Inevitable Fate [Indonesia]

Menangis Teringat Orang Tua dan Berjanji



Menangis Teringat Orang Tua dan Berjanji

0I'm so thankful for the moments, so glad I got to know you     
0

The times that we had I'll keep like a photograph     

And hold you in my heart forever     

I'll always remember you     

- I'll Always Remember You by Miley Cyrus - OST. Hanah Montana -     

============     

Reiko memandang piringnya dengan perasaan berkecamuk menatap daging paling mahal di dunia tersaji untuknya dengan begitu mudah hanya karena dia memiliki kekasih seorang konglomerat.     

Terkadang, dunia memang begitu kejam. Hidup pun demikian. Tak ada yang namanya kesetaraan sosial di dunia ini. Orang saling berlomba untuk meraih puncak kesuksesan karena itu sebagai simbol nyata pencapaian mereka.     

Bahkan orang tak segan-segan menginjak orang lainnya hanya agar simbol kesuksesan itu bisa digapai dan mencoba terus dipertahankan dengan cara apapun walau itu misalkan menyakiti siapapun, orang terkadang tidak perduli.     

Dia dan orang tuanya begitu sederhana dalam hidup dan sampai harus berjuang jangan sampai sakit agar tidak perlu membuang uang untuk berobat ke dokter atau rumah sakit. Setiap hari makan sayur dan hanya memakan daging ketika di akhir pekan. Itupun terkadang jika ayah memiliki uang berlebih.     

Kadang Reiko merasa tidak adil jika orang kaya bisa berbuat semau mereka tanpa memikirkan yang di bawah-bawahnya.     

Namun, Reiko merasa dirinya beruntung karena kekasihnya bukanlah jenis orang kaya arogan seperti Meira. Jika nanti dia bisa menaikkan derajat hidupnya dan menjadi orang kaya, Reiko tidak akan bersikap arogan. Ini sebuah janji yang dia simpan di hati kecilnya.     

Maka dengan menebalkan tekad tersebut, Reiko pun mulai menusukkan garpunya ke daging wagyu beraroma wangi menyenangkan hidungnya itu. Meski tangannya bergetar, ia terus berusaha mendekatkan garpu berisi daging ke mulutnya.     

'Ibu, Ayah, dulu kita jarang makan daging. Kali ini, aku akan mewakili kalian semua memakan daging termahal ini. Ibu, Ayah, semoga kalian selalu berbahagia di semesta sana.' Usai mengucapkan itu di dalam hatinya, Reiko pun memasukkan daging tadi dan menahan air matanya.     

Orang tua terbaik yang pernah dia miliki dan takkan terulang lagi. Betapa beruntungnya dia memiliki kedua orang tua seperti mereka, yang mengasihi Reiko bagai tak pernah habis-habis. Apalagi mengingat senyum ibu ketika ayah menggoda ibu dan Reiko akan tertawa riang melihatnya.     

Hal itu takkan terulang lagi meski dia menangiskan darah dari mata dan jantungnya sekalipun. Sebuah kenangan yang takkan terlupakan. Terkadang dia iri pada orang lain yang masih memiliki orang tua dan bermanja dengan orang tua mereka, namun Reiko tak bisa lagi melakukan itu.     

Menundukkan kepala sambil mengunyah daging steak-nya, Reiko berjuang menahan air mata.     

Sayang sekali, Nathan Ryuu melihat itu dan bertanya. "Rei, kenapa? Rei? Sayank?"     

Gadis itu menggeleng dan setetes air mata lolos jatuh ke pangkuannya. Ini juga dilihat mata tajam Nathan Ryuu.     

Segera saja, lelaki itu berdiri dari kursi di seberang Reiko dan lekas menempatkan kursi di samping gadis itu. "Sayank, kenapa? Ada apa?" Ia merunduk untuk menatap wajah Reiko. "Ehh? Kenapa menangis?" Ia terkejut tak menyangka Reiko benar-benar menangis.     

"Aku ... aku ... hiks ... teringat orang tuaku. Hiks! Maaf, Ryuu. Sungguh, aku minta maaf sudah mengacaukan makan malam ini." Reiko terisak, tak lagi mampu bertahan dari luapan emosi sedih hatinya.     

Kemudian, secara terbata-bata, Reiko menceritakan mengenai ayah dan ibunya dan rasa rindu dia pada mereka, dan juga mengenai daging yang mengingatkan masa susah mereka dulunya.     

Mana mungkin Nathan Ryuu tidak trenyuh mendengarnya? Ia segera merengkuh bahu Reiko dan membiarkan gadis itu menumpahkan tangisnya sebentar di dadanya.     

Dalam hatinya, Nathan Ryuu berjanji akan sebaik mungkin menjaga dan melindungi Reiko, dan berusaha untuk menggantikan kedua orang tua Reiko dengan cara terus memberikan siraman kasih sayang pada gadis ini agar tidak lagi merasa sendiri dan kesepian di dunia ini.     

"Rei, kamu sudah memiliki aku. Kau sudah memiliki aku, biarkan aku meneruskan kasih sayang orang tuamu dan terus menyertaimu." Lelaki Onodera itu membisikkannya di telinga Reiko.     

Mendengar janji kekasihnya, Reiko menjadi lebih tenang dan membereskan air matanya dan meneruskan makan hingga steak itupun berhasil tandas dari piringnya. Namun, wajah Reiko masih tampak sedih.     

Untuk menyenangkan Reiko, Nathan Ryuu memesan sesuatu yang dia harapkan bisa menaikkan mood Reiko.     

Ketika makanan itu tiba, mata Reiko membelalak tak percaya. "Apa ini?" Ia benar-benar berbinar melihat apa yang disajikan di hadapannya. Semangkuk sup berwarna merah muda terang. Sungguh manis di mata!     

"Itu namanya Chlodnik. Cantik, bukan? Tadi aku sempat melihatnya di buku menu dan aku berpikir, kenapa tidak memesan itu saja untukmu ketika momen begini."     

"Chlo- apa tadi?"     

"Chlodnik, sayank. Itu adalah sup dingin dari buah bit. Itu dari negara Polandia. Rasanya menyegarkan, cobalah."     

Reiko memang kurang memiliki imun untuk segala yang berwarna merah muda. Dia pun kembali bersemangat dan menyendok sup itu ke mulutnya. "Humh! Ini benar-benar segar ketika cuaca sehangat ini! Sungguh menyenangkan di lidah!" Ia tersenyum gembira.     

Melihat itu, tentu saja hati Nathan Ryuu merasa lega dan bahagia. "Kalau kau tidak bermasalah dengan alkohol, aku bisa memesankan minuman berwarna merah muda untukmu, sayank."     

Mendengar kata alkohol, Reiko lekas menggeleng cepat. "Oh! Tidak usah, Ryuu! Tidak, terima kasih. Cukup ini saja dan mango moscato-nya ternyata enak sekali dan itu benar-benar low alcohol, kan?"     

"Iya, sayank, kau bisa tenang untuk itu."     

"Sungguh, Ryuu, aku tidak ingin pingsan lagi dan kacau pada esok harinya."     

"Kenapa risau, sayank? Aku bisa memintakan cuti lagi untukmu."     

"Tidak, Ryuu! Jangan ngawur! Aku ingin terus bekerja giat! Jangan halangi niatku itu, oke Tuan Muda?"     

Melihat tatapan tajam Reiko, Nathan Ryuu tertawa kecil. Gadisnya ini memang menyenangkan hati, tak hanya mata.     

Di mobil, Nathan Ryuu terus memeluk Reiko pada dadanya sembari keduanya saling diam dengan perasaan masing-masing. Sebuah kecupan diberikan Nathan Ryuu pada puncak kepala Reiko sambil dia berkata, "Menikahlah denganku, Rei, agar aku bisa lebih mudah menyayangi dan menjagamu."     

Reiko mendongak dan menautkan tatapan pada mata kekasihnya. Dia merasakan hatinya menghangat dengan nyaman, namun dia menggelengkan kepala. "Aku belum siap, Ryuu. Maaf. Aku butuh waktu untuk memikirkan banyak hal dulu sebelum sampai pada tahap itu. Gomen ne."     

"Baiklah, aku mengerti. Namun sekali lagi aku memohon padamu, Rei, selalulah memberitahu aku jika kau berada dalam kesulitan. Tolong, jangan sembunyikan masalah apapun yang kau hadapi dariku. Kalau kau merahasiakan itu, sama saja kau menyakiti hatiku karena artinya kau tidak memercayai aku, Rei." Lelaki Onodera berkata dengan suara penuh permohonan dikarenakan Reiko terkadang terlalu keras kepala ingin menangani semua sendirian saja.     

Kali ini, Reiko mengangguk. Ini cukup melegakan perasaan Nathan Ryuu. "Janji dulu." Ia menyodorkan kelingkingnya ke Reiko.     

"Ya ampun, Ryuu, kau ini seperti anak kecil saja." Reiko bangkit dari dalam pelukan kekasihnya dan tertawa kecil.     

"Biar. Kau bebas mengatakan aku seperti anak kecil, pokoknya kau harus berjanji dulu denganku seperti ini." Nathan Ryuu juga bisa keras kepala.     

"Hm, baiklah, baiklah," tutur Reiko sambil menautkan kelingking mereka berdua dan menyentuhkan ibu jari masing-masing pula sebagai arti bahwa perjanjian sudah disegel, tak boleh dirusak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.