Inevitable Fate [Indonesia]

Mulai Cemas



Mulai Cemas

0Miwatasu kagiri no yami to kattou tesaguri no hibi (melalui hari-hari penuh dengan kegelapan dan pertikaian)     
0

Bokura wa make wo shiranai yowasa wo dakishime aruita (kita berjalan dengan memegang erat kelemahan tanpa kenal menyerah)     

Atarashii kiba de jidai wo kizame (dengan taring yang baru, meninggalkan jejak pada waktu)     

- Ranbu no Melody (Melodi Liar) by SID - OST. Bleach -     

===========     

Yuza memberitahu Reiko kabar mengenai pemecatan dua perempuan yang kemarin sore menumpahkan berbagai macam hal ke mantel mahal Reiko. Tentu saja Reiko sangat terkejut, tak menyangka suaminya mengetahui insiden hari lalu.     

Namun, yang lebih terkejut dan tersentak di hatinya adalah Yuno. Dia sudah berkali-kali mengganggu Reiko. Apakah nasibnya akan berakhir sama seperti kedua temannya? Dia secara otomatis menjadi gelisah. Ini mengakibatkan dia berulang kali melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.     

Tak hanya itu saja, Yuno juga menumpahkan isi bakinya karena teledor membawa baki itu dan terantuk ke lemari es di dekatnya sebelum isi baki itu berhamburan di lantai.     

Ketika rekan satu grupnya hendak membantu Yuno membersihkan lantai, Kazuto melarang mereka. "Urus pekerjaan kalian masing-masing. Itu keteledoran dia sendiri!"     

Menggigit gerahamnya kuat-kuat, Yuno pun mulai membersihkan lantai sendirian saja.     

Kazuto menambahkan, "Nanti, rehat makan siang, gunakan waktu makanmu secepat mungkin dan lekas kembali ke sini untuk mengejar ketertinggalanmu. Mengerti itu, Yuno-san?!"     

"Me-mengerti, Kazu-san." Yuno menunduk dan mengutuk keras-keras Kazuto dan juga Reiko. Baginya, keduanya adalah penjahat yang bersalah padanya!     

Pada jam rehat tengah hari, waktu yang biasa digunakan sebagian besar pekerja Magnifico untuk menikmati santap siang dengan bento yang sudah disediakan pihak Magnifico di lantai rooftop, Yuno juga bergegas ke atas sana sesuai dengan perintah Kazuto.     

Sebagai anggota, Yuno tak diperbolehkan menentang perintah ketua grup, apapun yang terjadi, atau ketua bisa melaporkan ketidakpatuhan itu kepada manajer mereka, Akeno. Tentu siapapun tak ingin itu terjadi. Maka dari itu, menjadi ketua grup merupakan hal menyenangkan karena memegang kekuasaan absolut terhadap anggotanya.     

Yuno masih merasa gelisah mengenai ucapan Yuza. Benarkah tua bangka pendukung Reiko itu yang menyebabkan kedua temannya dipecat?     

Sambil menunggu lift kosong untuknya, dia segera mengirim pesan kepada salah satu dari dua perempuan itu.     

[Hei, benarkah kalian dipecat?]     

Tak lama kemudian, Yuno mendapat balasannya.     

[Ya, aku tiba-tiba diberi surat pemecatan dari bos! Bukankah itu sialan sekali?]     

Yuno mengetik lagi dengan cepat. [Berdasarkan apa sehingga kalian bisa dipecat? Bos tentu saja tak boleh seenaknya memecat kita di sini, ya kan?]     

Balasan pun tiba. [Hgh! Bos mendapati bukti kecerobohan kami dalam bekerja. Huh! Padahal itu sudah terjadi berbulan-bulan lalu, kenapa sekarang dipermasalahkan? Tapi, yah aku akui, aku memang salah menyebabkan grupku dalam masalah kala itu.]     

[Apakah kesalahan dari Mikuo juga sama sepertimu sehingga dia juga dipecat?] Yuno bertanya sambil memasuki liftnya yang akan membawa dia ke rooftop.     

[Mikuo tersandung masalah korupsi bahan makanan. Dia pernah mengambil beberapa kantong choco chip dan sekantong mentega.]     

Membaca jawaban dari temannya, Yuno mengelus dadanya. Ternyata kedua temannya memang dipecat karena memang memiliki kesalahan fatal. Dengan begini, dia tidak lagi perlu khawatir mengenai bandot tua bangka yang katanya menjadi pendukung Reiko itu, kan?     

Namun, untuk berjaga-jaga, dia akan membicarakan ini dengan Erina dan gengnya. Ia pun lekas mengambil kotak bento-nya dan mencari Erina. Ketika melihat orang yang dia cari sudah berada di sebuah sudut bersama gengnya, kaki Yuno bergerak ke sana.     

"Heh?" Yuno terkejut ketika langkahnya dihadang seorang perempuan. Itu adalah pegawai baru di tempat ini. Anehnya, perempuan itu menatap tajam ke arahnya, membuat Yuno bergidik. "Kau ... kau minggirlah! Masih ada jalan lebar di sini, ya kan?" Ia berlagak berani sambil menaikkan dagunya.     

Perempuan pekerja baru Magnifico itu tidak bergeming dari tempatnya berdiri, justru matanya terus menatap tajam tanpa mengatakan apapun ke Yuno.     

Terpaksa, Yuno harus bergerak ke samping untuk melewati perempuan itu. Namun, dia terkejut ketika lelaki pegawai baru juga menghadangnya.     

"I-ini apa-apaan, sih?" Yuno terkejut karena ia mendapat hadangan dari 2 orang sekaligus.     

"Kami ingin berkenalan denganmu, ayo makan dengan kami." Lelaki yang ekspresinya sedingin perempuan tadi lekas mencengkeram lengan Yuno dan menyeret Yuno ke arah lain, menjauh dari pandangan Erina. Perempuan yang bersamanya juga menyertai.     

Bersama-sama, kedua pegawai baru itu menggiring Yuno ke sudut lain di rooftop, seolah menjaga Yuno agar tidak bisa menemui Erina.     

"Ka-kalian ini apa-apaan, sih?" Yuno ingin protes, namun dia terlalu takut melihat tampang dingin dan keras dari keduanya. Ini ... bukankah ini bisa dikatakan teror?!     

Dengan sangat terpaksa, Yuno pun makan diapit dua pekerja baru Magnifico. Ia tak berani bergerak dan makan dengan cepat. Apalagi ada Kazuto yang lewat di depannya dan memandang tajam ke arahnya, seakan ingin memberitahu bahwa Yuno harus melaksanakan perintahnya.     

Tak berdaya, Yuno pun menghabiskan makanannya hanya setengah saja karena dia kehilangan napsu makan, dan bergegas kembali ke lantai 2 untuk membuat cokelat bagiannya yang tertinggal banyak dari rekan grupnya.     

Yuno seakan berada di bawah tekanan, tak hanya dari Kazuto yang ingin dia segera menyelesaikan pekerjaannya, namun juga tekanan dari dua pekerja baru yang aneh itu. Sambil menuang cokelatnya ke cetakan, dia sambil bertanya di hati, kenapa kedua pegawai baru terus menguntitnya? Apa salah dia pada mereka?     

Saat Yuno ingin mengirim pesan pada Erina, mata Kazuto bagaikan elang dan membuat Yuno bergidik takut. Mereka memang tidak boleh menggunakan ponsel ketika sedang bekerja. Ponsel hanya boleh dikeluarkan dan digunakan ketika sedang rehat atau ketika pekerjaan sudah rampung.     

Yuno hanya bisa bersabar menunggu waktu ketika dia sudah berhasil menyelesaikan seluruh pekerjaannya agar bisa menghubungi Erina dan membicarakan tentang dua temannya.     

Namun, sayang sekali, Yuno hanya bisa selesai sepenuhnya pada jam setengah 6 petang. Itu pun dia sudah gila-gilaan bekerja secepat mungkin.     

"Ya, ya, ayo cepatlah, Yuno-san," tutur Yuza yang menunggu bersama Kazuto untuk mengemas semua cokelat grup hari ini. "Kau pasti sudah ditunggu ibumu di rumah, kan? Dia sedang sakit keras, ingat itu."     

Menggertakkan gigi sambil melirik tajam ke Yuza, Yuno tidak menjawab apapun dan ketika dia menyelesaikan semua dan menyerahkan hasilnya ke Kazuto, dia bernapas lega.     

Karena itu, Yuno pun berlari ke ruang loker untuk mengambil ponselnya. Sebagian pekerja telah pulang dan hanya tertinggal beberapa saja dari mereka di petang itu.     

Setelah mendapatkan ponselnya, dia mencoba menghubungi Erina. Namun, alangkah herannya dia ketika dia tidak menemukan nomor kontak Erina di ponselnya. "Ehh? Kenapa begini?" Ia sampai harus mengurutkan satu demi satu nama kontak yang berjumlah ratusan.     

Sungguh, itu merupakan pekerjaan yang menaikkan emosi seseorang, sebelum akhirnya dia menyerah di nomor urutan 289, sedangkan masih ada sekitar 100 nomor berikutnya.     

Dia memang perempuan yang senang memiliki banyak teman, senang mengobrol dan menggosip dengan mereka. Tak heran dia senang mengumpulkan nomor banyak rekan kerja dan juga dari bekas teman sekolah pula.     

==========     

lyrics source: Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.