Inevitable Fate [Indonesia]

Kedatangan Nyonya Bos



Kedatangan Nyonya Bos

0Joudeki~! (kerja yang bagus!)     
0

Ira ira nante iranai desu! DEATH! (tak ada yang perlu kukesali! tak ada!)     

Kigaru ni Take it easy (bergembiralah dan bersantailah)     

- GJ by BabyMetal -     

============     

Ketika tengah hari Reiko telah menyelesaikan praline cappuccino dia dengan sukses dan baik, dia beralih pada menu keduanya, praline mangga. Kali ini dia tidak menggunakan spray gun lagi, namun kuas.     

Dengan ceria, Reiko mengoleskan bubuk glitter perak khusus makanan ke cetakan, tidak berlebihan. Lalu menuangkan cokelat putih cair yang telah diberi pewarna kuning hingga penuh di cetakan, kemudian cetakan dibalik agar isinya tumpah ke wadah lain untuk membuat cangkangnya terlebih dahulu.     

Setelah menunggu cangkang itu mengeras di lemari es, dia membuat ganache mangga yang lembut dari bubur buah mangga, lalu mengambil cangkang dari lemari es untuk diisi dengan ganache mangga tadi hingga 2per3 bagian cetakan dan lalu menutupinya dengan cokelat cair warna kuning yang tadi.     

Ketika selesai, itu menjadi praline kuning cantik dengan sapuan glitter perak di atasnya dan di dalamnya ada ganache mangga yang lembut ketika digigit. Sekali lagi, Kazuto puas dengan pekerjaan Reiko.     

Di tempat lain, Erina berkata dengan heran pada Yukio saat dia mengambil sesi kedua dari jam rehatnya. "Kenapa aku susah bertemu dengan Yunyun, yah?"     

"Yunyun?" tanya Yukio heran.     

"Itu ... Yuno, yang satu grup dengan Reiko." Erina mengingatkan teman gengnya mengenai Yuno.     

"Ohh, yang menyulitkan Reiko selama dua hari itu?" Yukio akhirnya ingat.     

"Ya, dia. Kenapa sepertinya tadi waktu rehat tengah hari dia seperti menghindariku, yah?" Erina sambil menyesap milkshake yang dia beli di cafe di lantai 2.     

"Mungkin dia malu karena sudah gagal mengurus Reiko. Kau tahu, kan, antek dia malah dipecat kemarin."     

"Iya, aku sudah mendengar itu. Katanya mereka ketahuan mencuri dan menggelapkan bahan di sini, yah?"     

"Benar. Huh, dasar maling tak tahu malu!"     

"Ya, sepertinya Yunyun sudah terlalu malu untuk bertemu denganku. Hghh ... padahal dia anak yang manis." Dan mudah dimanfaatkan, imbuh Erina dalam hatinya.     

Sebenarnya bukan Yuno ingin menghindari Erina, namun dia selalu dihalangi 2 pekerja baru setiap hendak menghampiri Erina hingga akhirnya dia menyerah saja agar tidak diintimidasi kedua pekerja baru yang aneh itu.     

Semenjak adanya 2 pekerja baru, Yuno merasa hidupnya selalu dalam bayang-bayang mereka. Kemanapun dia bergerak di Magnifico, kedua pekerja itu terus saja mengikutinya sampai dia jengah namun cemas.     

Terakhir kali Yuno hendak mencuri celah untuk menemui Erina, pekerja baru lelaki tiba-tiba saja sudah berada di dekatnya dan berkata dengan pelan, "Berani mendekat ke Erina meski di luar jam kerja, jangan salahkan kalau nanti kau akan kubuat menderita, mungkin tak bisa berjalan lagi."     

Siapa yang tidak syok dan takut mendapatkan bisikan ancaman seperti itu? Tubuh Yuno bergetar ketakutan dan setelah itu, dia melenyapkan keinginan untuk menemui Erina. Jika harus memilih antara Erina dan kakinya, tentu saja dia sudah tahu mana yang harus dipilih sebagai prioritas utama, kan?     

Maka dari itu, tak heran seharian ini, Yuno begitu pendiam dan tekun tenggelam dalam pekerjaannya. Dia tidak ingin kehilangan kakinya hanya karena mementingkan Erina. Biarlah Erina dibantu yang lain saja, dia tak ingin ikut-ikutan lagi, dia masih ingin berjalan dengan bebas ke manapun.     

Saat ini, Reiko bisa bernapas dengan nyaman karena tidak ada yang mengganggu dia. Seharian penuh dia bisa bekerja tanpa khawatir pada gangguan dari siapapun.     

.     

.     

Di tempat lain ....     

"Jyuto, kau benar-benar harus menyelidiki tentang Reiko itu!" Takeda Ayumi bersikeras membujuk suaminya mengenai Reiko.     

Takeda Jyuto sebagai pemilik Magnifico mendesah dan menjawab istrinya, "Sayank, sudahlah jangan usik siapapun di Magnifico."     

"Aku tidak mengusik, Jyuto! Aku hanya ingin mengamankan Magnifico saja! Sungguh, kau harus melihat sendiri foto-foto mesum Reiko dengan dua lelaki, iuuhh ... menjijikkan! Sungguh, aku tak ingin Magnifico aku dikotori orang seperti itu! Aku tak mau aset berhargaku dicemari siapapun! Ayolah, Jyuto ...." Takeda Ayumi terus mengiba dan membujuk suaminya.     

"Tidak bisa, Ayu-chan. Aku sudah memeriksa dia kemarin dan menurut Akeno, catatan pekerjaan Arata Reiko bersih dan bagus! Jadi, tak ada alasan bagiku untuk memecatnya!" Takeda Jyuto berkata dengan wajah memelas ke istrinya.     

Sejak kemarin, sang istri terus saja meributkan mengenai Arata Reiko. Ketika Takeda Jyuto mencari tahu yang mana orang yang diributkan istrinya, dia langsung menggeleng setelah menyadari itu adalah gadis yang direkomendasikan Nathan Ryuu.     

Meski begitu, Takeda Jyuto tak berani secara sembarangan membeberkan pada istrinya mengenai itu karena ini adalah permintaan Nathan Ryuu sendiri. Yah, terkadang bisnis seorang pria tidak perlu diketahui istrinya, kan?     

"Sudahlah, sayank. Tak usah terlalu mengurusi masalah siapapun di Magnifico. Aku jamin semua akan aman-aman saja. Yang penting, kau bisa bersenang-senang dari uang hasil Magnifico, kan? Bagaimana, apa kau ingin berlibur ke Italy? Atau ke Perancis?" bujuk Takeda Jyuto, bermanis-manis dengan sang istri.     

"Huh! Kau ini! Bukankah kau seperti sayur layu begini, Jyuto? Ada ancaman untuk perusahaan kita, tapi kau dengan entengnya menganggap remeh! Kau payah!" Takeda Ayumi berang karena suaminya tidak juga memberikan tindakan apapun kepada Reiko.     

Dengan kesal menumpuk di dadanya, Takeda Ayumi keluar dari ruangan dan keluar untuk mencari udara segar.     

Sore harinya, Takeda Ayumi pun memerintah sopir untuk ke mengantarnya ke Magnifico. Kedatangannya di ruangan pekerja, cukup membuat heboh, karena tidak biasanya nyonya bos datang ke mereka secara langsung begini.     

Bahkan, Akeno saja terkesiap ketika melihat siapa yang masuk ke ruang produksi. Ia bergegas menghampiri Takeda Ayumi dan berkata, "Salam untuk Nyonya. Apakah ada yang bisa aku bantu?"     

"Hm, aku hanya ingin melihat bagaimana kinerja pegawai di sini. Kau tak perlu repot-repot dan sana pergi ke ruanganmu saja. Aku hanya ingin secara santai terjun langsung memberi dukungan moril pada pekerjaku." Dengan kibasan tangan remeh, Takeda Ayumi mengusir Akeno secara halus.     

Akeno menahan diri. Pekerja dia? Apanya yang pekerja dia? Magnifico ini milik Tuan Takeda, tak ada urusannya dengan wanita di depannya itu! Enak saja mengatakan "pekerjaku" seperti itu. Tapi, tahu diri akan posisinya, Akeno pun membungkuk ojigi sejenak ke nyonya bos sebelum dia pergi dari sana. Meski begitu, dia mengawasi wanita itu melalui layar cctv yang terhubung di ruangan kerjanya.     

Manajer ini berharap si nyonya bos yang arogan tidak membuat masalah di ruang produksi. Ia bertanya-tanya, apakah kehadiran Takeda Ayumi di ruang pekerja itu sudah diketahui pemilik Magnifico?     

Takeda Ayumi berjalan pelan-pelan dan santai di ruangan lantai 1, memerhatikan setiap meja kerja, membuat banyak pekerja yang merasa gugup karena seolah sedang berada di bawah inspeksi pemilik toko.     

Setelah itu, kaki Ayumi melangkah ke lantai 2, dan kembali mengejutkan para pegawai di sana. Matanya yang berkacamata hitam pun menyusuri meja demi meja pekerja sambil menilik wajah mereka.     

Ketika tiba di meja grup Kazuto, mata Takeda Ayumi berbinar senang. Dia menemukan Arata Reiko!     

========     

lyrics source: Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.