Inevitable Fate [Indonesia]

Aku Bahkan Bersedia Menjadi Iblis Untukmu



Aku Bahkan Bersedia Menjadi Iblis Untukmu

0Ushinawarete iru koto sura atarimae no youna sekai de (di dalam dunia dimana kehilangan sesuatu adalah hal wajar)     
0

Utsurona shouri motomeru no wa yasashii kimi wo mamoru tame (hal yang kucari dari kemenangan adalah demi melindungimu dengan baik)     

Boku wa oni ni demo nareru (aku bahkan dapat menjadi iblis)     

- Guren (Teratai Merah) by DOES - OST. Naruto -     

==========     

Di kala Reiko sudah tertidur nyenyak dalam pelukan Nathan Ryuu di tempat tidur mereka malam itu usai pulang dari makan malam dan mandi air hangat, pria itu menatap istrinya yang tertidur bagaikan kucing kecil menggemaskan. Bagaimana mungkin dia tidak merasa sayang pada perempuan ini?     

Mengelus lembut pipi Reiko, Nathan Ryuu hanya mendapati wanita muda itu bergerak sedikit sambil mengerang pelan dan tidak terbangun sama sekali.     

Mungkin Reiko tak tahu, bahwa suaminya mencurigai sesuatu terjadi padanya ketika mendapati Reiko saat dia pulang petang tadi. Mata tajam Nathan Ryuu mendapati jejak tangisan di mata istrinya.     

Itulah kenapa dia bersikeras agar Reiko tak perlu memasak dan mengajaknya ke restoran mahal yang indah, serta menyewa private room segala secara boros. Itu tak lain hanya untuk menghibur istrinya. Andaikan dia memiliki waktu lebih panjang, dia ingin mengusulkan menonton film bersama, tapi Reiko terlanjur tertidur begitu istrinya menyentuh bantal.     

Bahkan ketika Nathan Ryuu mengecup bibirnya dan memindahkan tubuh Reiko ke pelukan tuan muda Onodera, wanita itu tetap memejamkan mata. Bertanya-tanya dalam hati, Nathan Ryuu hanya bisa berpikir bahwa itu karena Reiko sudah sangat mempercayai dirinya sehingga tetap tidur meski dirinya disentuh oleh sang suami.     

"Hghh ...." Tuan muda Onodera mendesah panjang dan perlahan memindahkan tubuh istrinya ke samping agar dia bisa bangkit dari rebahnya dan berjalan ke arah balkon sambil meraih ponselnya.     

Tuan muda itu butuh menghubungi seseorang.     

"Maafkan aku jika mengganggumu selarut ini, Yuza-kun." Rupanya Nathan Ryuu menghubungi Yuza.     

"A-ahh! Tidak masalah, Tuan Ryuu. Aku belum tidur, kok! Baru hendak saja, he he ..." Yuza di sana menyahut pria Onodera. "Boleh tahu, ada apakah sehingga Tuan Ryuu menghubungiku?" Dia teringat bahwa dia pernah menyerahkan nomor teleponnya kepada pria itu saat dulu masih jadi pedagang takoyaki.     

"Hm, yah ... aku hanya merasa ... Rei sepertinya bertingkah tak semestinya ketika petang tadi kami bertemu. Bisakah aku mengetahui apakah ada sesuatu yang terjadi di tempat kerja?" Nathan Ryuu terpaksa bertanya pada Yuza meski tahu lelaki muda itu menyukai istrinya. Namun, dia tak punya pilihan lain.     

Tadinya, dia sempat ingin memasukkan anak buahnya ke Magnifico untuk menjadi mata dan telinga untuknya, namun ia urung melakukan itu.     

"Ohh, itu. Jadi ... Tuan belum mengetahui apa yang terjadi pada Reiko-chan hari ini di tempat kerja?" tanya Yuza yang terdengar di telinga Nathan Ryuu bagaikan ejekan atas ketidaktahuan pria Onodera itu atas apa yang menimpa gadis pujaannya.     

Yah, itulah yang tertangkap di telinga tuan muda Onodera, dan dia kesal tentang itu. Yuza sepertinya sengaja sedang mengejek keterbatasan dia mengenai apa yang dialami Reiko di Magnifico secara pasti.     

"Hm, yah, aku akui, aku memang lemah dalam mencari informasi is-kekasihku di tempat kerjanya. Bisakah Yuza-kun berbaik hati memberitahu aku?" Menahan kesal, Nathan Ryuu terpaksa 'menunduk' untuk mencari tahu. Jika dia mengerahkan anak buahnya malam ini untuk informasi Reiko hari ini di Magnifico, rasanya dia hanya akan mendapatkannya besok hari, sedangkan dia ingin mengetahuinya SEKARANG!     

"Hm, yah ... jadi, begini." Dan Yuza pun mulai membeberkan semua kejadian yang dialami Reiko di tempat kerja dalam minggu ini. Dari soal Yuno yang mengganggu Reiko, sampai insiden pengguyuran mantel oleh saus dan cokelat panas.     

Kening Nathan Ryuu berkerut dalam, matanya berkilat menakutkan. "Jadi ... mereka berani berbuat itu pada Rei?"     

"Benar, Tuan. Tapi aku sudah memarahi mereka, bahkan aku bentak mereka setiap mereka mengganggu Reiko-chan!" Yuza menjawab dengan senyum bangga sambil mengusap hidungnya. Lihatlah, lihat apa yang sudah aku perbuat untuk Reiko-chan. Aku sudah membela dia dengan baik, kan? Sementara dirimu yang katanya kekasih Reiko-chan, kau tak bisa melakukan apapun!     

Saat Yuza sedang bangga dengan dirinya sendiri, Nathan Ryuu mengucapkan, "Terima kasih untuk informasinya, Yuza-kun." Dan menutup telepon. Ponsel itu digenggam erat-erat lelaki Onodera itu dan bisa saja remuk jika dia tidak berhenti meremasnya.     

Menghirup napas sepanjang yang dia sanggup dan menghembuskannya perlahan, Nathan Ryuu mengumpulkan pikirannya dan mulai membuat keputusan cepat. Ia pun menghubungi anak buahnya. Sepertinya dia memang harus menjalankan rencana yang sempat dia urungkan.     

Usai menelepon anak buahnya, Nathan Ryuu merasa tenang dan kembali ke tempat tidur, menatap iba pada istrinya. Reiko begitu lemah dan terlalu baik. Kemudian, dia berjalan ke lemari pakaian sang istri dan membuka pelan-pelan, lalu mencari sesuatu di sana dengan tekun.     

Dan ketika tangannya menggapai sebuah laci di bagian paling bawah lemari, ia pun menemukan mantel putih yang menjadi sumber kesedihan Reiko hari ini.     

Diambil dan dia buka mantel tersebut hanya untuk menyaksikan bekas noda besar di bagian punggung yang sudah dicuci namun percuma saja, tidak bisa bersih. Saus, anggur, cokelat dan minyak adalah sesuatu yang menjadi musuh berat bagi pakaian mahal seperti mantel di tangannya saat ini.     

Usai menaruh lagi mantel itu ke laci agar sang istri tidak mengetahui bahwa dia sudah melihat mantel itu, Nathan Ryuu kembali ke tempat tidur dan mulai rebahkan dirinya di samping Reiko, memeluk kucing kecil lemah itu, seolah sedang berusaha menyalurkan kekuatan pada istrinya.     

-0-0-0-0-     

Saat Reiko tiba di Magnifico, ternyata di sana ada 2 pegawai baru, lelaki dan perempuan yang umurnya sekitar 30-an awal.     

Yang mengejutkan adalah ... ketika Reiko mendengar kabar dari Yuza saat mereka bertemu di lantai dua.     

"Reiko-chan, apakah kau sudah dengar?" Yuza menghampiri dengan senyum gembira di hadapan Reiko.     

"Hm? Apa itu, Yuza-kun?" Reiko bertanya penuh ingin tahu. Apa sekiranya hal yang membuat Yuza menjadi segembira itu.     

"He he, kau harus tahu, Reiko-chan ... bahwa 2 perempuan yang kemarin menumpahkan saus ke mantelmu, mereka sudah dipecat dari sini!" Yuza berkata penuh semangat.     

"H-heh?!" Mata Reiko membelalak kaget.     

"Umh!" Yuza mengangguk tegas dengan senyum belum menghilang dari wajahnya. "Sepertinya mereka sudah diberi hukuman oleh Tuan Ryuu!"     

"Hah?!" Mata Reiko kian membelalak.     

"Oh, astaga!" Yuza segera membekap mulutnya ketika dia tersadar sudah mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan.     

"Hei, hei, sudah, lekas bekerja! Kalian ingin aku laporkan ke Akeno-san karena terus mengobrol begini, huh?" Kazuto menghentikan percakapan antara Reiko dan Yuza.     

Sontak saja kedua orang itu berhenti dan mulai mengerjakan tugas mereka masing-masing sebelum Kazuto benar-benar merealisasikan ancamannya.     

Sementara itu, Yuno yang berada di meja yang sama dengan mereka, dia jelas mendengar ucapan Yuza tadi. Tuan Ryuu? A-apakah kedua teman yang dia minta untuk mengganggu Reiko itu ... dipecat karena perintah seseorang bernama Tuan Ryuu? Itukah nama pendukung Reiko? Si tua bangka yang kaya itu?     

Mendadak, Yuno merasa tak tenang hatinya. Dia gelisah dan merasa akan ada yang buruk datang padanya.     

=========     

lyrics source: Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.