Inevitable Fate [Indonesia]

Kau Pikir Siapa Kau?



Kau Pikir Siapa Kau?

0Who do you think you are?     
0

Who do you think I am?     

- Taken by One Direction -     

===========     

Di dalam SIX, Reiko hanya bisa menatap takjub sekeliling bangunan megah tersebut. Berbagai butik mahal bertebaran di kanan kiri jalan yang dia lalui. Dan ada begitu banyak toko barang-barang bermerek internasional dan pastinya bergengsi ada di sepanjang deretannya.     

"Ayo ke situ." Nathan Ryuu menunjuk ke salah satu butik cukup besar di dekat mereka berjalan.     

Reiko mengangguk patuh dengan dada berdebar. Apakah dia akan dibelikan sebuah baju indah? Sangat wajar bagi perempuan muda mendamba pakaian indah, kan? Apalagi memiliki kekasih yang bisa membeli setengah negara itu jika mau.     

Namun, sebelum mereka mencapai butik tersebut, tiba-tiba saja ponsel Nathan Ryuu berbunyi. Pria itu mengambil dan melihat siapa yang menghubunginya. Dahinya berkerut, dan ia menoleh ke Reiko. "Sayank, kau masuklah lebih dulu ke sana, nanti aku akan menyusulmu setelah selesai menerima telepon ini, tak apa kan?"     

"O-ohh, tentu tak apa. Baiklah." Reiko tersenyum dan melangkahkan kakinya masuk ke butik tersebut.     

"Irasshaimase[1]." Pelayan butik yang bertugas di pintu membukakan pintu kaca untuk Reiko sambil membungkuk hormat sebagai suatu keharusan terhadap pengunjung atau pelanggan.     

Reiko membalas dengan ojigi singkat sebagai kesopanan meski tidak harus karena dia sebagai pengunjung.     

Begitu dia berada di dalam butik, suasana kemewahan segera terasa. Bau wangi dan segar dari pewangi ruangan yang diletakkan pada pendingin ruangan pun menyeruak membelai hidungnya secara nyaman.     

Ada pegawai butik yang menyapa dia juga saat menghampiri. "Irasshaimase. Bisa saya bantu?"     

Reiko menatap pegawai itu. Seragamnya begitu rapi bagaikan seragam pramugari, apalagi wanita itu berdandan cantik dan wangi parfum mahal menyeruak dari tubuhnya, cukup membuat Reiko minder karena dia biasa-biasa dan tidak memakai riasan apapun selain bedak dan lipgloss saja, apalagi parfum!     

"A-aku ... aku ingin melihat-lihat dulu." Reiko menjawab malu-malu sambil tersenyum canggung. Dia baru kali ini masuk ke butik semewah ini, mana mungkin tidak gugup? Tidak ada dalam imajinasi liarnya dia bisa masuk ke SIX, apalagi ke butik ini!     

"Ohh, baiklah, Nona. Silahkan." Pegawai itu tersenyum ramah pada Reiko dan kemudian meninggalkan Reiko karena pasti akan sangat canggung bagi pelanggan apabila terus diikuti selama masih melihat-lihat.     

Reiko pun mulai melangkah ke dalam butik dan matanya hanya bisa terus berbinar-binar melihat deretan baju-baju mahal. Apalagi ada bagian yang memajang baju limited edition.     

Berkali-kali Reiko menelan ludahnya setiap menatap satu demi satu baju yang terpajang. Wanita mana yang tidak menyukai pakaian indah? Munafik kalau mengatakan Reiko tidak tertarik.     

Perhatiannya tertuju pada sebuah mantel cantik berwarna red raspberry dengan bulu campuran raccoon dan sable mink pada kelepak depannya dan juga ujung lengannya. Mantel selutut itu menarik mata Reiko, hingga dia tak sadar mengulurkan tangannya ke depan untuk menyentuh mantel tersebut.     

"Hei!" Mendadak, entah dari mana, ada suara hardikan di sebelah Reiko dan tangannya juga ditepuk agak keras.     

Seketika, Reiko menarik tangannya dan melihat ada seorang gadis muda dengan dandanan ala sosialita kelas atas didampingi seorang lelaki yang gayanya tak jauh berbeda dengan gadis itu. Sepertinya seumuran dengan Reiko.     

"Ma-maaf!" Reiko terkejut dan segera melakukan ojigi pada gadis sosialita itu.     

"Enak saja kau menyentuh secara sembarangan mantel mahal seperti itu dengan tangan kotor miskinmu!" Gadis itu membentak Reiko.     

Pelayan-pelayan butik di sana tersentak kaget dengan suara gadis itu namun mereka tidak berani melerai karena tahu siapa gadis yang membentak Reiko tadi. Seorang putri tunggal dari bankir ternama Jepang memang pantas berlagak tinggi di tempat ini.     

"Ahh, ya ... maafkan saya." Reiko tahu diri dan memilih mengalah saja karena dia tidak menyukai keributan atau pertengkaran. Ia mundur dari tempat dia berdiri dan bersiap untuk ke area lainnya.     

Namun, gadis sosialita itu sepertinya tidak puas dan berseru, "Mana manajer butik ini? Kenapa membiarkan gembel seperti ini masuk ke sini? Astaga, aku harap aku tidak pingsan karena bau dia!"     

Salah satu pelayan butik segera menghubungi manajer butik agar situasi itu bisa lekas terselesaikan. Bagaimana pun juga, butik mereka adalah salah satu butik ternama di Ginza, mana bisa membiarkan adanya keributan antar pembeli?     

Reiko makin gelisah dengan ucapan gadis itu. Padahal dia sudah hendak pergi, namun ternyata lelaki yang menyertai gadis tadi melangkah maju mencegah Reiko pergi.     

"Meira, dia hendak melarikan diri." Lelaki muda itu menyeringai ke Reiko sambil berbicara pada gadis sosialita bernama Meira.     

"Bagus!" Meira melangkah membawa arogansinya dan mendekat ke Reiko. "Kau ... percaya diri macam apa yang membuatmu bisa masuk ke sini?" Melipat dua tangan di depan dada, Meira memindai Reiko.     

"Maafkan saya." Reiko menganggukkan kepala sebagai rasa hormat dia pada Meira.     

Saat ini, Reiko hanya memakai kemeja kotak kasual dan celana jins biasa yang mulai pudar warnanya. Sepatu pun hanyalah sepatu canvas putih yang agak kotor di bagian ujungnya. Meski cantik, namun dandanan Reiko tidak menunjang untuk dikategorikan perempuan kelas elit.     

Sungguh berbeda jauh dengan Meira yang dari ujung kepala hingga ujung kaki dibalut oleh barang-barang mewah, sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan status dia di masyarakat.     

Rasa percaya diri Reiko menyusut dengan cepat ketika dia membandingkan dirinya dengan Meira. Dia tertunduk, tak berani menatap Meira.     

"Kau ... siapa yang memberimu kepercayaan diri begitu besar untuk bisa masuk ke tempat ini, hm? Bukankah aku sudah menanyakan ini padamu baru saja? Kenapa? Tak bisa menjawab? Hanya seenaknya masuk ke sini tanpa tahu statusmu?" Meira dengan kejam menghakimi Reiko.     

Reiko terdiam, bingung. Jika dia menjawab dia datang ke sini bersama Nathan Ryuu a.k.a Onodera Ryuzaki, tentunya takkan ada yang percaya, ya kan?     

"Hei! Meira sedang bertanya padamu!" Pemuda itu membentak Reiko yang masih saja diam.     

"A-aku ... aku datang dengan Ryuu." Reiko semakin mengkerut takut.     

"Ryuu siapa, heh?" Si pemuda tak sabar sambil mendelik ke Reiko.     

"O-Onodera Ryuu ...." Reiko tak punya pilihan lain selain menyebutkan nama kekasihnya.     

"Hah? Onodera? Onodera Ryuu? Maksudmu ... Onodera Ryuzaki?" tanya Meira dengan nada tinggi.     

"I-Iya, Nona." Reiko takut-takut menjawab. Apalagi kini manajer toko sudah menghampiri mereka.     

Seketika, Meira tertawa melengking diikuti pemuda yang bersamanya. "Ha ha ha! Jika kau bersama Onodera Ryuzaki, maka aku bersama presiden Amerika! Sembarangan sekali kau mencatut nama! Minta aku pukul, heh?" Tangan Meira sudah melayang di udara, membuat Reiko secara otomatis melindungi kepala menggunakan telapak tangannya.     

Apa salah dia, sih? Dia sudah mencoba jujur!     

-----------------     

[1] Irasshaimase = 'selamat datang' dalam bahasa Jepang, biasa diucapkan pelayan toko, pegawai restoran atau hotel kepada tamu yang masuk atau berkunjung.     

Dikatakan, apabila pada suatu tempat usaha tidak terdengar ucapan ini pada tamu atau pelanggan, maka akan dianggap toko atau tempat usaha itu tidak ramah dan mendapatkan cap negatif.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.