... Reiko-ku yang cerdas ... Reiko-ku yang jenius ... mulut dan lidahmu adalah milikku, sayank, jangan pernah berikan itu pada siapapun selain aku, mrrghh ...." Tuan muda Onodera mulai meracau sambil dia menatap lekat ketika batang pusakanya sedang dikulum dan dihisap-hisap mulut Reiko.     

Ketika hendak mencapai limitnya, Nathan Ryuu bergeser, mengganti posisinya menjadi posisi 69 dengan Reiko kini berada di atas tubuhnya.     

"Ryuu, ini ...." Reiko semakin merasa aneh dan sedikit malu dengan posisi ini. Bukankah ini terlalu berlebihan? Tapi Reiko tak punya pilihan lain karena dia ingin menjadi istri yang bisa memuaskan suami.     

Menghilangkan rasa tak karuan itu pun Reiko segera memasukkan batang arogan itu kembali ke dalam mulutnya sementara kini mulut sang suami mulai melomoti kewanitaan dia dan pinggulnya diturunkan agar mulut Nathan Ryuu bisa terus menggapai daerah lembap tersebut.     

"Aanghh ... oummffhh ... haangghh ... mmrlllhhh ...." Reiko beberapa kali harus melepaskan batang berurat suaminya ketika dia tak bisa menahan erangan yang ingin keluar apa adanya dari mulut jujurnya. Dan kemudian akan kembali memasukkan batang itu, namun akan lekas mengerang lama jika lidah suaminya mulai menggila di sana.     

Sementara Nathan Ryuu sibuk menggerakkan pinggulnya sehingga pantatnya bisa naik dan turun bagai sedang menyetubuhi liang intim Reiko, mulutnya terus bekerja secara intens untuk membahagiakan kewanitaan Reiko. "Urrfhh ... sayank, Lady Pink ini sungguh enak, ummffhh ... mrllhhh ... aarghh ... mulutmu juga enak, sayank."     

Lady Pink? Reiko ingin tertawa mendengar suaminya secara sembarangan memberikan julukan bagi kewanitaan dia. Tapi dia tak boleh melepaskan batang ini sebelum si batang menyerah dan memberikan semburan hangat untuknya. "Mgghh! Mgghh! Mrrghh!' Reiko mempercepat kocokan mulutnya pada pusaka Nathan Ryuu.     

Tuan muda Onodera tak ingin kalah dari istrinya dan makin menggila dengan lidahnya dan kini juga mulai menyusupkan masuk dua jarinya di liang tersebut.     

Terasa penuh. Dua jari itu seakan tercekik di dalam sana, menandakan liang Reiko memang masih benar-benar sempit meski dia sudah pernah menerobosnya di malam itu, berulang kali. Yah, liang khusus milik wanita ini memang sungguh elastis dan mudah kembali menyempit, apalagi jika lama tidak digunakan.     

Namun, yang pasti, Nathan Ryuu sudah jatuh cinta pada liang merah muda ini. Ia tak sabar kembali mencicipi rasa si merah muda ini ketika dia nantinya menenggelamkan pusakanya dalam-dalam di sana.     

Tak sampai setengah jam dari permainan 69 mereka ketika keduanya mulai melakukan pelepasan bergantian, dari Reiko terlebih dahulu dan disusul Nathan Ryuu.     

Setelah itu, Nathan Ryuu membopong Reiko ke kamar mandi dan mereka mengulangi lagi hal itu meski tanpa bergaya 69. Keduanya saling meraih puncak asmara di bawah kucuran air shower. Dan kemudian, mereka pun makan malam dulu sebelum berbincang santai dan tidur berpelukan.     

-0-0-0-0-     

Pagi ini, Reiko sudah rapi memakai baju yang dibelikan suaminya, bahkan dia juga membawa tas dengan nama brand terkenal. Pikirnya, tas ini memiliki banyak versi palsunya, jadi orang takkan percaya ini adalah yang asli yang dia bawa. Memikirkan itu, dia pun tenang.     

"Aku berangkat dulu, Ryuu. Umcchh!" Reiko tak lupa memberikan ciuman singkat pada bibir suaminya yang masih belum bangun. "Ittekimasu!"     

"Mrrhhh ...." Nathan Ryuu menggeliat. "Kau berangkat sekarang juga? Tak ingin menyapa jenderal dulu?"     

Reiko memutar bola matanya, "Oh please, Ryuu!" Lalu dia pun lekas keluar dari apato sebelum suaminya menangkap dia dan entah akan melakukan apa padanya nanti.     

Samar-samar dia mendengar suaminya menyahut, "Itterasshai, sayank! Jaga dirimu!"     

Di Magnifico, saat Reiko berjalan masuk ke lorong untuk menuju ke pintu samping tempat itu, sudah ada Nyonya Takeda yang duduk di mobilnya. "Apakah itu tas Louis Vuitton asli?" Ia menurunkan kacamata hitamnya ketika melihat apa yang ada di tangan Reiko.     

"Aku yakin itu asli, Nyonya, karena dia menjadi peliharaan lelaki tua kaya. Dan sekarang pakaian dia adalah golongan pakaian bermerek serta mahal." Erina di samping Takeda Ayumi menimpali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.