Inevitable Fate [Indonesia]

Kepalsuan



Kepalsuan

0Ari no mama ikiru koto ga seigi ka (apa benar untuk hidup sesuka hati?)     
0

Damashi damashi ikiru no wa seigi ka (apa benar untuk hidup dengan kebohongan?)     

Boku no arubeki sugata to wa nanda (bagaimana sosokku seharusnya?)     

Hontou no boku wa nanimono nanda (kalau begitu, siapa aku sebenarnya?)     

- Kaibutsu (Monster) by YOASOBI - OST. BEASTARS -     

===========     

Di Magnifico, saat Reiko berjalan masuk ke lorong untuk menuju ke pintu samping tempat itu, sudah ada Nyonya Takeda yang duduk di mobilnya. "Apakah itu tas Louis Vuitton asli?" Ia menurunkan kacamata hitamnya ketika melihat apa yang ada di tangan Reiko.     

"Aku yakin itu asli, Nyonya, karena dia menjadi peliharaan lelaki tua kaya. Dan sekarang pakaian dia adalah golongan pakaian bermerek serta mahal." Erina di samping Takeda Ayumi menimpali.     

"Tck! Kenapa itik seperti dia bisa punya tas seperti itu?" Nyonya Takeda mendecih dengan sikap pahit.     

Erina mengulum senyum tipisnya dengan mata berbinar. "Nyonya, dia sedang beruntung mendapatkan dukungan."     

Nyonya Takeda melirik Erina di sampingnya dan menyahut, "Si tua bangka yang kau sebut itu?"     

"Ya, Nyonya, itu adalah dugaan saya." Erina mengangguk hormat.     

"Hmph! Ya sudah, kita lihat saja si itik itu sampai kapan bisa bertahan." Dagu Takeda Ayumi terangkat.     

Mendengar ucapan sengit nyonya bosnya, mau tak mau Erina berpikir bahwa ada sesuatu yang akan dilakukan nyonya bosnya kepada Reiko. Kalau ini benar adanya, bukankah dia harus bersuka cita karena rencananya berhasil?     

Seorang perempuan yang hatinya mudah dengki, ketika melihat perempuan lain terlihat lebih baik dan disukai oleh lelaki pujaanmu, maka tidak mungkin dia tidak mengarahkan seluruh kebenciannya kepada perempuan tadi meski si perempuan tidak berkencan dengan pujaannya.     

Sama juga seperti Erina. Dari awal, dia adalah seorang munafik yang kerap memakai topeng malaikat ceria yang mudah bergaul dengan siapapun. Ketika dia menyukai seorang lelaki dan ternyata lelaki itu malah mengarahkan pandangan ke perempuan lain, kedengkian dia pun berkobar dan menyulut dia untuk memulai sebuah skema jahat.     

Tak perlu harus seseorang berkarakter munafik. Asalkan dia sudah merasa sakit hati dan cemburu berlebihan, bukankah dia akan melakukan segala cara untuk menjatuhkan saingannya itu agar terlihat buruk di mata pujaannya, terlepas apakah yang dianggap saingan itu menanggapi pujaannya atau tidak.     

Terkadang dunia penuh dengan orang-orang beracun seperti ini, yang tidak bisa berpikir lurus dan tulus. Dan cinta akan diatasnamakan dalam urusan ini untuk melegitimasikan perbuatan dengki dia.     

Aku lebih mencintai dia ketimbang siapapun perempuan di muka bumi ini, jadi dia seharusnya hanya melihat padaku saja.     

Apakah perempuan itu bisa minggir dan tak perlu menggoda pujaanku? Dia milikku! Jangan berdekatan dengannya!     

Dia adalah idolaku! Dia hanya boleh dimiliki olehku saja! Siapa kamu sehingga berani berdekatan dan berakrab-akrab dengannya?!     

Lihat, aku ini lebih baik darimu, jadi menjauhlah dari idolaku tercinta, pujaanku tersayang. Kau takkan bisa memberikan rasa cinta sebesar aku kepadanya! Enyahlah!     

Akan kubuktikan bahwa kau hanya seonggok sampah yang tidak patut mendapatkan perhatian dari pujaanku, dari idolaku! Aku yang lebih pantas!     

-0-0-0-0-     

Hari berikutnya ....     

Di Magnifico, seperti biasa, Reiko bekerja dengan tekun, giat, dan cepat. Dia kini juga tak segan bertanya ke ketua grupnya, Kazuto, bila dia memiliki ide mengenai cokelat bagiannya.     

Dan semenjak kejadian buruk sebanyak dua kali dengan Yuno, Reiko memilih untuk lebih waspada, lebih hati-hati, serta menjauh sebisa mungkin dari Yuno. Ia lebih banyak berinteraksi dengan Yui ataupun Yuza.     

Kali ini, Yuno tidak bisa lagi membuat gara-gara dengan Reiko.     

Di saat rehat siang, Yuno menemui Erina dan berkata, "Erina-san, aku sudah mencoba menjegal Reiko hari ini, tapi selalu gagal. Tsk!"     

"Ohh?" Erina berhenti mengunyah makan siangnya dan menaikkan alis untuk menanggapi Yuno.     

"Apa kau sudah benar-benar berusaha?" tanya Azuka di sebelah Erina. "Bukankah dua hari lalu kau berhasil mengerjai dia?"     

"Ya, sepertinya dia mulai lebih waspada dan jauh-jauh dariku, jadi aku lumayan kesulitan memberikan pelajaran padanya." Yuno memasang wajah sedih. Dia bagaikan seorang bawahan yang sedang melaporkan kegagalan misinya pada sang atasan.     

"Hm, ya sudah, tak apa, Yunyun." Seperti biasa, senyum lebar secerah mentari hadir di wajah Erina. "Aku tidak memaksa Yunyun, kok!" Kini Erina sudah mengganti panggilan untuk Yuno, lebih akrab. "Hanya ...." Wajahnya berubah sedih. "Aku sedikit sedih karena Yu-kun aku bersama dia di satu grup. Aku tak tahu apa yang terjadi pada hubungan kami, padahal pada awalnya, aku dan Yu-kun sangat akrab dan lengket sehingga menimbulkan harapan padaku. Namun, sejak Reiko ada, Yu-kun jadi seperti berubah dan menjauh dariku. Aku sungguh sedih mengenai ini." Ia menunduk dan makan dengan sangat pelan.     

Yuno membara mendengar kesedihan Erina yang terlihat sangat natural. Di hati Yuno, sumpah serapah segera dia serukan untuk Reiko si penjarah lelaki orang. Yuno sangat meyakini bahwa Erina sosok yang manis, polos dan lugu yang sudah hampir menjadi pacar Yuza, namun digagalkan oleh Reiko.     

"Apakah Yuza-san tidak diperlihatkan foto-foto itu, Erina-san?" Yuno teringat akan foto vulgar Reiko dengan 2 pria di tempat karaoke yang dimiliki Erina.     

"Ohh, aku sudah mencoba menunjukkan ke Yu-kun dan bahkan aku mencoba memperingatkan dia mengenai Reiko, tapi Yu-kun sepertinya tidak percaya dan malah marah padaku." Erina menggerakkan tangan seakan sedang menghapus air mata di ujung kelopaknya. "Padahal tadinya aku mengagumi Reiko, tapi tidak disangka, dia malah merebut Yu-kun aku."     

"Huh! Bukankah sudah dari awal aku katakan padamu, Eri-cchi agar kau tidak perlu berbaik-baik dengan si jalang itu!" Azuka menyulut. "Lihat sekarang hasilnya, ya kan? Aku tak yakin Yuza dan si jalang itu belum berbuat jauh."     

"Azz-Azz, jangan bicara begitu, aku jadi tambah sedih ...." Erina mengiba ke teman gengnya. "Aku hanya ingin Yu-kun aku kembali seperti sebelumnya dan kami bisa melanjutkan kebersamaan kami. Hanya itu saja." Ia menunduk kembali dengan ekspresi sedih.     

Yah, siapapun di Magnifico bisa melihat bahwa tadinya, Erina dan Yuza lengket karena satu grup di minggu awal. Dan Erina juga tidak segan-segan menempel lekat ke Yuza di manapun selama jam kerja. Semua orang tahu itu. Makanya berhembus kabar Erina dan Yuza mulai saling tertarik.     

Setiap perempuan bisa menjadi pembela bagi perempuan lainnya yang tersakiti. Demikian pula Yuno. Dia kemarin menjanjikan pada Erina untuk memberi pelajaran pada Reiko karena telah mengambil Yuza dari Erina. Ia melakukan ini demi solidaritas sesama perempuan yang dirugikan.     

"Erina-san! Aku akan mencoba lagi nanti! Dan apabila gagal, aku yakin teman-temanku pasti akan bisa membantuku!" Yuno berjanji dengan mengepalkan tangannya.     

"Yunyun, terima kasih." Mata Erina berkaca-kaca. "Aku sungguh tak menyangka kau begitu menyayangiku."     

"Yah, siapa yang tidak akan menyayangimu, Erina-san? Kau manis, baik, selalu menampilkan aura positif ke manapun." Yuno tersenyum ke Erina yang sedang mengusap ujung kelopak matanya, entah di sana benar basah atau tidak.     

Erina mengangguk.     

.     

.     

Di jam pulang, ketika Reiko sudah keluar dan berjalan di lorong ditemani Yuza dan Shingo, tiba-tiba saja sesama rekan pekerja menubruknya dan menumpahkan saos ke mantel putih bersih Reiko.     

"Ups! Aduh, maaf yah! Duh, ini gara-gara kau berjalan mendorong-dorong aku!" Perempuan itu berkata ke Reiko sambil mendelik pura-pura ke teman di sebelahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.