Inevitable Fate [Indonesia]

Sang Malaikat Berwajah Lolita



Sang Malaikat Berwajah Lolita

0yogeul hado meogeo chehaesseo hado (aku telah dikritik begitu banyak, hingga merasakan sakit)     
0

seoreoweodo eojjeogesseo I do (tapi meski aku kesal, aku bisa apa, apa yang bisa aku lakukan)     

- Maria by HWASA Mamamoo -     

===========     

Dengan berawalnya minggu baru, maka grup baru pun dibentuk oleh sang manajer, Akeno. Semua karyawan harus mematuhinya. Sistem ini diharapkan akan membuat semua orang saling mengenal satu sama lain dan juga bertujuan agar semua karyawan bisa menguasai semua bidang di Magnifico, dari bakery, pastry, chocolate hingga baverage.     

Sebuah sistem yang memang bagus untuk tujuan yang baik.     

Dan grup Reiko di minggu ini terdiri dari 5 orang dengan ketua grup seorang lelaki yang terlihat kaku, tegas dan dingin. Dari awal pun orang itu sudah membuat Yuza emosi, namun mereka sebagai orang baru di sana, harus menahan diri.     

Dari pagi hingga siang, grup baru Reiko bekerja dalam diam dan hanya ada sedikit percakapan yang dilakukan bisik-bisik saja oleh Yuno ke Yui.     

Masing-masing dari mereka membuat cokelat praline kreasi sendiri-sendiri. Reiko memilih praline dengan isian buah ceri. Dia memilih cetakan setengah lingkaran dari bahan silikon dan terus secara tekun mengerjakan tugasnya sebaik mungkin.     

Kata Yui, kalau memakai cetakan silikon, tak perlu menuang cokelat di langkah awal untuk membuat lapisan luar. Reiko pun mengangguk dan hanya perlu mengisi setengah saja dari cetakan dengan cokelat yang telah dia lelehkan pada suhu 70 derajat celcius, karena jika cokelat dilelehkan terlalu panas akan merusak aroma cokelat itu sendiri.     

Tak lupa, dia menaruh cetakan silikon itu di atas nampan agar nantinya memudahkan dia memindahkan cetakan yang sudah terisi cokelat dari meja kerja ke lemari es besar di belakangnya.     

Setelah mengisi setengah cetakan, buah ceri merah pun dimasukkan dan kemudian ditimpa dengan lelehan terakhir sebagai penutupnya. Setelah itu, dia membawa nampan berisi cetakan dengan cokelat di dalamnya ke lemari es di belakang dia.     

Sambil menunggu cokelatnya mengeras di lemari es, Reiko kembali membuat yang berikutnya. Seperti itu terus dan terus diulang. Dia akan mengeluarkan praline yang sudah berada di dalam pendingin selama berapa belas menit dan mengganti dengan praline basah lainnya.     

Semua dia lakukan dengan tekun dan hati-hati hingga tiba waktu istirahat siang di tengah hari.     

"Reiko-chan, ayo kita rehat makan." Yuza mengajak ketika melihat sudah ada banyak pekerja di sekitar mereka yang menghentikan pekerjaan dan berjalan ke lift.     

Tidak ada bel untuk menandai istirahat. Masing-masing orang bebas memilih kapan ingin rehat, namun harus sesuai dengan durasi yang ditetapkan, yaitu sehari maksimal 60 menit dan bisa dipecah sampai 2 atau 3 sesi dengan diawasi ketat melalui cctv di plafon di atas meja kerja masing-masing grup.     

Reiko mengangguk atas ajakan Yuza dan keduanya berjalan bersama rekan grup mereka ke arah lift. Setelah tiba di lantai rooftop, ada ruang kecil begitu keluar dari lift yang di sana terdapat meja panjang tempat menaruh bento (kotak makan siang) gratis untuk diambil para pekerja.     

Setelah mengambil bento-nya, Reiko mengikuti Yuza mencari tempat duduk yang nyaman.     

"Ohh, Ossan ternyata sudah di sini sejak tadi. Lihat, dia sepertinya sudah hampir selesai makan." Yuza menunjuk ke arah Shingo duduk.     

"Kita ke Shingo-san, yah!" ajak Reiko dan Yuza setuju. Keduanya pun menghampiri tempat Shingo duduk, lalu bergabung dengan mantan penjual okonomiyaki itu. Ketiganya mulai mengobrol akrab seperti biasa.     

Pemandangan tiga orang berbincang asyik itu terlihat oleh Erina. Dia menggenggam kuat-kuat kotak bento-nya, dadanya bergemuruh menggelegakkan api cemburu.     

"Eh, katanya Reiko satu grup dengan Yu-chan minggu ini." Yukio berkata di dekat Erina. Mereka baru saja tiba di rooftop.     

"Eri-cchi, kau tak apa, kan?" goda Azuka sambil menyenggol lengan Erina menggunakan ujung sikunya.     

Erina menoleh ke Azuka dan tersenyum. "Tentu saja aku baik-baik saja, memangnya kenapa?" Meski begitu, hatinya bergolak hebat. Dia sudah mengetahui Reiko satu grup dengan Yuza sejak melihat papan kerja di lantai 1 dan itu mengguncang emosinya. Namun, dia cukup tangguh juga bisa menahan sebanyak itu emosi yang hendak meluap.     

Kemudian mata Erina melihat ke sebuah spot. "Di sana saja, yuk!" Ia menunjuk spot tersebut dan dua sahabatnya pun mengangguk setuju. Tak perlu banyak analisis untuk menduga bahwa Erina adalah ketua geng tiga orang itu.     

Ketika geng trio itu tiba di area duduk yang dipilih Erina, si ketua geng berkata ke gadis di depannya, "Yuno, boleh ikut duduk di sini?" Tak lupa senyum malaikatnya muncul.     

"Ahh! Erina! Silahkan, silahkan saja!" Yuno mengangguk ramah sambil menggeser duduknya ke samping agar bisa muat untuk 3 orang berikutnya.     

Erina pun menaruh pantatnya di sebelah Yuno. "Hari ini cukup terik, yah! Padahal sudah musim gugur."     

"Iya, betul!" Yuno mengangguk.     

"Wah, bento hari ini cukup baik, ada perkedel daging cincang dibalut telur!" Erina membuka kotak bento-nya dan terlihat senang.     

"Kau suka perkedel daging seperti itu, yah Erina?" Yuno melirik ke daging gulung telur itu. "Aku justru lebih tertarik pada sosis goreng pedasnya." Ia sudah melahap sosis bagiannya dan hampir habis.     

"Ohh, begitukah? Nih, aku beri sosisku ke kamu saja, yah Yuno." Erina memindahkan semua sosis goreng pedas dia ke kotak bento Yuno.     

"Ehh! Jangan! Nanti kau makan apa?" Yuno agak malu-malu meski mau.     

"Aku tak begitu suka makanan pedas." Senyum Erina terkembang sempurna. Dengan wajah manis dan aura polos bagai lolita dan sikap ramah dia, mana mungkin ada yang tidak menyukai Erina? Oh, mungkin hanya Yuza dan Shingo saja.     

"Ohh, baiklah, terima kasih, Erina. Ehh, kalau begitu, kau bisa memiliki perkedel dagingku! Nih!" Yuno pun memindahkan daging dulung telurnya yang belum dia sentuh ke kotak bento Erina.     

"Wah, terima kasih sekali, Yuno." Erina tersenyum riang menerima daging gulung telur dari Yuno. "Oh, ya ... omong-omong, bagaimana grupmu minggu ini, Yuno?" Maka, sampailah dia pada bagian inti yang menjadi alasan mengapa dia memilih duduk di sebelah Yuno.     

"Grupku? Hm, aku satu grup dengan si nona beken itu." Yuno terkikik ketika mengatakannya sebelum menyuapkan makanan ke mulutnya.     

"Nona beken? Siapa?" tanya Erina dengan wajah imutnya.     

"Siapa lagi kalau bukan si beken Reiko?" Yuno mengerling penuh arti. Tentu saja makna beken yang dia maksud berkaitan dengan rumor buruk mengenai Reiko.     

"Wah! Kau satu grup dengan jalang itu?" Azuka mulai ikut berkomentar. Yuno mengangguk. Azuka melanjutkan, "Yuno-cchi, sebaiknya kau berhati-hati. Dia itu ular betina yang memalukan!"     

"Hm, Reiko kemarin memarahi aku hanya karena aku memergoki dia masuk ke mobil mewah." Erina tampak murung ketika mengatakan itu.     

"Apa?! Dia memarahimu?!" Azuka siap meledak kapanpun, matanya menyala akan permusuhan sengit.     

Erina lekas memegangi tangan kawannya dan menggeleng putus asa, "Azz-Azz, jangan! Aku mohon jangan mengkonfrontasikan ini pada Reiko, yah! Aku tak ingin ada konflik lebih lanjut dengannya. Cukup aku saja yang menanggung kemarahan dia. Aku tidak ingin siapapun bertengkar karena ini."     

"Eri-cchi! Kau ini! Kenapa aku tak boleh mendatangi dia dan membalas?" Azuka mengeluh.     

Erina menggeleng, masih disertai dengan wajah sedihnya. "Aku mohon, jangan datangi Reiko, oke? Kalau kau menganggap aku sahabatmu, jangan lakukan itu, yah! Aku tak mau ada keributan." Ia menatap penuh memohon pada Azuka.     

"Hgh!" Azuka menghela napas keras-keras. "Kau itu terlalu baik, Eri-cchi! Padahal kau hanya memergoki saja dan dia memarahimu?! Si jalang sialan itu!"     

"Iya juga, yah!" Yuno ikut berkomentar. "Memangnya apa salahnya Erina yang tak sengaja melihat dia masuk ke mobil mewah? Apa dia akhirnya malu karena ketahuan? Cih!" Setelah itu, mereka mulai menggosip tentang Reiko dan membahasnya dengan para gadis di sekitar mereka, berbisik-bisik sambil sesekali melirik ke Reiko di kejauhan sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.