Inevitable Fate [Indonesia]

Membuat Bingung Nyonya Bos



Membuat Bingung Nyonya Bos

0Namida mitakunai kara, sakebi tsuzukeru yo! Zutto ... (tak ingin melihat air mata, aku akan terus berteriak! selamanya ...)     
0

I've never falling down! oikaze wo se ni fukitobasu Destiny! (aku takkan pernah runtuh! angin menghembus punggungku, menerbangkan takdir!)     

- Strike Back by Back On - OST. Fairy Tail -     

============     

Malam ini, ketika Yuno baru saja tiba di huniannya setelah menunggu lama kereta berikutnya datang untuk dia, kelalahan masih menderanya ketika ponselnya berbunyi pelan di dalam tasnya.     

Mengangkat panggilan di ponsel itu, dia langsung mendapatkan sergapan suara keras dari seberang. "Kau memang sialan! Harusnya aku tidak pernah mendengarkanmu! Kau jalang sialan!"     

"Sakuo! Apa-apaan ucapanmu itu?" Yuno mengetahui dengan jelas siapa yang telah menghubungi dia saat ini, tak lain adalah salah satu dari pekerja yang dipecat bos Magnifico.     

"Gara-gara kau! Pokoknya gara-gara kau aku terlibat hal ini dan bahkan mendapatkan pemecatan! Bajingan kau, Yuno! Kau sudah menyeretku! Aku menyesal telah menerima saranmu untuk mengganggu perempuan itu!" Dari seberang, Sakuo terus meledak-ledak tidak terkendali dan tetap memaki-maki Yuno.     

"Sakuo sialan! Bukankah kau juga sangat bersedia menjalankan ide itu, hah? Kenapa hanya aku yang kau salahkan? Kau juga ikut bersalah! Kau pikir dirimu suci, hah? Kau juga sama bersalahnya! Terlebih, apa-apaan dengan tuduhan padaku itu, heh? Kau dipecat bukan karena aku atau siapapun melainkan perbuatan busukmu sendiri!" Lalu, Yuno membeberkan alasan Magnifico memecat Sakuo, persis seperti yang telah dikatakan rekan Sakuo yang sama-sama dipecat.     

Mendengar itu, Sakuo terdiam. Dia sadar bahwa tindakannya yang buruk terhadap Magnifico juga bukan hal yang bisa dibanggakan. Dia hanya tak tahu bagaimana cara melampiaskan amarahnya atas pemecatan ini ketika pikirannya tertuju pada ide Yuno saat itu.     

Karena tidak tahu harus bicara apalagi, Sakuo pun menutup telepon tanpa pamit, membuat Yuno tercengang dan akhirnya Yuno hanya bisa menghela napas panjang menatap ponselnya dan menyimpan kembali itu di tasnya.     

Lalu, dia melirik ke sebuah altar, dimana terdapat foto ibunya dan di sebelah foto itu ada papan arwah dan tempat untuk dupa. Ya, ibunya sebenarnya telah meninggal beberapa tahun silam. Dia hanya bersandiwara saja ketika menyatakan ibunya dirawat di rumah sakit.     

Melangkah lelah ke kamar tidurnya, Yuno berharap semuanya akan baik-baik saja pada esok harinya.     

-0-0-0-0-     

"Ryuu ... ittekimasu!" Reiko mengecup bibir suaminya ketika dia akan berangkat bekerja pagi ini. Nathan Ryuu sedang berada di dapur untuk membuat kopi ketika sang istri menghampiri untuk berpamitan.     

"Tunggu sebentar, sayank!" Tangan Nathan Ryuu meraih pergelangan tangan istrinya, memaksa langkah Reiko terhenti secara mendadak.     

Reiko sudah hendak protes dan akan menolak ketika suaminya secara tiba-tiba maju hanya untuk mengecup keningnya.     

"Ummchh! Ini adalah jimat dariku untuk membuatmu kuat, oke?" Demikian yang dikatakan pria Onodera.     

Menyaksikan perbuatan suaminya, hati Reiko tergugah, bahkan dia nyaris menangis karena saking terharunya. Namun, tidak ada waktu untuk itu. Dia harus lekas pergi sebelum kehilangan bus-nya.     

"Umh! Terima kasih untuk jimatnya." Reiko terkekeh sambil memegangi area yang baru saja dikecup sang suami.     

"Itterasshai, sayank. Hubungi aku jika ada apa-apa, oke!"     

"Iya."     

Lalu, Reiko berlari kecil mencapai lift dan kemudian tiba di lobi utama gedung apatonya, sebelum dia kembali berjalan cepat ke arah halte yang biasa dia gunakan untuk menunggu bus.     

Saat Reiko berdiri bersama yang lainnya di halte, ada mobil mahal lewat di sana. Mata penumpang di kabin belakang tertuju lekat kepada Reiko, membawa jejak keterkejutan.     

"Dia menggunakan halte? Jadi ... dia memakai bus untuk ke Magnifico? Bukankah dia peliharaan orang kaya? Kenapa harus susah payah dengan bus? Kenapa tidak beli mobil atau antar jemput mobil dari cukong kayanya?" Nyonya Takeda yang berada di kabin belakang mobilnya cukup heran juga melihat kondisi Reiko.     

Nyonya bos Magnifico itu bahkan sedikit ragu dengan informasi dari Erina jika dia melihat Reiko saat ini yang terlihat begitu jelata dengan menunggu bus seperti itu.     

Tidak menyadari dirinya diperhatikan seseorang di sebuah mobil mahal, Reiko hanya bisa terus menatap ke suatu arah dimana biasanya bus langganannya akan datang dari arah itu.     

.     

.     

"Reiko-san, kau sudah selesai dengan spray gun kamu?" tanya Yui ketika mereka sudah mulai bekerja sejak beberapa jam silam.     

"Ah, iya, sudah, tentu saja sudah, Yui-san. Silahkan pakai." Reiko mengangguk dan menyerahkan alat spray gun di dekatnya ke Yui.     

"Ohh, bahkan sudah kau bersihkan!" Yui tersenyum senang. "Terima kasih, Reiko-san." Ia senang tidak harus bersusah payah terlebih dahulu untuk membersihkan alat itu.     

"Ah, tidak masalah." Reiko tersenyum dan kembali menekuni pekerjaannya. "Yui-san hendak memberikan warna apa dengan alat itu?"     

"Ohh, aku ingin memakai glitter perak, karena kau sudah pakai glitter emas, hi hi! Aku ingin memadukannya dengan warna hijau karena praline-ku memakai isian ganache matcha." Yui terkikik sambil menjawab Reiko.     

"Wah, pasti itu akan cantik dan enak!" Reiko mendongak sebentar ke Yui untuk memberinya ucapan dukungan. Yui mengangguk senang.     

Hari ini Reiko diserahi tugas dari Kazuto untuk membuat praline cappuccino dengan isian ganache cappuccino, tentu saja. Namun, untuk cokelat utama, dia memakai cokelat putih.     

Oleh karena itu, tadi Reiko menggunakan alat spray gun yang lazim dipakai untuk menyemprotkan pewarna makanan pada cokelat ataupun kue agar tercipta cipratan-cipratan yang estetik.     

Alat itu belakangan ini populer digunakan orang yang berada di usaha kuliner kue dan cokelat, sebuah alat berbahan besi yang biasanya kecil dan lonjong dengan wadah kecil di atasnya, yang akan dihubungkan dengan kompresor kecil pula sebagai pendorong daya semprot.     

Itu mengingatkan bentuk canting yang digunakan untuk menggambar batik tulis di Indonesia meski tidak sepenuhnya mirip, berbahan stainless steel, dengan tuas pendek yang digunakan untuk mengeluarkan semprotan dengan cara ditekan jari, dan memiliki saluran untuk disambungkan dengan kompresor kecil.     

Tadi, Reiko sudah menyemprotkan pewarna glitter emas di tengah cetakan untuk memberikan efek mewah pada cokelat praline buatannya. Setelah menyemprotkan glitter emas, Reiko mulai menaruh cokelat putih pada cetakan setelah tempering sampai suhu 30 derajat celcius.     

Kemudian, dia membalikkan cetakan sehingga cokelat putih tadi tumpah pada sebuah wadah khusus, membentuk lapisan luar pada praline. Lalu, dia membuat ganache cappuccino dan menuang itu ke cetakan hanya 2per3 bagian cetakan karena proses akhir adalah menuang kembali cokelat putih sebagai penutupnya.     

Kazuto melihat itu semua dan dia kagum pada kemampuan Reiko yang kini sudah setara dengan senior-seniornya di Magnifico. Gadis ini memang cepat belajar bagaikan genius saja, batin Kazuto.     

Dan ketika cokelat buatan Reiko selesai didinginkan dari lemari es, praline itu terlihat cantik, mengkilat dan terkesan mewah dengan adanya glitter emas pada bagian tengahnya, seakan ada bintang-bintang kecil di sana.     

"Bagus." Kazuto yang irit bicara dan irit pujian, mendadak bisa mengatakan itu ketika melihat hasil akhir praline cappuccino buatan Reiko.     

Yui dan Yuza mengangguk dengan senyum setuju pada ucapan pemimpin grup mereka. Sementara itu, Yuno terdiam saja melihat rekan-rekan satu grupnya mengapresiasi pekerjaan Reiko.     

=========     

lyrics source: Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.