Inevitable Fate [Indonesia]

Pemecatan Sepihak Tanpa Alasan Bermutu [21+]



Pemecatan Sepihak Tanpa Alasan Bermutu [21+]

0Boku no doko ga machigatteirunda? (apakah ada sesuatu yang salah denganku?)     
0

Sonna ni sekai wo semaku shite dou suru no (bagaimana jika itu membuat dunia menjadi sempit?)     

- Kimi ni Shikarareta by Nogizaka46 -     

=============     

"Kau hendak menggurui aku, Akeno?!" Suara Takeda Ayumi segera melengking tinggi. "Tinggalkan mejamu dan kemasi barang-barangmu!" Tubuhnya gemetar karena marah atas penolakan Akeno.     

Akeno mematung. Apakah dia baru saja dipecat? Dia ... dipecat?     

"Ny-Nyonya! Tolong jangan lakukan itu pada Akeno-san!" Reiko dengan cepat meraih kaki Takeda Ayumi, mengiba untuk Akeno.     

Melihat kakinya dipegang oleh Reiko, mata Takeda Ayumi mendelik sampai hampir lepas dari rongganya. "Singkirkan tangan kotormu itu! Singkirkan tangan busuk yang biasa kau pakai untuk menyentuh laki-laki sembarangan!" teriaknya.     

Mendengar teriakan Takeda Ayumi, Reiko membeku usai mengambil kembali tangannya. Pandangannya kaku ke istri bosnya ini. Ternyata ... ternyata Takeda Ayumi ... mengetahui mengenai rumor dia.     

Dengan pemikiran cepat, Reiko langsung paham akar dari badai keributan yang diciptakan oleh Takeda Ayumi hari ini. Tak lain dan tak bukan memang dirinya yang sedang dijadikan sasaran tembak berdasarkan dari rumor yang berhembus mengenai dia.     

Sekarang, semuanya jelas. Reiko lemas di tempatnya berlutut.     

"Kau, perempuan busuk!" Telunjuk Takeda Ayumi mengarah ke Reiko. "Kau juga kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini! Aku tak butuh tangan kotormu untuk membuat sesuatu di dapur perusahaanku! Aku tak mau pelangganku sakit perut gara-gara kau!"     

Reiko sudah tidak mampu bereaksi apapun dan benar-benar membeku, seolah dia sudah bisa mengetahui nasib darinya setelah mengetahui bahwa istri bosnya sudah mendengar tentang rumor buruk dirinya.     

"Apakah Anda selalu seenaknya begini terhadap karyawan di sini?" Mendadak, Yuza membentak Takeda Ayumi. Matanya melotot ke wanita 30-an tahun itu.     

Dada Takeda Ayumi bagai hendak meledak mendengar ada karyawan yang berani membentak dirinya. Matanya tak kalah melotot seperti Yuza dan berkata, "Memangnya kenapa kalau iya? Ini perusahaanku! Ini milikku! Aku bebas melakukan apapun di sini! Sedangkan kau ... siapa kau, hah?! Kau hanya keroco tak berguna! Apa? Kau hendak membela perempuan busuk ini? Bagus! Kau juga bisa kemasi barangmu!"     

Setelah puas meluapkan amarahnya, Takeda Ayumi pun mendengus keras sebelum melangkah pergi dan meninggalkan kekacauan di sana.     

Reiko terduduk lemas di lantai. Karena dirinya, ada orang-orang yang terseret bersamanya. Bagaimana dia tidak sedih? Ia menatap ke Akeno yang masih mematung di sana dengan pandangan kosong. "A-Akeno-san ... Akeno-san, aku ... aku minta maaf ... aku ... Yuza-kun ...." Dia beralih ke Yuza.     

"Tak apa, Reiko-chan! Kalau memang kita dibuang dari sini oleh orang sinting, pasti masih ada banyak tempat lain yang jauh lebih waras dan lebih dari sini! Ayo kita kemasi barang-barang kita!" Yuza melepas atribut kerjanya segera dan membanting satu demi satu di meja kerjanya.     

"Hghh ...." Akeno akhirnya memberikan reaksi. "Mungkin sudah waktunya aku pergi dari sini." Lalu dia menatap Reiko dan berkata, "Reiko-san, tak perlu merasa bersalah, karena kau memang tidak bersalah." Ia menepuk pundak Reiko sebelum pergi ke ruangannya di lantai 1.     

Menahan ledakan di dadanya, Reiko pun membungkuk hormat pada rekan-rekan grupnya. "Kazu-san, terima kasih atas bimbingannya. Yui-san, Yuno-san, terima kasih atas kerjasama kalian seminggu ini. Saya pamit dulu."     

Yuza juga membungkuk pada Kazuto dan Yui, namun tidak pada Yuno. Bagaimanapun dia masih membenci Yuno melebihi kekesalan dia pada Kazuto. Setidaknya, Kazuto memberikan pengajaran yang baik pada dirinya dan tidak menghambat, berbeda dengan Yuno.     

Keduanya pun lekas pergi ke lantai 1 untuk mengambil barang-barang mereka dan pada jam setengah 5 lebih, mereka sudah berjalan keluar dari Magnifico.     

Reiko menggigit kuat-kuat bibirnya, menahan tangis. Dimarahi di depan semua orang, direndahkan di depan semua karyawan hanya karena rumor yang belum tentu benar, dihina sebagai perempuan busuk ketika dia sudah melakukan yang terbaik untuk selalu berbuat benar ... siapa yang tidak ingin menangis?     

Apalagi, dia sudah menyukai pekerjaannya di sana. Dia suka membuat roti, mempelajari berbagai ketrampilan dalam bidang tersebut.     

Tangan Reiko erat mencengkeram tali tasnya sambil terus menundukkan kepala bahkan ketika di halte.     

"Aku antar sampai apato, yah!" tawar Yuza. Reiko mengangguk tanpa mengangkat kepalanya. "Csk, Reiko-chan, tak usah bersedih. Tak perlu diambil hati, yah! Dia itu perempuan sinting, maka itu jangan sedih hanya gara-gara dia, oke?"     

Reiko mengangguk sambil berkata, "Tapi, Yuza-kun ... aku menyukai pekerjaan di sana. Aku suka membuat roti, membuat kreasi cokelat, mencium bau di sana sungguh menyenangkan hatiku, membuatku tenang dan nyaman."     

Tess!     

Jatuh juga satu tetes air mata Reiko. Padahal pekerjaan itu sudah didapatkan Nathan Ryuu dengan susah payah tentunya, ya kan? Reiko merasa tak berguna karena tidak bisa mempertahankan pekerjaan yang telah dicarikan suaminya. Dia pun sedih karena ini.     

.     

.     

Malam itu, di sebuah apato cukup mewah, dua tubuh saling menggosok satu sama lain ketika mereka menyatu.     

"Aaanghhh! Iya, terus! Terus begitu, aanghh!" Si wanita menjepitkan dua kakinya sembari dua lengannya membelit posesif tubuh lelaki di atasnya ketika pihak lelaki terus menghujamkan batangnya secara beringas, menenggelamkan dalam-dalam ke liang intim si wanita.     

"Arrghh! Kau memang luar biasa, sayank! Arrghh! Ini enak sekali! Lubangmu memang luar biasa membuatku gila! Arrghh! Harghh!" Lelaki itu terus memompakan miliknya secara agresif sambil memeluk erat wanita di bawahnya sembari pinggulnya terus bergerak liar.     

"Ermmghh! kau yakin? Mrrghh ... apakah aku benar luar biasa? Mrrghhh! Hrrmghh! Arrgh ... terus begini, enak ... aku hampir ... hampiirrhhh ... sedikit lagi ... aakkhh ...." Wanita itu terus mengerang cukup keras ketika hujaman batang jantan lelaki di atasnya semakin terasa nikmat memompa liang sesaknya.     

"Kapan akuhh pernahh berrrbohhoonghhh! Sayank! Sayank! Aku juga hampirhh! Tunggu akuukkhh! Tunggu ... errghhh!" Suara erangan erotis dan juga kalimat si wanita membuat lelaki semakin berkobar dan dia menjadi lebih giat beraksi.     

"Katakan bahwa aku lebih baik dari dia! Katakan! Katakan aku lebih baik dari istrimu! Arrghhh! Cepat katakan atau aku akan berhenti sekarang juga!" ancam wanita itu dengan suara mendesah sambil napasnya tersengal-sengal pendek.     

"Iyaahh! Kau sudah tahu itu, sayank! Kau lebih baik dari istrikuukkhh! Kau lebih baik dari diaaakkhh! Arrghh! Aku tak tahan lagiihh! Arghh!"     

"Arnghhh!"     

"Haarghh!"     

"Jyuto! Jyu-aakhh!"     

"AARGHHH!" Keduanya pun bersama-sama menyemburkan cairan masing-masing meski takkan bertemu karena pihak lelaki memakai pengaman dari lateks demi mencegah kehamilan pada wanita di bawahnya.     

"Haahh ... Akeno ... Akeno ... hakkhh ... ini memang enak sekali, sayank." Lelaki bernama Jyuto itu pun melumat bibir wanita yang dia sebut sebagai Akeno di bawahnya.     

Ketika ciuman dilepas, keduanya saling bertatapan dan Akeno tersenyum sebelum dia mendorong Jyuto dari atas tubuhnya. Dia langsung mencari rokok di meja nakas dan menyulutnya dengan santai meski tubuhnya masih telanjang.     

Jyuto pun bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk berbilas sekaligus melepas pengaman lateks di batangnya.     

Akeno menatap pantat telanjang Jyuto sembari menghembuskan asap rokok dari mulut dan duduk santai di kepala ranjang, membiarkan lelaki itu ke kamar mandinya.     

========     

lyrics source: Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.