Inevitable Fate [Indonesia]

Nasib Baru



Nasib Baru

0unmyeonge hwasal bi sogeseo (dalam hujan panah takdir)     
0

majuhan nae ane gyeonggyeseon (aku menghadapi cakrawala di dalam diriku)     

Given or taken (diberikan atau diambil)     

- Given-Taken by Enhypen -     

==========     

Begitu rekaman cctv datang dibawa pelayan butik, Meira dan manajer Nakamura merasa lutut mereka menjadi jeli, selembek ubur-ubur.     

Nathan Ryuu menyaksikan rekaman itu dengan tenang sambil satu tangannya tidak melepaskan pelukannya pada Reiko.     

Sedangkan gadis di dalam pelukan itu merasa tak enak hati, tak menyangka kekasihnya bisa begitu ditakuti oleh orang-orang di depannya. Dengan ini dia menyaksikan sendiri seberapa mengerikan efek Nathan Ryuu bagi mereka.     

"Hm, hm ...." Nathan Ryuu selesai menonton semua rekaman dengan Reiko di dalamnya. Pelayan segera membawa mundur rekaman tersebut dengan sikap sesopan mungkin. "Ahh, sungguh sebuah drama yang mengagumkan. Berikan aku salinannya, kirim ke kantorku."     

Tak bisa bertahan dari nasib yang akan datang padanya, Meira pun lekas menjatuhkan lututnya dan berlutut bersama dengan pemuda di sisinya, memohon pada Nathan Ryuu untuk pengampunan. Namun, dia tidak menyentuhkan dahi ke lantai seperti manajer Nakamura. Harga diri sebagai nona muda terhormat masih dia pegang. Menjatuhkan lutut adalah batas tertinggi untuknya.     

Meira dan manajer Nakamura masih membeku di tempatnya. Bahkan si manajer belum bangkit dari sikap dogeza-nya.     

Namun, Nathan Ryuu tidak melirik mereka dan malah mengajak Reiko, "Sayank, ayo kita teruskan berbelanja di sini. Apakah ada sesuatu yang lainnya di sini yang kau suka selain mantel tadi?"     

Reiko menoleh ke belakang dan melihat Meira dan manajer Nakamura di sana masih berlutut dengan wajah pucat menatap lantai. "R-Ryuu ... bagaimana dengan mereka?"     

"Hm? Siapa?" Nathan Ryuu seolah-olah tidak menganggap dua orang itu ada.     

"I-itu ... Nona Takagi. Bahkan tuan manajer melakukan dogeza-"     

"Tenang saja, dia bukan manajer lagi. Ayo kita pilih mana baju yang sesuai untukmu, sayank." Tangan yang membelit pinggang Reiko seakan memaksa agar gadis itu patuh ketika dibawa ke area lain di butik.     

Mendengar ucapan Nathan Ryuu tadi, (mantan) manajer Nakamura pun mulai menangis. Karirnya hancur! Setelah ini, mana mungkin dia bisa diterima bekerja di manapun? Ucapan tuan muda Onodera sama seperti eksekusi hukuman mati untuknya.     

"Ini gara-gara kau, gadis sialan!" Tak bisa menguasai emosinya, Tuan Nakamura mendorong Meira di sebelahnya.     

Meira terhuyung dan melotot ke Tuan Nakamura. "Enak saja kau menyalahkan aku! Kau sendiri yang menampar perempuan itu! Aku tak pernah menyuruhmu melakukan itu, botak tolol!" makin Meira sambil menuding kepala Tuan Nakamura yang memang kebetulan bergaya minimalis dalam urusan rambut.     

Tuan Nakamura tahu dia memang tak bisa menyalahkan Meira sepenuhnya, karena ini juga merupakan kesalahan dia yang terlalu bias dalam memperlakukan pelanggan yang datang ke butik. Kali ini dia benar-benar kena batunya.     

Sementara Meira dan Tuan Nakamura masih luruh lemas di lantai, meratapi nasib mereka nantinya, Nathan Ryuu malah membawa Reiko berkeliling di butik tersebut. "Rei, sebentar lagi musim dingin, kau harus punya mantel yang hangat dan nyaman dipakai, ya kan?"     

"Tapi, Ryuu ... tadi kan sudah ad-"     

"Baiklah, yang ini sepertinya pantas untukmu." Seolah tidak mendengar perkataan Reiko, tangan Nathan Ryuu sudah menyentuh sebuah mantel panjang dari bulu kucing besar Lynx. Terlihat cantik dan menawan.     

Reiko ikut menyentuh mantel itu setelah melihat kekasihnya juga menyentuh. Tentu tidak apa-apa, kan? Dia merasakan kelembutan bulu lynx tersebut, sangat halus dan menyenangkan ketika diusap, dan melirik label harganya-     

ASTAGA! Reiko menyeru dalam hatinya keras-keras. 30.350 dolar? "Tiga puluh ribu dolar lebih?" Mulut Reiko tak bisa menahan mengucapkan itu.     

"Ohh, itu harga yang pantas untuk mantel bulu dengan merek ini." Betapa santainya Nathan Ryuu, seakan dia sedang membicarakan harga lobak di pasar saja! Tangan tuan muda teracung ke atas dan pelayan segera datang. "Bungkus yang ini."     

"Baik, Tuan Muda!" Pelayan segera mengambil mantel tersebut dan membawa ke belakang untuk dikemas sebaik mungkin.     

"R-Ryuu! Hei! Kenapa langsung dibeli? Itu mahal sekali!" $30.000 ... berapa yen itu? Duh, bahkan Reiko akan pusing melihat deretan nolnya yang begitu banyak. Dan lelaki ini seenaknya saja menyuruh pelayan membungkus? Memangnya itu kubis?     

"Anggap saja itu investasi yang baik untuk masa depan, sayank." Nathan Ryuu terkekeh melihat kekasihnya terpana. "Nah, lihat! Itu juga bagus!"     

Reiko melihat ke arah yang ditunjuk Nathan Ryuu dan melihat sebuah mantel sebetis dari bulu rubah berwarna putih dengan warna kelabu gelap pada bagian leher dan kelepak depan serta setengah lengannya. Memang cantik.     

"Sebelas ribu dolar?" Reiko tetap saja tercekat ketika membaca label harganya.     

"Kenapa, Rei? Kau tak menyukainya? Sepertinya itu cocok di tubuhmu, membuatmu hangat, meski pasti tak sehebat aku dalam menghangatkanmu, ya kan?" goda Nathan Ryuu sambil berbisik ke Reiko.     

Lekas saja Reiko menjauhkan wajahnya atau bibir lelaki itu bisa hinggap di pipinya karena saking dekatnya. "Ryuu! Kau ini, ya ampun ...."     

"Ha ha ha, kenapa sayank? Kau tak percaya? Baiklah, nanti akan aku buktikan ketika musim dingin sudah datang. Aku akan menghangatkanmu dengan baik." Lihat, dia berbisik lagi sampai membuat wajah Reiko memerah malu.     

Lelaki ini, astaga!     

Segera, tangan Nathan Ryuu teracung sekali lagi dan meminta pelayan membungkuskannya.     

"Ryuu! Kenapa kau malah membeli barang semahal itu!" Reiko menatap putus asa.     

"Kenapa, Rei? Bukankah memiliki beberapa baju mahal itu terkadang diperlukan agar kau tidak mengalami hal seperti tadi lagi, oke?" Tuan muda mengedipkan satu mata disertai senyuman. Kali ini senyuman yang dia berikan ke Reiko bukan senyum iblis namun senyum malaikat.     

"Ta-tapi, jangan yang terlalu mahal, oke! Atau aku tak mau memakainya sama sekali!" Reiko cemberut.     

"Baiklah, baiklah, kau kini pilihlah mana yang kau suka."     

"Haruskah berbelanja banyak?"     

"Ya, karena kau wanitaku, maka pakaianmu juga mencerminkan siapa yang memilikimu."     

Reiko lekas merenungkan ucapan lelaki itu dan dalam hatinya mau tak mau setuju mengenai ini.     

Memang, pakaian terkadang mencerminkan status kita. Pakaian seorang istri mencerminkan (kemampuan finansial) suaminya dan itu artinya juga membawa wibawa sang suami.     

Mungkin jika Reiko saat ini berpakaian yang pantas dan terkesan mahal, dia tidak akan direndahkan oleh Meira dan manajer Nakamura.     

Tapi ... apa harus berbelanja hingga puluhan ribu dolar hanya untuk satu pakaian? Astaga, sepertinya lelaki Onodera satu ini terlalu royal pada pasangannya.     

Memahami maksud Nathan Ryuu agar Reiko sedikit meningkatkan taraf barang-barang pribadinya, Reiko menyerah dan membiarkan kekasihnya lebih banyak memilihkan untuknya ketimbang dia memilih sendiri.     

Ada poncho bulu warna merah, poncho bulu warna pink, dan juga parka bergaya trendi dari wol.     

"Sayank, kenapa tidak beli celana juga? Dan kaos untuk santai?"     

"Sebanyak itu?"     

"Kau tak punya banyak baju di lemarimu, sayank."     

Reiko terlupa bahwa kekasihnya ini sudah pernah membuka lemari baju dia dan memang isinya akan membuat wanita manapun melolong sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.