Inevitable Fate [Indonesia]

Tak Sempat Memanjakan



Tak Sempat Memanjakan

0nan ije sesangeul dwijibeo (aku membalikkan dunia)     
0

haneure nae bareul naedidyeo (aku melangkah ke langit)     

Given or taken (diberi atau diambil)     

- Given-Taken by Enhypen -     

===========     

Hanya dalam waktu setengah jam lebih sedikit dan keranjang belanja yang diberikan pelayan butik pun mulai penuh sesak oleh banyaknya celana jins, kaos, parka atau jaket sederhana memenuhinya.     

Reiko kadang bersikeras menginginkan baju meski itu berharga tak lebih dari 500 USD. Dia bukan jenis wanita yang tergila-gila oleh harga mahal. Baginya, yang penting nyaman dan dia suka ketika memakainya.     

Yang membuat Nathan Ryuu cukup pusing ... adalah ... Reiko banyak memilih pakaian berwarna merah atau sejenis itu. Pasti ada ornamen warna merah di banyak pakaian yang dia pilih.     

Hati tuan muda mengerang melihat warna tersebut. Apakah gadis ini sedang menguji dia? Atau sedang mengejeknya karena pernah tergila-gila dengan wanita penyuka warna merah sebelumnya?     

Dengan jakun turun naik, Nathan Ryuu bertahan dengan mengingat bahwa warna kesukaan Reiko adalah pink dan hitam, dan juga merah.     

"Rei sayank ... kau ... kau tidak bermaksud membeli semua bajumu dalam warna merah, kan?" Segera saja Nathan Ryuu menanyakan itu.     

"Hm, semua dalam warna merah? Tidak, kok! Lihat, aku juga memilih warna hitam juga, kan? Bahkan itu pink." Reiko yang tidak tahu-menahu mengenai kenangan khusus kekasihnya dengan wanita berbaju merah, menjawab polos.     

"Ahh, baiklah." Oke, oke, ini memang sebuah ujian untuk tuan muda Onodera. Apakah dia akan terseret lagi pada masa lalu atau dia akan menganggap biasa saja bila nantinya sang kekasih memakai baju warna merah tanpa perlu teringat lagi pada mantan istrinya.     

Ketika sampai di bagian lingerie, Nathan Ryuu berbisik, "Aku ingin kau memakai ini ketika nanti menjadi istriku." Sembari tangannya menunjuk ke sebuah lingerie berwarna hitam transparan yang sangat provokatif.     

Malu mendengar kekasihnya, Reiko menepuk dada pria Onodera itu sembari menunduk malu. "Kau ini mesum!" desisnya sambil melangkah pergi sebelum dia merah padam di area lingerie.     

Kini, semua keranjang sudah dibawa ke kasir. Totalnya ada 3 keranjang besar. Reiko sampai malu sendiri. Bagaimana nanti cara mereka keluar dari tempat ini sambil menenteng begitu banyak kantung belanja! Pasti akan menimbulkan perhatian orang sekitar!     

Dan tuan muda Onodera cukup menyerahkan "the almighty black card" dari dompetnya untuk diserahkan ke kasir dan meminta anak buahnya membawa semua kantong belanja tersebut ke apato Reiko, sementara mereka masih akan berkeliling ke toko lainnya.     

Reiko akui, siang ini Nathan Ryuu begitu memanjakan dia. Selain memborong banyak pakaian di butik itu, dia juga memanjakan Reiko di bagian asesoris, bahkan mereka mampir ke toko yang menjual pakaian untuk cosplay umum.     

"Sepertinya aku akan sangat berdebar-debar jika kau memakai ini, sayank," bisik Nathan Ryuu pada sebuah kostum pramugari yang minim. "Atau mungkin ini?" Seraya dia menunjuk ke kostum minim lainnya.     

"Ya ampun kau ini, Ryuu! Sepertinya hormon testosteronmu terlalu banyak." Reiko memutar bola matanya.     

"Ha ha ha, itu karena ada kau di dekatku, membuat aku selalu menyala," kilah tuan muda Onodera. "Besok ketika kau menjadi istriku, aku ingin sesekali kita bermain-main memakai kostum seperti ini, setuju?"     

"Hm, apa aku punya pilihan untuk berkata tidak, Tuan Muda?"     

"Tidak, ha ha ha!"     

"Tsk, kau ini!"     

Dan Reiko pun mulai menarik Nathan Ryuu menjauh dari deretan kostum-kostum seksi yang memang biasa digunakan untuk 'foreplay' hubungan intim.     

Gadis itu mengajak masuk ke sebuah toko t-shirt dan beberapa baju kasual. Dia memilih beberapa, namun Nathan Ryuu malah mengambil sampai sekeranjang penuh.     

"Ryuu!"     

"Sayank, lemari pakaianmu itu besar, mana bisa hanya mengisi setengah saja, kau terlalu membuang-buang ruangan, oke!"     

Benar-benar tak bisa dilawan. Reiko pun menyerah dan membiarkan Nathan Ryuu mengambil pakaian mana saja yang sekiranya pantas dipakai Reiko.     

Reiko sampai harus menyetop atau seluruh toko akan masuk ke keranjang belanjaan mereka. Itu kan tidak lucu!     

Setelah itu, Nathan Ryuu bersikeras menarik pinggang Reiko ke toko sepatu. Sudah bisa dipastikan apa yang terjadi kemudian.     

Berpasang-pasang sepatu boot wanita yang cantik dan trendi masuk ke keranjang belanja dan juga sepatu kasual seperti canvas, flat shoes, sandal dan sneakers. Tentu saja harganya tidak akan terbayangkan oleh Reiko.     

Barang-barang di SIX mana ada yang murah?     

Ketika hendak ke bagian tas, Reiko bersikeras hanya 2 tas saja atau dia akan marah. Melihat kekasihnya bersungguh-sungguh dengan ancamannya, Nathan Ryuu pun menyerah dan tas adalah perhentian terakhir dari acara belanja mereka.     

Sejak tadi para anak buah silih berganti, hilir mudik membawa tas belanjaan untuk segera dikirim ke apato Reiko setelah gadis itu membolehkan mereka masuk ke sana tanpa dirinya untuk menaruh belanjaan.     

"Rei, Kau sudah lapar?"     

"Belum."     

"Baiklah, ayo kita penuhi isi kulkas dan lemari dapurmu."     

"Ehh?"     

Dan kembali, Reiko hanya bisa patuh saat dia dibimbing ke sebuah hypermarket di sana untuk berbelanja banyak bahan makanan dan berbagai makanan beku dari yang harganya mahal sampai yang gila-gilaan mahalnya seperti misalnya daging wagyu.     

"Stop, Ryuu! Stop! Siapa tahu aku tak akan sempat memasaknya dan keburu basi atau tak enak lagi karena terlalu lama di kulkas!" Reiko terpaksa menghentikan kekasihnya yang ternyata gila juga jika berbelanja.     

Mungkin jika Reiko tahu bahwa sudah lama Nathan Ryuu tidak memanjakan seorang wanita, dia pasti bisa memahami sikap 'gila belanja' pria Onodera ini.     

Bahkan, ketika lelaki itu masih memiliki istri, dia tidak bisa terlalu lama menikmati waktu memanjakan sang istri. Pernikahan mereka tergolong sangat singkat dan Nathan Ryuu belum sempat memanjakannya.     

Kali ini, dengan adanya Reiko, mana mungkin dia tidak menggila menumpahkan kasih sayangnya untuk memanjakan gadis itu? Toh urusan uang tidak pernah menjadi kesulitannya, apalagi ketakutannya. Justru yang dia takutkan apabila dia berpisah dari Reiko.     

Setelah puas belanja kebutuhan rumah, mereka pun makan malam di restoran elit, Schubert, yang terletak di daerah Denenchofu, salah satu kawasan elit di Tokyo.     

"Aku beberapa kali makan di sini dengan klienku dan kami menyukai menu di sini, terutama Mango Moscato buatan mereka sendiri. Itu sangat, sangat enak." Nathan Ryuu sudah mendudukkan Reiko pada salah satu kursi.     

"Apa itu ... mango moscato? Mangga?" Reiko mengernyit bingung.     

"Ohh, itu bisa disebut mango wine." Nathan Ryuu membuka-buka buku menu.     

"Wine? Membuat mabuk?" Reiko masih trauma dengan yang namanya mabuk alkohol,     

"Aku bisa meminta mereka untuk memberimu yang low alcohol. Aku jamin kau akan baik-baik saja, sayank. Percayalah."     

"Um, baiklah."     

Reiko pun menyerahkan urusan menu ke Nathan Ryuu dan matanya mengedar ke sekeliling, memang sebuah restoran kelas atas dan perhatiannya tertuju pada sebuah memorial photo di bagian dinding utama.     

Ada foto sekumpulan orang memegang sesuatu bernama Michelin Book. Jadi, ini restoran level Michelin. Dan yang membuat dia kaget, "Bukankah itu ... Nyonya Andrea?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.