Inevitable Fate [Indonesia]

Pedang Eksekusi Sudah Dijatuhkan



Pedang Eksekusi Sudah Dijatuhkan

0I'm hanging like a bat today     
0

Crucified by the sign     

Every little move I make, it's punishment time now     

- Punishment Time by Korn -     

==========     

Seperti sebelumnya, Reiko selalu diawasi dan dilindungi secara senyap oleh kekasihnya, Nathan Ryuu, dengan berbagai cara, yang bahkan takkan diduga gadis itu sendiri.     

Semua itu dilakukan Nathan Ryuu bukan dengan maksud dia tidak memercayai kekasihnya, namun lebih kepada tidak ingin Reiko mengalami hal-hal buruk. Dia tidak ingin kejadian seperti dulu, dari upaya pemerkosaan oleh Tomoda maupun penusukan oleh Bu Sayuki terjadi lagi.     

Dia ingin memberikan Reiko kenyamanan dan keamanan di hidupnya. Terlebih karena Reiko telah menceritakan sekelumit kisah hidup dia saat masih ada orang tuanya. Itu membuat tekad Nathan Ryuu semakin tebal untuk membahagiakan gadis itu.     

Di saat Reiko sedang menikmati makan malamnya dengan rekan satu grupnya, ada hal lain terjadi di Jepang.     

Yaitu, jatuhnya seorang bankir bernama Takagi. Selain dia didakwa atas kasus korupsi terhadap perusahaan perbankan tempat dia bernaung, dia juga dikenai pasal penggelapan pajak. Ini bagai jatuh tetimpa tangga dan tercebur ke got. Tak ada yang tersisa.     

Hanya dalam waktu sekejap saja, semua tuduhan diarahkan padanya, mengakibatkan bankir Takagi mengalami pailit. Harta disita dan rekening dibekukan, seakan semua pintu tertutup untuk dia dan keluarganya.     

Hanya dalam waktu setengah hari, kerajaan kecil yang dibangun Tuan Takagi runtuh seketika bagai dihantam tsunami.     

"Papa! Papa! Kenapa begini?" Meira tercengang ketika mendengar berita mengenai ayahnya. Dia yang sedang berada di klub malam untuk melepaskan stres pun lekas ke rumah dan hanya bisa melongo menyaksikan petugas berwenang sedang menyita barang-barang berharga di rumahnya.     

Sementara itu, Tuan Takagi hanya bisa diam menundukkan kepalanya karena sangat malu akibat aib yang terbongkar. Untuk menjawab putrinya saja dia tak punya tenaga dan niat.     

Setelah itu, Tuan Takagi segera dibawa petugas untuk diperiksa lebih lanjut.     

Pandangan Meira nyaris gelap saat melihat nasib keluarganya terbalik begitu saja. Sama sekali tak mengira ini akan terjadi padanya. Lututnya lemas hingga dia merosot ke lantai.     

Pemuda yang biasa menemaninya segera memegangi Meira.     

"A-aku ... barang-barangku!" Meira segera berlari naik ke lantai atas untuk mengambil barang-barang pribadinya, dan mungkin menyelamatkan tabungannya pula. Dia tak tahu bahwa rekening dia juga dibekukan.     

Namun, karena dia tak bisa memilih mana yang harus dibawa, dia hanya bisa menyerah dengan memenuhi 4 koper besar miliknya dan 5 koper kecil. Melihat itu, pemuda yang bersamanya menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata, "Mei, kenapa membawa sebanyak itu?"     

"Ini semua penting! Ini kesayanganku!" Meira memeluk koper-kopernya seolah tak ingin berpisah dari mereka. Sebagian besar isinya adalah baju-baju merek ternama yang sering dia banggakan di media sosialnya, dan juga banyak perhiasan mahal yang dia miliki sejak kecil.     

Karena dia tidak mempunyai ibu semenjak balita, dia terbiasa mendapatkan seluruh perhatian di rumah besarnya, dari ayahnya dan juga dari para pelayan. Inilah kesalahan mereka sehingga membentuk pribadi manja Meira dan mempertajam kesombongannya hanya karena ayahnya bankir sukses.     

Saat ini, para pelayan secara otomatis keluar dari rumah itu dan pamit pada Meira. Petugas polisi pun berbaik hati menunggu Meira selesai berkemas. Namun, karena terlalu lama, mereka terpaksa mengingatkan Meira untuk segera keluar dari rumah yang sudah disita negara.     

Bank tempat Tuan Takagi bekerja adalah bank negara, maka dari itu, korupsi di sana sama artinya dengan mengambil uang rakyat. Mana mungkin aset yang dimiliki dia akan baik-baik saja?     

Di pihak Meira, gadis itu bingung, dia hendak ke mana setelah ini? Ayahnya ditahan polisi dan tak ada ibu untuk tempat dia bernaung ketika situasi buruk begini terjadi. Pelayan pun sudah pamit pulang semua, meninggalkan dia sendirian saja.     

Sebagai tuan putri yang biasa dimanja, mana bisa dia menerima kondisi seperti ini? Dia ... dia sedang dimiskinkan. Tak tahan dengan nasibnya kini, Meira terduduk di lantai dan menangis keras.     

Pemuda di sebelahnya segera menghibur dengan berbagai kata-kata. Namun Meira tidak menggubris dan tetap menangis.     

Namun, sesaat berikutnya, Meira menghapus air matanya dan menyala dengan seruan, "Ini pasti gara-gara perempuan itu!"     

"Hah?" Pemuda di sampingnya bingung. "Perempuan mana? Siapa, Mei-chan?"     

"Perempuan keparat yang di butik! Pelacurnya Onodera Ryuzaki! Ini pasti ulah dia! Ini pasti dia! Aku yakin dia sudah merengek ke Tuan Muda Onodera untuk membalasku dengan cara begini!" Meira pun berteriak-teriak sampai harus ditenangkan oleh para polisi yang masih berjaga di sana. "Perempuan keparat! Dia membuat hidupku sial! Aku bunuh dia kalau aku bertemu! Pelacur keparat!"     

Kini, Meira kehilangan segala kebanggaannya. Dia diubah menjadi gembel dalam waktu satu hari oleh Nathan Ryuu. Dengan ini, Meira dan pemuda itu memiliki satu pemikiran: tak boleh meremehkan Onodera Ryuzaki dan kekuasaannya.     

"Pelacur keparaaattt!!!" Meira meneriakkan sekali lagi makiannya sebelum dia digiring keluar secara paksa oleh petugas polisi.     

Di tempat lain, Reiko terbatuk karena tersedak jus yang diminum. "Uhuk! Uhuk!"     

"Reiko-san, kau baik-baik saja?" tanya Rukia sambil menepuk lembut punggung Reiko.     

"Uhuk! Ehem! Aku ... aku baik-baik saja, terima kasih, Rukia-san." Wajah Reiko memerah akibat batuk tadi.     

"Ini, minum air mineral dulu." Enma menyodorkan botol air mineral yang masih tersegel. Ino meraihnya dan membuka segel itu sebelum diberikan ke Reiko.     

Reiko menerima botol tersebut dengan rasa terima kasih. Dia begitu beruntung memiliki rekan grup sebaik mereka.     

"Ayo! Ayo! Kita pesan daging lagi, yah!" Tokiya segera memanggil pelayan untuk memesan daging dan beberapa penganan kecil lainnya.     

"Wah, Tokiya-san tumben begitu baik hari ini!" goda Enma.     

"Benar! Sepertinya kepelitan Tokiya-san sedang jalan-jalan keluar, hi hi hi!" Rukia menambahkan.     

"Hee ... kalian berani mengejekku? Awas saja besok aku tak mau membuang sampah!" Tokiya berlagak mengancam.     

Namun, gadis-gadis itu malah terkikik geli karena mereka paham Tokiya bukan lelaki seperti itu.     

.     

.     

Di bagian kota Tokyo lainnya, ada pria paruh baya yang berjalan lesu. Kemarin usai Onodera Ryuzaki keluar dari butik tempat dia bekerja, pemilik butik langsung mengetahui insiden tersebut dan dia dipecat di tempat dan bahkan tidak mendapatkan pesangon karena sudah membahayakan bisnis sang pemilik butik.     

Menyinggung Onodera Ryuzaki? Apakah orang itu sudah terlalu bosan pada hidupnya sendiri?     

Orang itu adalah mantan manajer Nakamura yang kini sedang berusaha menghubungi koneksi-koneksinya untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, seakan dia membawa virus mematikan hingga tak ada koneksinya yang bersedia membantu, apalagi bertemu. "Aku tamat ... aku tamat!" Dan dia melihat lampu sebuah konbini kecil masih menyala. Semoga ada makanan murah yang sesuai dengan uang di dompetnya saat ini.     

.     

.     

Reiko selesai melaksanakan acara makan malam dengan rekan grupnya dan mereka pun mengantarkan gadis itu hingga ke perhentian bus untuk memastikan Reiko aman sampai ke apato-nya.     

Setelah tiba di rumah, Reiko langsung mendapatkan telepon dari Nathan Ryuu.     

"Apakah kau sudah di apato?"     

"Sudah, Ryuu. Ini baru saja aku menginjak ruang depan dan kau menelepon."     

"Apa kau kesepian? Aku sangat bersedia menemanimu lagi, kok!"     

"Tidak, terima kasih." Lalu Reiko tertawa kecil saat mendengar nada keluhan dari kekasihnya. "Maaf, yah! Lain kali saja."     

"Baiklah, lekas tidur dan jangan lupa kunci semua pintu dan jendela."     

"Iya. Terima kasih, Ryuu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.