Inevitable Fate [Indonesia]

Kemalangan Demi Kemalangan



Kemalangan Demi Kemalangan

0Senaka no kage ga nobi kiru sono aima ni nigeru (aku melarikan diri saat bayangan di belakangku memanjang)     
0

Hagare ochita hana ni mo kidzukazu ni tobu (akupun terbang tanpa menyadari bunga-bunga jatuh)     

Sore wo kobamu you ni sekai wa yurete (Bagaikan menolak bahwa dunia ini sedang berguncang)     

Subete wo ubau sa (aku mencoba merebut segalanya)     

- After Dark by Asian Kung-Fu Generation - OST. Bleach -     

=========     

Mendesah kesal karena tidak juga menemukan nama kontak Erina pada ponselnya, dia pun terpaksa menghubungi temannya yang lain untuk meminta nomor kontak Erina.     

[Memangnya kau menghapus nomor Erina-san?] tanya si teman di balasan pesan ketika Yuno menghubunginya.     

[Aku tak tahu! Nomor Erina-san begitu saja hilang dari ponselku! Lekaslah kirimi aku nomornya, jangan banyak tanya karena aku sedang kesal saat ini] Yuno memang sangat kesal hari ini, seolah dia terus apes dan apes saja seharian ini.     

Si teman pun mengirimkan nomor kontak Erina. [Jangan mengomeliku jika kau masih membutuhkan bantuanku, Yuno-san!] Itu merupakan balasan marah dari si teman.     

"Huh! Iya, iya! Cerewet!" Yuno berhenti berkirim pesan pada temannya dan lekas menghubungi Erina menggunakan nomor yang baru dia peroleh.     

Namun, alangkah kagetnya dia ketika tidak mendapatkan nada sambung ke nomor Erina. "Ini kenapa lagi, astaga!"     

Dia tak habis pikir dengan kemalangan yang menimpa dia sehari ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sepertinya Erina ... memblokir dia?     

Dia pun mencari nomor Azuka dan Yukio ... ternyata dua nama itu juga menghilang dari ponselnya. "Bagaimana mungkin?!" seru Yuno.     

Karena ini masih di Magnifico, Yuno terpaksa keluar dulu dari tempat itu, berjalan cepat ke stasiun bawah tanah agar lekas mencapai rumahnya. Dia sudah lelah, ingin secepatnya merebahkan tubuhnya di kasur.     

Karena kehilangan nomor kontak Azuka dan Yukio, dia terpaksa bertanya kepada rekan kerjanya di Magnifico, tapi bukan yang sebelumnya karena rekan sebelum ini sepertinya kesal padanya setelah dia mengucapkan kata-kata tak sabarnya dikarenakan lelah.     

Setelah mendapatkan dua nomor tersebut, dia segera menghubungi Azuka. Perempuan satu itu begitu bersemangat jika berkaitan dengan gosip. Apalagi mengenai Reiko. Dia harus mengabarkan ucapan Yuza tadi ke trio itu dan mereka bisa membicarakan itu bersama, ya kan?     

"Hah? Kok?" Sekali lagi, Yuno menerima respon yang sama dari ponselnya. Tidak ada nada dering ketika dia menekan nomor Azuka. "Tak mungkin dia juga memblokirku, kan?"     

Dia hendak menghubungi Yukio, ingin bertanya kenapa Erina dan Azuka memblokir dirinya, ketika dia sudah sampai di stasiun kereta bawah tanah. Dia pun bergegas membeli tiket dan masuk ke dalam kereta.     

Sayang sekali, petang itu mendadak ada banyak sekali gerombolan orang yang ingin menggunakan kereta yang sama dengan Yuno, sampai dia didesak mundur, membiarkan kereta itu pun berangkat tanpa membawa dirinya.     

Ini sungguh tidak biasanya, apalagi ini sudah bukan merupakan jam bubar kantor pada biasanya. Kenapa bisa seramai itu tadi? Ia bertanya-tanya.     

Mendesah kesal, Yuno terpaksa menunggu kereta berikutnya, dan itu adalah satu jam berikutnya! Astaga!     

Ia pun segera henyakkan pantat ke salah satu bangku di sana, dan terus berkutat dengan ponselnya. Dia akan menghubungi Yukio saja sembari menunggu kereta datang.     

"Bagaimana mungkin!" Yuno ternganga dengan wajah menuangkan kesedihan dan kebingungan. Yukio juga seperti memblokirnya. "Kenapa mereka bertiga memblokir aku?! Apa salahku?!" ratapnya sambil duduk lemas.     

Andaikan saja Yuno mengetahui bahwa kejadian aneh yang menimpanya itu merupakan hasil dari pekerjaan salah satu dari pekerja baru atas perintah seseorang, mungkin Yuno akan menjerit tak terima.     

Dia sudah sangat lelah dan ingin segera tiba di rumah, mandi air hangat dan merebahkan diri sambil nantinya bergosip dengan teman-temannya di grup-grup yang dia miliki.     

Sebenarnya Yuno bisa saja menaruh premis yang dia miliki pada grup chat yang terdapat Erina di dalamnya, namun dia tak mau jika tidak memberitahu Erina secara pribadi. Jika dia menyampaikan di grup chat dan Erina tak membacanya, bisa-bisa Erina mendapatkan informasi itu dari orang lain yang mengambil informasi darinya.     

Yuno tak mau. Dia harus menjadi seseorang yang menyampaikan berita eksklusif pada Erina agar dia dipuji trio itu dan dianggap keren karena bisa mengetahui berita hebat itu.     

Sayang sekali dia malah tidak bisa menghubungi salah satu dari trio itu. "Benarkah mereka memblokir aku? Apakah itu sungguhan?" Ia menatap ponsel di tangannya. "Kenapa mereka memblokirku? Apakah mereka ingin cuci tangan? Bukankah aku sudah melakukan ini dan itu untuk membela Erina-san?"     

Pikiran Yuno mulai goyah mengenai trio tersebut.     

.     

.     

"Ryuu, mengaku dengan jujur padaku, oke." Reiko menanyai suaminya mengenai apa yang disampaikan Yuza. "Jangan berkelit. Benarkah kau yang membuat dua gadis itu dipecat?"     

Lelaki Onodera di depan Reiko menatap seakan tak berdosa. "Gadis yang mana, yah?"     

"Hnhh ... apakah kau sudah mengetahui sesuatu dari Yuza-kun?" Tatapan menyelidik Reiko lekat ke wajah suaminya.     

Nathan Ryuu mengangkat cepat dua bahunya. "Entah, sayank. Aku lupa apa saja yang sudah aku lakukan kemarin."     

"Ryuu!"     

"Sayank ... aku benar-benar lupa ...." Pemuda Onodera itu pun berdiri dan berjalan menghampiri Reiko, hendak menggapai istrinya.     

Namun, Reiko menghindar dan berkata, "Aku tak mau disentuh selama kau belum jujur."     

"Jujur macam apa lagi yang kau inginkan, sayank? Bukankah aku sudah menyatakan hal jujur padamu?" erang Nathan Ryuu dengan wajah mengiba.     

"Jelas kau sedang berkelit, Ryuu. Ayolah, jujur saja dan aku takkan mempersulit dirimu." Reiko tidak bergeming dan tetap lurus menatap mata suaminya.     

"Hm, tunggu sebentar, aku akan mencoba mengingat-ingat lagi." Pria itu berlagak sedang berpikir keras, menempatkan dua jarinya di dahi dan menunduk. "Tadi, coba ulangi pertanyaanmu, sayank."     

"Hnhh ... benarkah kau adalah orang di balik pemecatan dua gadis rekan kerjaku di Magnifico karena kau mendengar sesuatu dari Yuza-kun?" Reiko mengulangi pertanyaannya dengan kalimat berbeda.     

"Hm, tunggu sebentar ... pemecatan dua gadis ... hm ... hmm ..." Dari menundukkan kepala, kini wajahnya terangkat dengan senyum tipis menyertai ketika melanjutkan bicara, "Sepertinya begitu, sayank."     

"Errghhh ... Ryuu!" Reiko pun mengerang tak berdaya mendengar jawaban suaminya. Ternyata itu benar-benar ulah suaminya sehingga kedua pengganggu Reiko kemarin dipecat.     

"Kenapa?" Nathan Ryuu memberikan wajah inosens bagai bayi.     

"Ryuu, kau tak boleh melakukan hal seenaknya begitu ..." Reiko mengerangkan putus asanya.     

"Salah siapa mereka jahat dan mengganggumu." Mendadak, Nathan Ryuu bersikap bagai bocah cilik yang kesal karena ditegur ibunya, merajuk dan cemberut.     

Lalu, detik berikutnya, pria Onodera itu segera merangkul pinggang istrinya sambil mengganti cemberut dengan wajah cerianya, berkata, "Kalau mereka baik padamu, maka aku juga akan baik pada mereka!"     

Reiko benar-benar tak berdaya dengan suami seperti Onodera ini.     

.     

.     

Di tempat lain, perasaan Yuno sedang jatuh, mengira trio geng Erina telah mencampakkan dia setelah apa yang sudah dia lakukan untuk mereka, terutama untuk Erina.     

Dia takkan tahu bahwa pegawai baru perempuan berwajah dingin itu sudah menyelinap ke ruang loker, mengutak-atik ponsel Erina, Yukio, Azuka dan juga ponselnya. Sebagai salah satu ahli IT dan hacker yang bekerja pada Nathan Ryuu, bukan hal sulit baginya untuk mengubah beberapa hal di ponsel mereka.     

Pertama, menghapus kontak si trio di ponsel Yuno, lalu memblokir nomor Yuno di ponsel para trio. Ini sesuai perintah sang bos.     

============     

lyrics source: Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.