Inevitable Fate [Indonesia]

Keributan di Lantai 2



Keributan di Lantai 2

0Kirai daa (gue benci banget)     
0

Honki ja nee no ni iiwake bakkari (ama orang yang suka bikin-bikin alasan)     

- Sis Anger by BabyMetal -     

==========     

Setelah itu, kaki Ayumi melangkah ke lantai 2, dan kembali mengejutkan para pegawai di sana. Matanya yang berkacamata hitam pun menyusuri meja demi meja pekerja sambil menilik wajah mereka.     

Ketika tiba di meja grup Kazuto, mata Takeda Ayumi berbinar senang. Dia menemukan Arata Reiko! Dia menurunkan kacamata hitamnya dan menyimpan ke tas tangannya dengan gaya seanggun mungkin tanpa menghilangkan aura sosialita dia.     

"Nyonya." Kazuto yang sudah tahu itu adalah istri pemilik Magnifico, segera menghentikan pekerjaannya untuk menyapa sambil membungkuk hormat pada Takeda Ayumi. Yang lainnya pun mengikuti perbuatan itu sebagai rasa hormat mereka pada Ayumi.     

"Hm." Takeda Ayumi hanya mengangguk ringan saja. "Sedang membuat apa kalian hari ini?" tanya Takeda Ayumi.     

Ketika grup-grup lain merasa iri karena hanya grup Kazuto saja yang mendapat perhatian lebih dari Takeda Ayumi dengan cara dihampiri dan ditanya, namun Kazuto merasa itu biasa-biasa saja. Lelaki itu memang sesuai dengan reputasi karakter dingin yang dibangunnya.     

Sedangkan di ruang cctv, Akeno segera menyadari sesuatu dan dia melompat dari kursinya, bergegas keluar ruangan menuju ke lantai 2.     

"Kami sedang membuat beberapa macam praline ganache sesuai daftar yang kami terima dari Manajer Akeno." Kazuto menjawab dengan baik     

"Ohh! Praline isi ganache? Itu salah satu kesukaanku!" Langkah Takeda Ayumi pun mulai maju dan tiba di dekat Reiko, meraih praline mangga yang baru saja dikeluarkan dari lemari es. "Ini isi apa?"     

"Itu isi ganache mangga, Nyonya." Reiko menjawab sesopan mungkin. Hatinya berdebar, namun anehnya, ini bukan debaran gembira tapi yang lainnya, entah apa.     

Tangan Takeda Ayumi mengambil salah satu praline hasil dari Reiko tadi dan segera saja menggigitnya, mengunyah sebentar, lalu ... "Puahh! Ganache macam apa ini! Hambar! Mangga apanya!" Mendadak, sikap Takeda Ayumi berubah dan melemparkan sisa praline di tangannya ke wajah Reiko. "Apa kau hendak membuat Magnifico aku bangkrut karena cokelat tak enak buatanmu, hah?!"     

Reiko yang terkejut karena tindakan kasar Takeda Ayumi hanya bisa mengkerutkan bahunya dan segera membungkukkan punggungnya sedalam-dalamnya sambil berkata, "Maafkan saya, Nyonya. Maaf! Saya sungguh minta maaf jika buatan saya ternyata tidak enak."     

"Coba bawa kemari cokelat lainnya buatan dia!" Takeda Ayumi memberikan perintah ke Kazuto.     

Tak memiliki pilihan, Kazuto pun mengambil praline cappuccino yang tadi sudah dibuat Reiko dan sudah disimpan ke lemari grup mereka sebelum nanti dikemas. Praline itu disodorkan ke Takeda Ayumi sebanyak 3 biji.     

Tangan Takeda Ayumi merenggut praline itu dan menggigit setengahnya, mengunyah dan meludahkannya ke lantai dan melempar sisanya ke Reiko seperti tadi. "Kau sebut hal pahit seperti tadi adalah cappuccino, hah? Kau ini ... apa lidahmu sudah mati atau kau asal memasukkan bahan-bahan saja? Kau hendak menyia-nyiakan bahanku?" Ia mendelik ke Reiko.     

"Nyonya, aku minta maaf! Aku sungguh minta maaf!" Reiko terus membungkuk berkali-kali, melakukan ojigi terbaiknya. Dan akhirnya dia berlutut karena saking merasa bersalahnya.     

"Nyonya!" Akeno tiba di meja grup Kazuto dengan napas terengah-engah. "Nyonya, ada apa?" Ia sambil melirik ke Reiko yang sedang berlutut di lantai.     

Mata tajam Takeda Ayumi melirik ke Akeno sambil berkata, "Apakah kau tidak melakukan kontrol produksi?"     

"Saya ...." Akeno belum tahu apa yang terjadi sebenarnya di meja itu. Dia tadi bergegas ke lantai 2 ini setelah memahami bahwa target kedatangan Takeda Ayumi adalah meja grup ini.     

"Nyonya beranggapan bahwa cokelat buatan Reiko-san tidak enak semuanya." Kazuto menjelaskan dengan suara tenang meski sikap tubuhnya tetap sopan di depan istri bosnya.     

Akeno lekas mengambil praline mangga dan praline cappuccino di meja marmer itu dan mengunyahnya bergantian. Dahinya berkerut. "Nyonya, maaf, tapi sepertinya ini tidak ada masalah mengenai rasanya." Ia berkata sesuai dengan apa yang terasa di lidahnya. Ganache mangganya manis dan pas, serta rasa cappcuccino pun telah tepat seperti apa seharusnya cappcuccino terasa.     

Tubuh Takeda Ayumi bergetar. Dengan adanya ucapan Akeno seperti itu, sama saja si manajer sedang mempermalukan dia! Apalagi ini ditonton banyak pekerja di lantai 2 meski secara sembunyi-sembunyi.     

Dihina secara tidak langsung oleh Akeno, lekas saja Takeda Ayumi bereaksi.     

PLAK!     

Tamparan keras tiba di pipi Manajer Akeno, mengejutkan semua orang di sana, bahkan Kazuto sekalipun.     

"Kau berani mempertanyakan opiniku?" tanya Takeda Ayumi dengan tatapan tajam ke Akeno.     

Si manajer sangat terkejut dengan tamparan keras yang diterimanya dan memegangi pipi itu, matanya menyala ingin mengunyah Ayumi dan merobek-robek dagingnya, namun dia masih tetap pada kesadaran diri akan statusnya. "Maaf, Nyonya. Mungkin saya yang kurang pandai menilai."     

Ia tahu bahwa dirinya hanyalah bawahan saja di sini, dan tidak memiliki wewenang sebesar Takeda Ayumi. Maka, demi menyelamatkan jabatan dan pekerjaannya, dia mengetatkan rahang untuk mengatakan sesuatu yang tidak dia inginkan.     

"Makan lagi itu! Katakan seperti apa rasanya dengan benar!" bentak Ayumi ke Akeno.     

Dengan tangan bergetar karena menahan amarahnya, Akeno mengambil praline seperti tadi dan mengunyahnya bergantian.     

"Katakan rasanya dengan benar!" desak Ayumi.     

"Ini ... ini kurang." Manajer Akeno bagai menelan pasir demi bisa mengatakan itu dengan suara bergetar.     

"Ha! Kau dengar itu?" Takeda Ayumi beralih ke Reiko dengan tatapan penuh kemenangan. "Kau tak becus!" Sambil berkata demikian, telunjuknya menoyor dahi Reiko dengan kuat sehingga Reiko terdorong ke belakang dan harus berpegangan pada tepi meja marmer di belakangnya.     

"Ma-maafkan saya, Nyonya." Reiko hampir menangis. Dimarahi serta disalahkan di depan umum secara keras begini, ini sungguh tidak terduga. Harapannya untuk mendapatkan hari-hari yang tenang dalam bekerja ternyata hanya bertahan beberapa jam saja.     

"Akeno, beri dia surat peringatan!" perintah Takeda Ayumi sambil melotot senang ke Reiko karena seolah dia puas melampiaskan kekesalannya ke wanita muda itu.     

Apa? Reiko akan diberi surat peringatan hanya karena tuduhan seenaknya dari Takeda Ayumi? Akeno dengan jelas memahami intrik sesungguhnya dari si nyonya bos terhadap Reiko. Jika memang dia ingin memarahi Reiko di tempat, silahkan!     

Tapi jika bertindak terlalu jauh dengan menjatuhkan surat peringatan tanpa ada alasan kuat untuk melakukan itu, bukankah Akeno sama saja seperti merundung pekerjanya yang tidak bersalah apapun?     

Dia dengan sangat yakin bahwa praline-praline buatan Reiko tidak memiliki cacat apapun dalam segala aspek, termasuk mengenai rasa. Istri bosnya hanya sedang mencari gara-gara saja hanya karena rumor mengenai Reiko. Akeno mengerti itu!     

"Ta-tapi, Nyonya, pekerjaan Nona Arata baik dan dia juga tekun. Kalau mengenai rasa, dia bisa memperbaiki saja, tidak perlu diberi surat-"     

"Kau hendak menggurui aku, Akeno?!" Suara Takeda Ayumi segera melengking tinggi. "Tinggalkan mejamu dan kemasi barang-barangmu!" Tubuhnya gemetar karena marah atas penolakan Akeno.     

Akeno mematung. Apakah dia baru saja dipecat?     

========     

lyrics source: Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.