Inevitable Fate [Indonesia]

Menebak-nebak



Menebak-nebak

0mamoritai (I want to protect)     
0

bokutachi ga kawashita yakusoku wo (The promise that we made)     

You can believe     

daijoubu itsudemo tonari ni iru yo (It's alright, I'll be by your side)     

- Daijoubu by MBLAQ -     

=========     

Reiko bertanya pada Nathan Ryuu mengenai nama Onodera sebagai nama keluarga kekasihnya. "Ryuu, nama keluargamu ... Onodera?"     

"Hm? Oh, iya." Pemuda itu menjawab santai sambil terus mengunyah makanannya. "Hm, masakanmu enak sekali, sayank. Aku tak sabar menikahimu."     

Mengabaikan pujian dari kekasihnya, Reiko kembali bertanya, "Ryuu ... apa nama aslimu?"     

"Hm?" Alis Nathan Ryuu terangkat. Dia ingat bahwa selama ini Reiko tidak pernah mengetahui nama Jepang dia dan hanya mengetahui nama campurannya saja. "Nama asliku? Nathan Ryuu, tentu saja," godanya.     

"Ryuu, kumohon ...." Reiko sedikit merengek. "Bukankah tidak adil kalau kau mengetahui nama asliku tapi aku tidak mengetahui sebaliknya? Maksudku ... nama lengkap!"     

Reiko harus mengoreksi itu, karena di Jepang, nama terdiri dari nama keluarga dan nama asli atau nama kecil. Jadi, wajar jika kekasihnya mengatakan nama aslinya adalah Nathan Ryuu. Maka, yang harus Reiko tanyakan adalah nama lengkap.     

"Aku mencari tahu sendiri mengenai nama lengkapmu. Jadi, bagaimana jika kau juga mencari tahu sendiri nama lengkapku?" Tuan muda itu mendengus geli usai menggoda kekasihnya.     

"Hghh ... Ryuu, jangan seperti itu. Aku benar-benar serius ingin tahu nama lengkapmu." Reiko meletakkan sumpit di tangannya ke atas mangkuk dan dia mulai berpikir sejenak. "Nama keluargamu Onodera. Dan nama aslimu Ryuu. Onodera Ryuu?"     

"Hampir mendekati."     

"Ehh? Hampir mendekati? Um, Siapa, yah? Onodera Ryuuga?"     

"Bukan."     

"Umhh ... Onodera Ryuichi?"     

"Juga bukan." Kekehan kecil muncul dari Nathan Ryuu ketika kekasihnya mencoba menebak nama lengkap dia     

Ughh ... Reiko berpikir keras dan mencoba lagi. "Onodera ... Ryudan? Ryumaru? Ryukichi?" Ia menyemburkan banyak probilitas dari nama Ryuu.     

"Ha ha ha!" Tak pelak, Nathan Ryuu tertawa mendengar tebakan-tebakan kekasihnya.     

"Baiklah ...." Reiko kali ini menegakkan punggungnya, berusaha serius dan meneguk saliva sebentar sebelum dia menebak lagi. "Aku akan coba menebak lagi dan ini yang terakhir, kalau ini salah, aku menyerah."     

"Hm, baiklah." Nathan Ryuu kembali mengunyah makanannya secara santai.     

Reiko mempersiapkan dirinya. Tebakan yang ini memang terakhir yang bisa dia pikirkan, dan dia bagai bertaruh dengan dirinya sendiri. "Onodera ... Ryuzaki?"     

"Bingo!" Tangan Nathan Ryuu yang sedang memegang sumpit pun digerakkan ke atas seakan sebuah persetujuan dari sebuah kebenaran.     

Napas Reiko nyaris terhenti. "A-apa? Namamu ... Onodera Ryuzaki?" Dua alisnya sudah terangkat tinggi-tinggi disertai mata melebar. Ada hantaman imajiner di jantungnya. Nama kekasihnya ternyata Onodera Ryuzaki!     

Onodera Ryuzaki! Ya ampun!     

Reiko nyaris terkena serangan jantung. Bagaimana bisa nama kekasihnya adalah Onodera Ryuzaki? Kenapa Onodera Ryuzaki? Bukankah ... bukankah itu ... itu nama ... pemilik baru ... SortBank Group?     

Ya ampun! SortBank Group yang baru kemarin dibicarakan rekan-rekan grupnya secara heboh ... dan ternyata dia ... dia berpacaran dengan yang dihebohkan itu?!     

"Kenapa, Rei? Apa kau tak suka namaku Onodera Ryuzaki? Kau lebih suka Ryukichi? Atau Ryumaru? Ubahlah seperti yang kamu suka, tak masalah."     

Lelaki ini! Seenaknya saja berbicara! Mana ada orang mengubah nama lengkap orang lain hanya karena tidak setuju? Nathan Ryuu memang terlalu santai.     

Atau ... terlalu cinta pada Reiko?     

"R-Ryuu ... kau ... kau kan ... pewaris ... ahh, tidak, lebih tepatnya kau ... kau pemilik ... SortBank?" Di akhir kalimat, Reiko melirih sambil menyipitkan mata, berharap keduanya merupakan orang yang berbeda meski nama mungkin bisa sama secara kebetulan. Ayolah, itu bisa saja terjadi, kan?     

"Ya, kebetulan aku memang pemilik baru SortBank. Kenapa, Rei? Kau tak suka? Kau lebih suka aku memiliki apa? Katakan saja, aku bisa menjadi seperti yang kamu ingin, asalkan kau senang."     

Benar-benar pria ini! Reiko rasanya gemas sekali. Bagaimana bisa Nathan Ryuu secara sembarangan mengatakan seperti itu? Memangnya lelaki itu akan rela melepaskan SortBank dan mengganti perusahaan jika Reiko menginginkan? Bukankah itu terlalu berlebihan, tuan muda?     

"E-ehem! Ehem!" Reiko terpaksa berdehem untuk melegakan tenggorokannya yang seperti tersumbat sesuatu. Ya, tersumbat keterkejutannya sampai nyaris membunuh dia. "Hmhh ... aku sama sekali tidak berhak memintamu mengganti perusahaan atau apa, Ryuu. Tentu tidak. Aku ... aku hanya terlalu kaget mengetahui ternyata kau ... astaga, Ryuu ... tidak bisakah kau tadi berbohong dan mengatakan tidak ketika aku bertanya mengenai SortBank?"     

"Baiklah, aku bukan pemilik SortBank, Rei. Sungguh!" Wajah nakal Nathan Ryuu berlagak seolah-olah dia sedang mengaku dengan tulus.     

Dan Reiko tahu itu. Ia pun menghela napas panjang, rasanya percuma juga dia berharap konyol seperti tadi. "Sudahlah, Ryuu ... fakta sudah terungkap." Dia merasa kacau dan campur aduk setelah mengetahui dengan jelas mengenai latar belakang kekasihnya.     

Apa yang akan terjadi jika rekan-rekannya mengetahui dia berpacaran dengan pemilik baru SortBank? Seperti apa respon mereka nantinya? Marah? Kesal? Menjauh darinya? Yah, wajar jika orang akan ketakutan berteman dengan Reiko jika mengetahui asal-usul Nathan Ryuu.     

Dia tidak ingin dijauhi teman-temannya hanya karena mereka takut dengan kekasihnya. Tidak mau! Dia juga tidak ingin dipandang berbeda oleh mereka hanya karena memiliki pacar seorang bilioner, seorang konglomerat muda, salah satu pengusaha terkuat di negeri ini.     

Astaga ... setelah memikirkan ini, Reiko jadi paham kenapa dia dengan mudah mendapatkan pekerjaan di Magnifico. Dan banyak pula kejadian-kejadian sebelum ini yang rasanya terlalu mudah dia dapatkan selama ada Nathan Ryuu di dekatnya.     

Dan juga hadiah kencan yang kemarin! Cokelat dan macaroon mahal dari Perancis ... apa ada orang yang pergi keluar negeri hanya untuk membeli hal remeh seperti makanan untuk dijadikan hadiah kencan semata?     

Ternyata karena itu. Karena kekuasaan besar yang dimiliki Nathan Ryuu di negeri ini. Pantas saja ... semua masalah Reiko seakan begitu cepat menguap semenjak dia bertemu Nathan Ryuu.     

"Rei, sepertinya kau tidak suka jika aku adalah pemilik SortBank." Tidak butuh mengeluarkan jurus mata elang apapun hanya untuk Nathan Ryuu mengetahui kekasihnya seakan sedang muram saat ini usai mengetahui jati diri keluarganya.     

"Aku ... hmhh ... aku tak tahu harus bagaimana, Ryuu. Ini ... ini terlalu mengejutkan. Sungguh!"     

"Aku tanya sekali lagi, Rei ... apakah kau tidak senang mengetahui aku pemilik SortBank?" Giliran Nathan Ryuu yang meletakkan sumpit di atas mangkok meski belum menyelesaikan seluruh makanannya. Dia cukup terganggu dengan reaksi Reiko.     

"Ini bukan masalah senang atau tidak senang, Ryuu ...."     

"Lalu ... mengenai apa?"     

"Aku ... aku takut dipandang berbeda oleh teman-temanku. Aku takut dijauhi oleh mereka jika mereka mengetahui aku berpacaran denganmu. Ryuu ... bukan berarti aku tidak suka menjadi pacarmu, bukan begitu. Sebelum aku mengetahui latar belakangmu pun aku sudah menyukai menjadi pacarmu. Ini ... hmhh ... beri aku waktu sebentar untuk terbiasa dengan latar belakangmu, yah Ryuu. Gomen ne." Reiko memberikan senyum sebaik mungkin meski terlihat canggung di mata Nathan Ryuu.     

"Lalu, kau ingin aku bagaimana agar kau lega?" Wajah lelaki Onodera kini terlihat serius, tidak ada sekelumit aura santai seperti biasanya. Ini membuat Reiko menjadi tak enak hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.