Inevitable Fate [Indonesia]

Menduga Seseorang



Menduga Seseorang

0Say yes .. jom deo kkeureodanggyeo nae mami heundeullige (Bilang iya .. Tarik aku lebih dekat sehingga hatiku bergoncang)     
0

Say yes .. aniramyeon nega naegero heundeullimyeon dwae (Bilang iya .. Jika tidak, kau bisa bergoyang denganku)     

- Say Yes by Jeong Sewoon -     

============     

Gadis itu terpana membeku di tempatnya duduk saat ini. Mereka ... mereka sudah melakukan seks? Seks? Sesuatu yang ingin dihadapi Reiko ketika mereka sudah menikah saja? Dan ... itu telah terjadi tadi malam?     

Apa yang terjadi?!     

"Kau tak percaya, Rei. Kau bisa lihat seprei di bawahmu."     

Mata Rei secara patuh menuju ke seprei di bagian bawah. Ia nyaris pingsan melihat bercak darah di sana. Dan itu ... cukup banyak.     

Saking terkejutnya melihat darah miliknya yang dia paham itu darah apa, Reiko sampai terjatuh ke lantai.     

"Rei!" Nathan Ryuu lekas memburu Rei dan menolong gadis itu naik ke tepi ranjang. "Kau tak apa-apa? Jangan sembarangan bergerak dulu, oke?"     

Reiko syok, dia mulai terisak menangis. Apakah dia harus menyalahkan Nathan Ryuu? Apa dia harus mengutuk kekasihnya yang telah menodai dia sebelum adanya ikatan pernikahan antara mereka? Perlukah dia memukul lelaki yang sedang memeluknya ini? Dan hei, kau sedang telanjang, tuan!     

"Rei, sayank, apakah kau tak ingat apapun yang terjadi tadi malam?" tanya Nathan Ryuu sedikit panik melihat Reiko menangis. Dia membawa kepala kekasihnya ke dada telanjangnya sambil mengelus kepala gadis itu.     

Menggeleng lemah, Reiko bertanya, "Aku tak tahu apapun dan hanya ingat aku ada di tempat karaoke untuk acara ulang tahun Erina-san. Lalu ... aku merasa pusing dan Erina menawarkan aku ke rumah sakit, tapi aku menolak dan memilih mengistirahatkan kepalaku sebentar di sofa ruang karaoke." Ia secara runut menceritakan yang mampu diingat.     

"Hm, lalu? Setelah itu, kau tidak teringat apapun?"     

Reiko menggeleng sambil masih terisak. Kehilangan keperawanan tanpa dia sadari merupakan hal buruk baginya. Tanda dia tidak becus menjaga dan mempertahankan sesuatu sangat berharga itu.     

"Bahkan kau tidak ingat kau sudah dibawa keluar ruangan oleh dua lelaki?"     

Reiko segera menghentikan tangisnya dan mendongak mempertemukan tatapannya dengan mata Nathan Ryuu. "Dua ... lelaki?"     

Nathan Ryuu mengangguk. "Ya, mereka hendak membawamu. Jika aku tidak di sana, mungkin pagi ini kau terbangun di tempat asing yang entah apa ... bersama dua lelaki itu."     

Terkesiap mendengar penjelasan dari Nathan Ryuu, mana mungkin Reiko tak paham apa maknanya. Dia ... dia nyaris menjadi korban perkosaan oleh lelaki tak dikenal! Apalagi dua orang! Bukankah itu artinya ... Nathan Ryuu sudah menyelamatkan dirinya?     

Melongo atas penjelasan Nathan Ryuu, Reiko menggeleng lemah, tak ingin mempercayai begitu saja cerita Nathan Ryuu. Dia saat ini sedang mimpi atau apa?     

"Rei-ku sayank, Rei-ku malang, kau benar-benar tidak ingat ada seseorang yang mencekokimu obat perangsang, hm?" Nathan Ryuu mengelus lembut pipi kekasihnya yang masih syok.     

"Obat ... perangsang?" Ini menambah kejutan lain bagi Reiko. Kenapa bisa ada obat perangsang dalam kejadian ini? Siapa? Siapa yang melakukannya?     

"Jadi ... aku diracuni? Sakit kepalaku, jangan-jangan itu ...."     

"Benar, sayank. Kau sengaja diracuni menggunakan obat laknat. Untung aku datang tepat waktu, atau ... hghh ... entah apa yang akan menimpamu andai aku tidak lekas menyusulmu." Nathan Ryuu tersenyum pahit. Dia hanya bisa bersyukur bahwa dia memiliki kekuasaan dan sumber daya melimpah untuk bisa melindungi siapa saja yang dia sayangi.     

Reiko benar-benar tercengang sampai mulutnya terlupa menutup. Saat tersadar dan mengatupkan mulut, Reiko memalingkan tatapan ke arah lain. "Berarti, ada yang tidak menyukaiku."     

"Pastinya, sayank. Dan ... apakah kau memiliki pemikiran mengenai siapapun yang bisa dikaitkan dengan itu?"     

Reiko terdiam dan merenung sejenak, berpikir dalam-dalam. Semalam dia hanya pergi dengan Erina, Yukio dan Azuka saja. Jika boleh menduga, Reiko mungkin akan menjatuhkan dugaan kepada Azuka karena sepertinya gadis 20 tahun itu sudah beberapa hari ini menatap dia dengan pandangan sengit. Serupa dengan cara bicara dia pada Reiko pula.     

Jadi ... Azuka adalah pelakunya? Meski menduga seperti itu, Reiko masih juga terkejut. Kenapa Azuka tega melakukan itu padanya? Kenapa? Apa yang sudah dia lakukan pada Azuka sampai-sampai gadis itu membenci dan mencelakai dirinya?     

Reiko membayangkan andai malam tadi Nathan Ryuu tidak menyusulnya, bukankah dunianya akan runtuh dengan parah ketika dia terbangun di tempat asing dengan orang asing pula seperti yang kekasihnya katakan?     

Bergidik membayangkan hal itu, Reiko menoleh ke Nathan Ryuu penuh rasa terima kasih dan syukur karena dia memiliki pria itu sebagai kekasih. Rupanya, ucapan Nathan Ryuu ingin melindungi dan menjaga dia ... itu bukan sekedar omong kosong belaka. Pria itu menepati dengan baik.     

Namun, selesai bersyukur, muncul tanda tanya besar di benak Reiko. "Ryuu, bagaimana kau bisa mengetahui aku ada di tempat karaoke itu?"     

Nyaris tersedak oleh salivanya sendiri karena pertanyaan kekasihnya, Nathan Ryuu terkekeh sejenak dan diam beberapa detik sebelum berkata, "Kan sudah aku katakan kalau aku ini malaikat pelindungmu, penjaga terbaikmu. Apa kau lupa?"     

Reiko ingat lelaki itu pernah berseloroh demikian, dulu ketika dia nyaris diperkosa Tomoda. Tapi, itu bukan jawaban yang benar! "Ryuu, kumohon ...."     

"Hm, baiklah, baiklah, sepertinya memang harus diungkap." Kemudian, pria Onodera itu secara jujur berkata bahwa dia selalu memerintahkan salah satu anak buahnya untuk terus mengikuti Reiko saban gadis itu berada di luar apato.     

Reiko terpana. Jadi ... itu alasannya kenapa Nathan Ryuu selalu saja tepat waktu menolong setiap dia memiliki masalah berat. "Tunggu! Apakah kau ... melakukan itu ... sejak lama, maksudku ... sejak kita belum berpacaran?"     

"He he, iya." Mau tak mau, Nathan Ryuu mengakui hal ini pula. "Jangan salah sangka atau marah dulu, sayank. Ini karena aku terlalu mencemaskan dirimu. Aku tak bisa diam saja melihat kau disakiti siapapun."     

Ya, Reiko memang nyaris marah. Betapa selama ini dia telah dikuntit oleh Nathan Ryuu. Benar kan jika Reiko menuduh pria Onodera satu ini sudah melakukan pelanggaran privasi terhadapnya dengan berlagak menjadi penguntit! Dia bahkan bisa melaporkan Nathan Ryuu atas tindakan itu.     

Tapi ... aksi penguntitan itu ... banyak membantu Reiko lolos dari bahaya. Bagaimana dia bisa marah kalau begitu?     

Menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan, Reiko hanya bisa menerima nasib saat ini. Mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi. Itu telah hilang darinya dan tak mungkin kembali, kan? Setidaknya, Reiko masih harus bersyukur bahwa keperawanannya hilang oleh kekasihnya sendiri, dan itupun tentunya karena Nathan Ryuu tak memiliki pilihan lain, kan?     

"Aku semalam sudah mencoba menolakmu, sayank." Nathan Ryuu seolah paham apa yang tengah menjadi kemelut di benak Reiko. "Bahkan kau terus menyerangku sampai aku cukup kewalahan."     

"Ja-jangan diceritakan!" Reiko menggeleng tanpa membuka tangan di wajahnya. Dia terlalu malu mendengar detil kelakuannya yang pasti sangat memalukan.     

"Baiklah, baiklah ...." Nathan Ryuu meraih kepala Reiko untuk mengecupnya. "Maaf, yah! Semalam, aku terlalu terbawa suasana dan ... agak kelepasan kendali."     

'Agak'? Membuat tubuhku remuk begini kau bilang 'agak'? Reiko ingin mengetuk kepala Nathan Ryuu menggunakan palu Thor. Tapi, dia malah mendesah. Dia hanya bisa mengira-ngira seperti apa membaranya mereka tadi malam, dan mungkin saja kekasihnya terlalu bersemangat sampai melakukannya berulang kali. Ya, itu bisa menjelaskan kenapa dia senyeri ini di sekujur tubuh.     

"Rei ... kita menikah saja hari ini, yah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.