Inevitable Fate [Indonesia]

Makan Mercon dan Mengunyah Rudal



Makan Mercon dan Mengunyah Rudal

0shigoto wa kichin to kyou mo konashita (hari ini juga kuselesaikan pekerjaanku dengan sangat baik)     
0

dareka ni homerarenakute mo (tanpa pujian orang lain sama sekali)     

- Jinsei wa STEP! by C-ute -     

=============     

Karena Reiko ingin persoalan Yuza dan Erina lekas selesai, dia tak sabar menyeret Yuza ke arah ruang loker wanita. Bagaimana pun juga, dia sudah menganggap keduanya sebagai teman, tak hanya sekedar rekan kerja saja.     

"Tunggu di sini, yah!" pinta Reiko pada Yuza agar berdiri di depan pintu ruang loker wanita, karena pria dilarang masuk ke ruangan khusus karyawan wanita tersebut.     

Yuza pun menunggu Reiko dan dia mendengus. Sebenarnya dia malas berbaikan dengan Erina, apalagi harus meminta maaf pada gadis itu. Menurut Shingo, Erina menyukai Yuza, tapi Yuza tak percaya, karena Erina ramah pada siapapun dan bisa berlagak manja pada siapapun juga, entah itu lelaki atau perempuan.     

Lagipula, misalkan Erina menyukai dia pun, Yuza tidak berminat dengan tipe perempuan yang terlalu bersemangat seperti Erina. Sebagai lelaki yang juga penuh semangat seperti dia, Yuza justru lebih terpikat dengan perempuan yang tenang, seperti Reiko misalnya.     

"Nah, ayo Erina-san!" Reiko sudah membawa keluar Erina untuk dipertemukan dengan Yuza. "Kalian, aku tidak ingin kalian bertengkar, apalagi itu karena aku, maka dari itu, aku minta kesediaan kalian untuk saling memaafkan, yah! Kumohon ...." bujuk Reiko sambil menatap Erina dan Yuza bergantian.     

"Hghh, iya, iya, baiklah." Yuza mengalah, apalagi ketika Reiko sudah membujuk seperti itu. Dia mengulurkan tangan kanannya ke Erina dan berkata, "Erina-chan, maaf kemarin sudah memarahimu sepanjang hari."     

Reiko terkejut. Sepanjang hari? Duh, lelaki ini!     

Erina tertunduk dan menerima uluran tangan Yuza sambil berkata lirih, "Iya, aku juga minta maaf pada Yu-kun dan juga Reirei. Aku ... aku benar-benar tidak tahu kau tak punya batas toleransi tinggi terhadap alkohol, Reirei ...." Erina menampilkan wajah memelasnya.     

Kalau sudah begitu, mana bisa Reiko tidak bersimpati? "Iya, iya, aku mengerti. Aku tidak menyalahkan siapapun, kok! Oke, kalau begitu ... ini sudah selesai, yah! Kita teman lagi, oke?" Ia pandang keduanya bergantian lagi.     

"Ya." Yuza mengangguk, demi Reiko.     

"Umh!" Erina mengangguk tegas sambil mengulum senyum lebarnya.     

"Baiklah, kalian bebas mengobrol, aku akan ganti baju dulu, yah! Sudah hampir bel kerja!" Lalu Reiko pun masuk ke ruang loker dan lekas mengganti baju dengan seragam. Dia hanya melepas jaket dan blus atasannya saja untuk menggantinya dengan kaos hitam Magnifico dan tak lupa celemek hitam pula.     

Setelah menempatkan semua barang-barangnya di loker dan menguncinya, Reiko segera membasuh tangannya sampai bersih dan memakai sarung tangan, masker dan topi pelindung rambut sebelum akhirnya dia keluar.     

Sekeluarnya Reiko dari ruangan itu, dari balik lemari kayu, muncul Azuka dan Yukio. Wajah Azuka masih muram dan berkata, "Bagaimana bisa dia yang kemarin berpakaian murahan tiba-tiba sekarang memakai baju mahal?"     

"Hm, apakah mungkin dia mendapat warisan?" Yukio mencoba berpikir realistis.     

"Warisan, kepalamu!" umpat Azuka. Tanpa memerdulikan kekesalan Yukio, dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia ... menjadi simpanan lelaki tua yang kaya?"     

"Heh?" Yukio terperanjat akan dugaan sahabatnya.     

"Ya, kan? Wajar saja kalau aku mengira seperti itu, kan? Apa kau lupa, dia itu yatim piatu dan berasal dari kota kecil di Kanagawa." Azuka terus memaparkan pemikirannya.     

"Hei, dobe, jangan sampai salah tuduh atau repot kau nantinya."     

"Teme! Aku salah tuduh apa, coba!" Azuka tak mau kalah. "Memangnya kau lupa cerita Yu-cchi bahwa Reiko pernah bekerja bersama Yu-cchi di lapak takoyaki di pasar, heh!"     

"Ahh, itu yah ... hm, jangan-jangan dugaanmu itu benar, dobe."     

"Teme, akan aku buktikan kalau aku benar. Lihat saja!"     

.     

.     

Siang itu, Reiko bekerja segiat mungkin untuk membayar cuti kemarin. Dia merasa tak enak pada grupnya dan berusaha melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.     

"Biar aku saja, Rukia-san!" Reiko mengambil alih mesin pengaduk bahan.     

"Ehh? Tak apa?" Rukia heran dan terpaksa meninggalkan mesin itu di bawah pengawasan Reiko.     

"Ijinkan aku, Enma-san!"     

"Eh? Kenapa?" Enma terkejut ketika Reiko mengambil alih tugas memecah telur yang sedang dia garap. Tapi Reiko bersikeras dan Enma pun mengalah.     

Satu jam berikutnya, Ino mengernyitkan kening sambil bertanya ke Reiko, "Hm? Reiko, bukannya ini bukan tugasmu? Kenapa kau di sini?" Ia menatap Reiko yang ikut menguleni adonan. Padahal Seharusnya Reiko membuat selai buah.     

"Ohh, aku sudah merampungkan selainya, Ino-san. Jadi, daripada tak mengerjakan apa-apa, lebih baik membantu di sini, he he ...." Reiko memberi alasan.     

"Ya ampun, selainya sudah rampung?" Ino terkejut dan diangguki kepala oleh anggota lainnya. "Astaga, Reiko, makan apa kau pagi ini?"     

"Sepertinya Reiko-san sarapan mercon! Makanya dia berapi-api penuh semangat! Hi hi hi!" Enma terkikik dan yang lainnya mengangguk sambil tertawa.     

Lalu, tak berapa lama kemudian, "Biar aku saja, Tokiya-san!"     

"Heh? Hah?" Tokiya bingung ketika Reiko menyambar plastik sampah yang hendak dia buang ke luar.     

Reiko mengangguk. "Iya, biar aku saja yang membawa ini keluar. Tokiya-san bisa makan siang terlebih dahulu."     

"Heh? Kau yakin?" Tokiya sedikit heran dan tak berdaya ketika Reiko sudah menenteng 2 plastik besar berisi sampah dan berjalan keluar ruangan. "Hghh ... bocah itu kenapa sih hari ini? Sepertinya dia tak hanya makan mercon tapi juga mengunyah rudal!"     

.     

.     

Selesai bekerja di jam 5 lebih sedikit, membuat grup Reiko menghela napas lega karena bisa menyelesaikan lebih dini.     

Ia pun mengambil tas usai mengganti kaos seragamnya dengan baju pribadinya dan keluar dari ruang loker.     

"Reiko-chan, ayo makan bersama dengan kami." Kali ini Ino yang mengajak. Ternyata, anggota grup dia merencanakan untuk mereka makan malam bersama.     

"Ehh? Makan bersama?" Reiko agak terkejut dengan ajakan ketua grupnya, dan sedikit khawatir jika kejadian kemarin terulang kembali.     

"Ya, makan malam ini adalah acara sebagai grup karena kita telah bekerja keras dengan baik beberapa hari ini. Kau mau?" Ino masih secara sopan menawarkan ajakan tersebut tanpa ingin memaksa Reiko.     

"Um, tunggu sebentar, aku harus ke kamar mandi." Seperti biasa, Reiko beralasan demikian untuk bisa menghubungi Nathan Ryuu. Nama mungkin dia membuka fakta kalau dia memiliki pacar, apalagi bernama Onodera Ryuzaki. Dia tidak ingin teman-temannya pingsan!     

Tak berapa lama, Reiko keluar dari kamar mandi dan mengangguk. "Ta-tapi, Ino-san, aku tak pandai minum alkohol, tolong jangan paksa aku untuk hal itu, yah!" Ia sedikit takut saat mengucapkan itu.     

"Ohh, ha ha ha, tidak masalah. Enma pun tak bisa minum alkohol. Yah, bukannya tak bisa tapi tak boleh, atau dunia akan kacau! Ha ha ha ha!" Ino tertawa.     

Enma segera saja mencubiti pinggang Ino sambil berkata, "Terus saja kau meledekku, yah! Awas nanti aku masukkan kecoak ke birmu!"     

Maka, petang itu, Reiko berjalan bersama grupnya ke sebuah warung izakaya yang berbeda dengan yang pernah didatangi dengan Erina. Warung kali ini lebih bersih dan menyenangkan. Reiko juga bisa memesan jus buah saja ketimbang bir atau sake.     

Tanpa diketahuinya, seperti biasa, ada lelaki misterius yang akan ikut masuk ke warung itu sambil mengawasi Reiko.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.