Inevitable Fate [Indonesia]

Ryuu yang Menggemaskan



Ryuu yang Menggemaskan

0You're so hypnotizing     
0

Could you be the devil?     

Could you be an angel?     

- E.T. by Katy Perry -     

===========     

Menyaksikan Nathan Ryuu hanya memakai handuk dari pinggang sampai lutut saja dengan 'ornamen' pelengkap seperti buliran air yang berada di dada dan perutnya, serta tambahan 'serangan' rambut setengah basah yang menambah keseksian di mata Reiko, gadis itu panik mendadak.     

Menyadari dia bisa mimisan secara konyol jika terus memandangi 'ikemen' di dekatnya, Reiko secara sembarangan saja meraih cabai besar dan mengiris tipis-tipis sampai nyaris memotong jarinya, ia menenangkan jantungnya.     

Dan ternyata, Nathan Ryuu tidak memiliki kesadaran mengenai situasi Reiko dan malah maju, membuat Reiko tak berani menoleh selain ke meja dapur saja.     

"Aku ke sini untuk bertanya apakah kau punya baju ukuran besar yang bisa aku pinjam? Aku lupa memerintah anak buahku untuk membawakan baju ganti." Demikianlah alasan yang disampaikan lelaki Onodera mengenai penampilan minim dia di depan Reiko.     

"O-ohh!" Reiko menjawab seadanya.     

"Kenapa sayank? Kau tak suka bajumu aku pinjam? Atau lebih baik aku begini saja dulu sambil menunggu anak buahku ke sini membawakan baju untukku?" Lelaki Onodera bersiap untuk duduk di kursi di dekat Reiko berdiri saat ini.     

Tidak boleh! Reiko tidak boleh membiarkan lelaki setengah telanjang yang penampakannya bagaikan dewa Apollo itu berlama-lama dengan penampilan seperti itu di dekatnya!     

Meneguk salivanya, lalu Reiko menjawab, "U-unghh ... kau ... kau bisa mencarinya di lemariku. Am-ambil saja apa yang menurutmu pas di sana."     

"Terima kasih, sayank." Tanpa diduga Reiko, pria Onodera itu memeluknya dari belakang, menyebabkan Reiko melonjak kaget dan jika dia kucing, pasti seluruh bulunya sudah berdiri karena kaget, dan pria itu masih menambahkan satu kecupan pada belakang kepala Reiko sebelum berjalan kembali ke kamar Reiko untuk mencari baju.     

Setelah itu, barulah Reiko bisa mengambil napas lega dan meneruskan acara memasaknya. Namun ketika dia melihat ke talenan di depannya, dia heran karena di sana menumpuk potongan cabai, menggunung memenuhi talenan kayu itu. Kapan dia mengiris itu semua? Memangnya dia hendak menjadikan cabai sebagai camilan?     

.     

.     

Sementara itu, di Magnifico, Yuza bersungut-sungut karena tidak hadirnya Reiko. Dia masih saja menyalahkan Erina mengenai itu.     

"Gara-gara kau, Erina. Kau menyebabkan Reiko-chan sakit!" Yuza bergumam rendah sambil mengaduk adonan roti di wadah seperti baskom besar dari alumunium.     

"Ke-kenapa aku? Sejak tadi Yu-kun sudah memarahiku mengenai ini. Sedih, ahh!" rengek manja Erina merespon kekesalan Yuza.     

"Yah, siapa lagi yang harus aku salahkan jika bukan kau. Kau yang mengajak Reiko-chan pergi ke izakaya dan terus memaksa dia minum, akhirnya Reiko-chan terlalu mabuk dan sakit." Yuza menatap kesal ke Erina yang berdiri di sampingnya sambil bekerja.     

Rekan mereka di situ tak ada yang bicara dan hanya menjadi pendengar saja sejak tadi Yuza mengomeli Erina. Selama tangan mereka terus bergerak dan bekerja di layar cctv, maka itu akan baik-baik saja.     

Erina muram dan menampakkan wajah sedihnya. Semenjak pagi, Yuza terus saja memarahi dia untuk ini dan itu, terutama mengenai Reiko. "Ungh ... Yu-kun, memangnya Reirei benar-benar sakit? Apa kau yakin?"     

"Tentu saja. Aku tadi melewati manajer yang sepertinya sedang berbicara dengan bos di telepon mengenai Reiko-chan." Yuza masih cemberut. Kekesalannya dituangkan pada adonan yang terus dia banting dan remas kuat-kuat.     

Teringat tadi, memang manajer Akeno menerima telepon ketika Yuza berjalan di depan papan tulis besar.     

"Ohh, jadi dia ijin sakit? Cuti hari ini? Baiklah, Pak. Siapa namanya tadi? Reiko? Arata Reiko? Baiklah, akan saya catat." Demikian ucapan manajer Akeno yang didengar Yuza. Dari situlah dia mengetahui alasan ketidakhadiran gadis kesayangannya.     

Andaikan Yuza bisa nekat, dia ingin sekali keluar dari ruangan ini dan berlari ke apartemen Reiko untuk melihat kondisi gadis itu. Sudah jelas dia sangat mencemaskan Reiko.     

Dan yang lebih menjengkelkan, Erina sebagai biang dari itu, malah terus menyangkal kesalahannya.     

Bahkan berkata, "Yah, mana aku tahu kalau batas toleransi Reirei pada alkohol begitu rendah." Erina masih juga tidak mau disalahkan.     

Tidak juga mendapatkan kata maaf atau penyesalan dari Erina, Yuza pun menyerah dan mulai berpindah tempat ke sebelah rekan kerja lelaki grupnya. Erina makin muram melihat itu.     

Seperti yang dikatakan Erina tadi, memangnya dia paham atau tahu seberapa kuat Reiko pada alkohol? Dia hanya berusaha untuk membuat senang semua orang.     

Ini diungkapkan Erina pada kedua sahabatnya, Yukio dan Azuka ketika mereka sedang istirahat makan siang di rooftop.     

"Iya benar! Yu-chan tidak masuk akal terus menyalahkanmu!" Yukio kesal melihat sahabatnya menjadi sedih begini.     

"Yu-cchi terlalu berlebihan!" Azuka menimpali dengan wajah kesal seperti Yukio. "Siapa yang tahu kalau gadis itu ternyata lembek di depan alkohol, ya kan? Mana bisa semua kesalahan dilimpahkan ke Eri-cchi kita ini!"     

Lalu, dua gadis itu pun memeluk Erina yang sedih.     

"Sudah! Jangan mengurusi Yu-cchi lagi, Eri-cchi! Dia lelaki bodoh! Abaikan dia!"     

"Ya, abaikan saja lelaki tolol seperti Yu-chan yang malah memarahimu. Memangnya dia siapa berani melakukan itu padamu? Memangnya dia siapanya Reiko sampai uring-uringan seperti itu? Apa dia suaminya Reiko, huh!"     

Erina mengusap air mata di pelupuk matanya sambil melepaskan pelukan kedua sahabatnya dan tersenyum pada mereka. "Terima kasih, kalian berdua. Aku sekarang sudah lebih baik. Kalian memang yang terbaik."     

.     

.     

Di apartemen, Reiko selesai menyiapkan makan dan menghidangkannya di meja. Saat itu, Nathan Ryuu pun datang ke ruang makan.     

Melihat kekasihnya, Reiko melongo sejenak sebelum akhirnya dia tak bisa menahan tawanya. "Ha ha ha! Ya ampun, ha ha!"     

"Ehh? Apakah ini terlalu buruk untukku?" tanya Nathan Ryuu sambil menatap dirinya sendiri seraya dua lengannya terentang ke samping.     

Mana mungkin Reiko tidak tertawa segeli itu jika di depannya, ada lelaki ikemen atletis dan maskulin, namun memakai baju terlonggar miliknya. Itu sebuah baju terusan dari bahan fleece (bahan kain yang biasa digunakan untuk sweater) yang besar dan panjang hingga nyaris mencapai betis dan berwarna pink serta ada hoodie dengan telinga kucing yang lucu.     

Lelaki Onodera itu ... terlihat sangat imut namun aneh dalam balutan pakaian longgar itu. Tubuh atletis Nathan Ryuu nampak nyaris menyesaki baju tersebut.     

Reiko belum berhasil menghentikan tawanya ketika lelaki itu akhirnya ikut tertawa juga dan mendekat ke dia untuk membelitkan dua lengan kokohnya ke tubuh Reiko dan menggelitiki gadis itu.     

Tentu saja Reiko menggelinjang kegelian.     

"Berani menertawaiku, hm?"     

"Ha ha ha, maaf Ryuu! Penampilanmu terlalu wow di mataku- aha ha ha! itu sangat menggemaskan! Hentikan, Ryuu! Aku bisa mati kegelian! Ha ha!"     

"Aku akan membangkitkanmu jika kau berani mati, hmpphh ...."     

Reiko segera saja dibungkam dengan ciuman dadakan dari Nathan Ryuu. Gadis itu membeku ketika bibirnya sudah ditangkap dan didominasi oleh bibir kekasihnya. Tubuhnya menegang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.