Inevitable Fate [Indonesia]

Tak Tertahankan Lagi [19+]



Tak Tertahankan Lagi [19+]

0Toki ni wa kandari shite itami wo oboesasete (Sesekali gigitlah aku, aku ingin mengingat rasa sakit itu)     
0

Afureru ekitai de yogoshite yo zenbu (Nodailah aku dengan segala cairan yang meluap itu)     

Ashi no saki kara zutto hawaseta sono shinkei wa mou (Sensasi yang mengalir dari kepala hingga ujung kaki ini)     

Kanshoku ni oboreru karada kokoro wo tsurete (Membuatku tenggelam dalam rasa itu, merenggut hatiku)     

- Ifuudoudou by Vocaloid -     

============     

Saat ini, Reiko terus diseret dua lelaki menuju pintu keluar tempat itu dalam kondisi setengah sadar dan tubuh yang memanas aneh.     

"Aku benar-benar akan kenyang malam ini, wi hi hi hi!" Lelaki satu terkikik sambil menatap dengan tatapan mesum ke Reiko yang sudah diambang pingsan.     

"Rasanya aku butuh obat kuat sebelum menggarap dia." Lelaki dua menimpali dengan sikap sama mesumnya seperti rekannya.     

"Menggarap siapa, maksudmu?" Seorang pria jangkung menghadang mereka sebelum mereka mencapai pintu keluar. Mata pria itu menyala bagaikan naga hendak melahap mangsanya.     

"Siapa kau? Minggir!" Lelaki satu membentak pria jangkung tersebut.     

Lelaki dua lebih dulu memberikan reaksi dan maju untuk memukulkan tinjunya ke pria jangkung tersebut.     

Dengan memutar tubuh ke samping, pria jangkung itu berhasil mengelak tinju lelaki dua dengan mudah dan malah dia bisa menyarangkan tinjunya sendiri ke pipi lelaki dua. Lalu, pria itu berseru, "Masuk!"     

Dan detik berikutnya, ada sekumpulan lelaki memakai jas serba hitam masuk ke karaoke dan mengelilingi dua lelaki yang menatap bingung. Hanya dari situ saja sudah bisa dipastikan para lelaki berjas serba hitam itu merupakan anak buah dari pria jangkung tadi.     

"Berikan gadis itu padaku." Pria jangkung berkata dengan suara dalam sembari dia menatap Reiko yang masih dipegangi lelaki satu. "Aku hitung sampai tiga-"     

"Ini! Ini! Ambil saja dia!" Lelaki satu lekas menyerahkan Reiko pada pria jangkung itu daripada dia malah celaka hanya karena kepuasan sesaat. Lelaki dua meski tak rela rekannya memberikan Reiko ke pria asing itu, tapi dia juga tak memiliki nyali untuk mempertahankan Reiko.     

Setelah Reiko beralih ke pelukan pria jangkung tersebut, pria itu memberi titah ke anak buahnya. "Perlakukan mereka ... sebaik mungkin!"     

Anak buahnya paham dan mengangguk. "Baik, Tuan!" Dan mereka segera menyeret keluar dua lelaki mesum itu tanpa menghiraukan teriakan minta ampun mereka.     

Lalu, segera saja pria jangkung itu melepas mantel panjangnya untuk diselimutkan ke kepala Reiko sesaat sebelum mereka melangkah keluar dari tempat itu. Dia tidak ingin pengunjung lain atau orang di luar melihat Reiko yang sedang mabuk karena obat. Dia ingin melindungi privasi dan harga diri gadis itu.     

Tadi ketika dia diberi laporan anak buahnya mengenai Reiko dibawa tiga perempuan dari Magnifico, dan itu ke sebuah karaoke, dia segera menyuruh sopir untuk memacu mobil ke tempat tersebut. Dan anak buahnya yang sudah tiba di sana lebih dahulu memberitahu kalau sepertinya Reiko dicekoki obat dan ada 2 lelaki mencurigakan yang masuk ke ruangan tempat Reiko dan trio jahat itu berada.     

Pria jangkung itu meradang ingin mendobrak ke ruangan itu, namun tak disangka-sangka, dia malah bertemu lebih dulu dengan Reiko yang dibawa dua lelaki begitu dia masuk ke gedung karaoke.     

Sebelum itu, dia sudah menyuruh beberapa anak buahnya untuk menjaga pintu masuk, melarang pengunjung masuk jika nantinya dia harus mengobrak-abrik tempat itu. Ternyata, dia langsung dengan cepat bertemu Reiko.     

Kini, dia sudah memasukkan Reiko ke mobilnya, mengambil kembali mantel dari kepala Reiko.     

Reiko menyadari dirinya memasuki sebuah mobil dan dia mendongakkan pandangan dan cukup terkejut, "R-Ryuu?"     

Ya, pria jangkung itu tentu saja adalah Nathan Ryuu.     

"Siapa lagi yang kau harapkan saat ini jika bukan diriku, sayank?" Pria Onodera itu tersenyum sambil mencubit ringan dagu Reiko.     

Namun, siapa sangka Reiko melonjak dengan wajah tak karuan. "R-Ryuu ... panas ... ini ... aaghh ... aneh ...."     

Dari itulah Nathan Ryuu semakin yakin bahwa Reiko tak hanya dicekoki sembarang obat namun ini adalah obat perangsang. Huh! Rasanya dia ingin mencincang dua lelaki itu! Tapi, yang harus paling disalahkan bukan kedua lelaki mesum itu, melainkan dalang utama pembuat rencana ini!     

"Rei, Rei, kuatkan dirimu! Kita pulang, yah!" Lalu, Nathan Ryuu memerintahkan sopir melajukan mobil ke apato Reiko.     

"Ryuu!" Reiko menubruk pria di sebelahnya. Tubuhnya terasa sangat aneh, seakan semua saraf yang dia miliki sedang menjerit dan butuh pelepasan yang dia sendiri tak tahu apa dan bagaimana caranya. Ia hanya bisa menggosok-gosokkan kakinya sendiri sambil menahan rasa geli aneh di bagian bawah dirinya.     

"Rei, bertahan sayank. Cobalah untuk bertahan, oke? Kita hampir sampai." Nathan Ryuu mengelus pipi kekasihnya.     

Sentuhan ringan itu memiliki efek bagai sengatan bagi Reiko. Gadis itu segera naik ke pangkuan Nathan Ryuu dan menciumi bibir lelaki Onodera itu tanpa dia bisa menghentikannya. Setidaknya, dia merasa lebih baik ketika melakukan itu, terlebih dia bisa menggosok-gosokkan selangkangannya yang terasa aneh pada pangkuan kekasihnya.     

"Ernnghh ... sayank, kau ... mmcchh ... Rei, jangan mengujiku, sayank." Nathan Ryuu berusaha menolak Reiko, menghindari ciuman agresif kekasihnya. Bukannya dia tidak menyukai tindakan kekasihnya ini, namun dia tak mau begini dengan Reiko di bawah pengaruh obat.     

Ini ... terasa palsu, bukan?     

Tapi, Reiko tak mau berhenti dan terus mengerang sambil makin giat menggoyangkan pinggulnya ke Nathan Ryuu dan dihentikan ketika tiba di apato.     

Lagi-lagi, Nathan Ryuu harus mengerudungkan mantel panjang dia ke kepala Reiko sambil mencari lift yang sepi untuk membawa naik gadis yang terus mendesah di pelukannya.     

Karena memiliki kunci unit, sama seperti Reiko, tuan muda Onodera bisa membuka unit tersebut dan keduanya lekas masuk sebelum ada orang yang heran mendengar suara aneh Reiko.     

Setibanya di dalam apato, segera saja Nathan Ryuu menggendong Reiko agar lebih cepat membawa gadis itu ke kamar mandi. Semoga saja mandi air dingin bisa lekas menghilangkan efek dari obat perangsang di tubuh kekasihnya.     

Namun, belum sampai di kamar, gadis itu berontak keras hingga lepas dari gendongan Nathan Ryuu dan nyaris jatuh andaikan tidak segera ditangkap sang lelaki.     

"Rei!" Nathan Ryuu hendak membangunkan Reiko yang luruh ke lantai.     

"Ryuu, tolong ... ini ... ini rasanya tak tertahankan. Tolong aku ...." Reiko menangis namun gadis itu menerjang Nathan Ryuu dan mulai mencumbui bibir lelaki itu.     

Semakin dalam dia mencium Nathan Ryuu, semakin tubuhnya terasa aneh namun nyaman. Dan hawa panas dari dalam dirinya masih terus bergejolak, membuat Reiko tak sabar mengurai mantel wolnya sebelum melempar mantel itu ke sembarang arah, dan berlanjut dengan membuka kaos tipisnya.     

"Rei, sayank, jangan begini. Stop, Rei!" bujuk Nathan Ryuu sambil berusaha mencegah kekasihnya menelanjangi dirinya sendiri.     

Namun, sepertinya Reiko terlalu dikuasai efek dari obat itu dan ia makin giat melucuti bajunya sendiri, hingga akhirnya tak ada yang tersisa dari dirinya. "Ryuu ... tolong ... panas ... tolong ...." Ia merengek penuh memohon sambil memeluk dan mengusap-usap dada Nathan Ryuu.     

Bagaimana ini? Nathan Ryuu berada dalam jurang dilema. Haruskah dia secara tuntas 'membantu' Reiko?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.