Inevitable Fate [Indonesia]

Di Dalam Private Room



Di Dalam Private Room

0areumdaun igose naega itgo nega inne (di tempat seindah ini, aku di sini dan kau di sini)     
0

sonjapgo gaboja dallyeoboja jeo gwangyaro (mari berpegangan tangan dan pergi, ayo lari menuju keliaran)     

urideul moyeoseo malhaeboja sae himangeul Yeah (mari pergi bersama dan bicara mengenai harapan baru, yeah)     

- Beautiful Gangsan by EXO-CBX -     

==========     

Di restoran high class yang dipilih oleh Nathan Ryuu memang merupakan tempat luas dan berinterior luar biasa. Ruangannya menggambarkan orang-orang yang hadir di sana, mereka berpakaian rapi dan indah, sungguh serasi dengan atmosfer nuansa tempat tersebut.     

Reiko dibimbing ke sebuah tempat private oleh tangan suaminya sambil mengikuti seorang pelayan. Masuk ke sebuah ruangan yang bisa menampung 10 orang dengan perabot yang tentunya tidak mengecewakan selera seseorang.     

Di salah satu sudut ruangan, ada sofa cukup panjang hanya satu saja.     

Mata Reiko mau tak mau terpana dengan private room ini dan berbisik ke suaminya, "Kenapa harus masuk ke ruangan sebesar ini? Kita hanya berdua saja di sini, Ryuu!"     

Namun, suaminya malah merespon dengan kerlingan nakal dan mulai berbicara ke pelayan untuk memesan berbagai makanan sesudah dia menarik kursi untuk istrinya.     

Reiko mendesah tak berdaya. Apakah lelaki Onodera ini terlalu kaya sehingga membuang uang merupakan kegiatan sehari-harinya untuk menuntaskan kebosanan? Ia tak mengerti lagi akan jalan pikiran sang suami. Otak konglomerat mungkin memang berbeda dengan otak kaum jelata seperti dirinya.     

Ketika pelayan pergi, Nathan Ryuu segera mengambil duduk di sisi istrinya, mendekatkan kursi mereka berhimpitan di meja bundar tersebut.     

"Ryuu, kau terlalu royal." Reiko masih juga ingin mengangkat ini ke percakapan mereka.     

"Kenapa, sayank? Kau tak suka di sini? Aku akan batalkan pemesanan dan kita bisa pindah di manapun kau ingin." Meski berkata begitu, wajah Nathan Ryuu menampilkan keengganan. "Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk istriku yang terlihat lelah sepulang kerja hari ini." Ia sambil meraih tangan Reiko untuk dia kecup lembut.     

Kalau sudah berperilaku seperti itu, mana mungkin Reiko tega? Itu terlalu manis! "Hmhh, ya sudah, tapi lain kali, pilih saja private room untuk dua orang, tak perlu berlebihan sebesar ini."     

"Di sini tidak ada private room khusus untuk dua orang, tapi aku akan mencoba mencari yang seperti kau katakan dan mengajakmu ke sana lain waktu, yah!" Senyum simpatik Nathan Ryuu pun meluluhkan Reiko. Wanita itu mengangguk saja.     

Mereka berbincang sebentar sebelum bel pintu terdengar dan kemudian, pelayan masuk dengan troli besertanya, menata berbagai hidangan di meja bundar, termasuk juga hotpot.     

Menghirup aromanya saja sudah membuat perut Reiko bergolak lapar. Ia menatap penuh minat pada berbagai hidangan yang tersedia, terutama hotpot tadi. Apalagi juga ada yakiniku. Mendengar bunyi mendesis daging ketika ditaruh di atas panggangan saja sudah membangkitkan rasa lapar.     

Malam itu, makan malam keduanya begitu menyenangkan dan diselingi dengan obrolan ringan dan kadang Nathan Ryuu akan melontarkan gurauan atau menggoda istrinya.     

Usai makan, mereka menyesap minumannya masing-masing. Reiko dengan jus buahnya dan Nathan Ryuu dengan white wine-nya.     

Menyelesaikan setengah dari jus di gelasnya, Reiko pun bangkit untuk melihat-lihat sekeliling ruangan sambil membawa gelas bersamanya. Ia memandangi lukisan abstrak di dinding atau sekedar berkeliling saja berjalan pelan.     

Tepp!     

Pinggangnya sudah ditangkap lengan suaminya, dan Reiko bergidik ketika Nathan Ryuu mencium tengkuknya usai menyibak rambut kecokelatannya. "Nghhh ... Ryuu ... ini di tempat umum!"     

"Kau benar, sayank. Dan kau juga harus ingat, ini di tempat tertutup, tak ada siapapun selain kita di sini." Nathan Ryuu menggiring istrinya ke sofa panjang di ruang itu, mendudukkan Reiko dan kembali mengulum bibir si wanita.     

"Urrmcchh ... R-Ryuu ... tunggu ... ini ... nanti pelayan-ummchh ...." Reiko ingin mengingatkan suaminya di mana mereka berada saat ini.     

"Jangan khawatir, sayank, aku sudah membayar penuh semuanya dan meminta mereka tidak masuk ke sini kecuali kita keluar ... urrmmcchh ... mffsshhh ... oummchh ...." Bibir Nathan Ryuu tak berhenti dan mulai menjalar ke leher Reiko.     

Reiko bingung, sejak kapan suaminya melakukan itu semua ke pelayan? Apakah dia terlewat pada bagian itu? Tapi, dia sudah dipaksa meninggalkan pikiran apapun selain Nathan Ryuu dan sentuhannya.     

Bagian dada gaunnya sudah disibak ke samping dengan mudah oleh suaminya dan mengekspos payudara Reiko secara apa adanya. Padat, kencang dan indah, objek menyenangkan untuk mulut agresif tuan muda Onodera.     

"Annghh ... Ryuu ... ini ... tempat publik, Ryuu ... mrrghh ...." Reiko makin direbahkan ke sofa dan tak berdaya ketika suaminya secara giat mengulum dan menghisap-hisap pucuk dadanya, bergantian kiri dan kanan bagai tak puas jika tidak begitu.     

Dan ia makin gelisah ketika roknya diangkat, kemudian jari nakal suaminya sudah mulai menari-nari di area intim Reiko. "Haanghh ... Ryuu ... jangan ... inihhh ... iniihhh ... mmgghh ...." Ia mendadak tak bisa melanjutkan omongannya lagi ketika tak hanya jari suaminya saja yang singgah di selatan sana namun juga mulut dan lidahnya ikut bekerja sama membelai sesuatu di sana.     

Akhirnya, Reiko terhanyut dan benar-benar tenggelam karena sentuhan sang suami yang piawai membuat dia bungkam tak berdaya. Mati-matian dia mempertahankan keheningan dari suaranya agar tidak perlu orang di luar mendengar mereka.     

Reiko sampai harus menggigit tepi telapak tangannya untuk meredam suara yang tak bisa dia tahan. "Ermmfhh! Hrrmmghhh! Ngghhh ... Ryuuuffhh ... mffhhh ...." Ia bergerak gelisah dengan satu kaki di sofa dan kaki lainnya menjuntai di lantai.     

Bahkan ketika dia mendapatkan pelepasannya, dia menggigit keras-keras tangannya sendiri untuk membungkam suaranya sembari tangan lain meremas kuat rambut Nathan Ryuu dan kepala dilempar jauh ke belakang.     

Ketika Reiko sedang mengatur napas usai diterjang orgasme, tangan tuan muda Onodera sudah menggapai kait pada celananya dan menurunkan resleting. Dari itu, Reiko paham suaminya juga ingin dimanjakan.     

Ia pun menegakkan duduknya ketika Nathan Ryuu menyodorkan batang pusakanya ke dia dan memerangkap benda berurat tegang itu ke dalam mulut dan mulai melakukan pemijatan di sana.     

Suara geraman rendah Nathan Ryuu terus bermunculan seraya pinggul lelaki yang sedang berdiri itu bergerak maju dan mundur meski pelan. Dia sangat menahan diri untuk tidak mencengkeram kepala istrinya dan menggerakkan bagai sedang menghentak liang intim sesungguhnya. Dia harus ingat bahwa itu mulut Reiko.     

Maka dari itu, satu tangan tuan muda pun ditaruh di belakang punggungnya, dan sesekali berada di tepi pinggangnya sambil pandangannya tak lepas dari Reiko yang sedang memberikan pelayanan pada miliknya. Sedangkan tangan lainnya memegangi kemejanya agar tidak menutupi wajah Reiko yang mengagumkan ketika sedang mengulum batang jantannya. Dia suka pemandangan fantastis itu.     

Dengan sekian belas menit perjuangan Reiko, hasil pun muncul saat geraman Nathan Ryuu makin kentara jelas dan jelas dan kemudian menggeram cukup keras sekali saat dia menyemburkan peluru cairnya di mulut Reiko.     

"He he he ... rasanya menyenangkan melakukan hal seperti ini di tempat publik, ya kan sayank?" Tanpa malu, Nathan Ryuu terkekeh sambil dia menaikkan celana dan memperbaiki pakaiannya.     

Reiko memutar bola matanya dan pergi ke kamar kecil di ruangan itu untuk menumpahkan cairan pekat tadi. Ia segera membasuh mulutnya dan mencari jusnya untuk meredakan rasa getir di lidah.     

Tak lama setelah keduanya merapikan pakaian dan penampilan, mereka pun keluar dari ruangan itu dengan tangan Nathan Ryuu menggamit pinggang Reiko, berjalan menyusuri ruangan restoran yang cukup penuh orang-orang dari kalangan jetset.     

"Hei, apakah itu ... ah, tidak mungkin, kan?" seorang pengunjung berbisik ke temannya.     

"Siapa yang kau maksud?" Si teman memajukan tubuh untuk bertanya.     

"Tadi ... tadi aku seperti melihat putra dari Onodera Shigeru, tapi rasanya tak mungkin."     

"Putra Onodera Shigeru? Bos Sortbank yang lama? Kenapa tidak mungkin?"     

"Karena dia bersama seorang wanita. Ahh, tidak mungkin kan pria yang katanya dingin pada wanita malah terlihat bersama wanita? Pasti bukan dia. Lupakan saja!"     

Sementara itu, Nathan Ryuu dan Reiko sudah mencapai mobil mereka dan pulang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.