Inevitable Fate [Indonesia]

Dorongan Tak Tertahankan [19+]



Dorongan Tak Tertahankan [19+]

saa tobikome, MIDNIGHT PLEASURE (kini, melompatlah, bergabung dalam kesenangan tengah malam)     

abakareta jibun no kao (wajah memerahmu mengungkapkan seperti apa perasaanmu sesungguhnya)     

- MIDNIGHT PLEASURE by Ayato, Shuu, & Subaru - OST. Diabolik Lovers -     

============     

Otak Reiko saat ini penuh akan pikiran dan bayangan menakutkan dari Nathan Ryuu yang melupakan janjinya dan memaksakan keinginannya tanpa perduli Reiko.     

Namun, wanita muda ini terlalu banyak mencemaskan sesuatu ketika dia menatap terpana saat kepala suaminya merunduk hingga ke pangkal paha dia yang terlihat jelas usai dibentang lebar dan ....     

"Errnghhh!" Reiko lekas pejamkan mata sewaktu sesuatu yang kenyal dan lunak menggeliat memulas mutiara mungilnya. Itu adalah lidah tuan muda Onodera, kok Nona. Tak perlu cemas. Dia belum melupakan janjinya meski jenderalnya sudah menggedor-gedor meronta.     

Terjangan sensasi baru membuat Reiko merasa hampa di kepalanya bagai tidak ada apapun di sana. Tangannya sibuk mencengkeram apapun yang bisa dia raih. Jari-jari kakinya sudah mengatup kuat-kuat saat mutiaranya dihisap-hisap.     

"Errnghh ... Ryuu ... Ryuuuhhh ... aanghhh ...." Reiko gagal menahan suaranya, padahal dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mempermalukan diri dengan suara-suara tak sopan dan tak pantas.     

Tapi, bagaimana caranya dia bisa menahan itu keluar dari mulutnya apabila aksi suaminya terlalu binal untuk bisa dia redam? Yang ada, dia terus dan terus mengerang sambil menggeliat yang menambah hasrat Nathan Ryuu.     

Reiko merintih sambil tangannya mulai meremas rambut suaminya tanpa dia sadari. Hasratnya bergulung-gulung bagai ombak tsunami yang hendak menenggelamkan dia dalam-dalam ke kondisi terlena.     

Mulut Nathan Ryuu berada di level terlalu berbahaya bagi Reiko yang masih sangat hijau, meninggalkan jejak-jejak rasa yang pastinya menjadi hal sangat baru untuk Reiko dan akan selalu dia ingat. Dengan ini, tubuhnya tentu akan mengingat semua sentuhan dari Nathan Ryuu.     

Meski begitu, tuan muda Onodera sekuat tenaga menekan keberingasan dia, berusaha mati-matian untuk tidak lepas kendali. Di matanya, Reiko sama memikatnya seperti Ruby.     

Ohh, sial! Kenapa nama itu muncul lagi di kepalanya?!     

Frustrasi karena masih saja nama mantan istrinya dihadirkan di otak, membuat Nathan Ryuu semakin agresif memperlakukan kewanitaan Reiko menggunakan mulut dan lidahnya. Akibatnya, rintihan dan erangan istrinya semakin keras.     

Melirik ke utara, Nathan Ryuu melihat wajah tak berdaya Reiko ketika melantunkan banyak erangan disertai napas pendek dari wanita itu.     

Didera tanpa jeda di bagian spesialnya, mana bisa Reiko tidak merasa ada yang aneh di dalam perut bawahnya? Ia mendapatkan sensasi aneh seperti hendak meluap keluar. Apakah dia kebelet berkemih? Duh!     

Reiko mulai terganggu konsentrasinya dengan kepanikan akan berkemih. Gadis itu terlalu lugu untuk salah mengartikan dorongan orgasme dengan keinginan berkemih. Akibatnya, Reiko menggeliat gelisah, hendak melepaskan diri dari suaminya.     

"R-Ryuu, stop! Aarghh! Aku ... aku ...." Bagaimana caranya mengatakan pada suaminya bahwa ia hendak ke kamar kecil?     

Menatap wajah memerah Reiko dan gelagat anehnya, Nathan Ryuu malah terkekeh. "Ingin keluar, sayank? Keluarkan saja, di sini."     

"Heh?" Reiko menatap bingung pada suaminya. Apakah lelaki itu menginginkan dirinya mengompol di tempat tidur? Di momen seperti ini? Terlebih lagi ... di usia begini?! Apakah lelaki kaya kadang memiliki keinginan aneh-aneh? Reiko tak habis pikir.     

"Ayo, sayank ... keluarkan apa adanya, semburkan kalau perlu." Suara tenang Nathan Ryuu beserta senyum nakalnya menggelitik dilema Reiko. Yang lebih sialannya, jemari lelaki itu menggantikan mulutnya dan mengusap-usap secara seduktif di selatan sana.     

"Ryuu! Tidak mungkin! Ini benar-benar ... erngghh ... ti-dak ... mung-kiinhhh! Annghh, Ryuu! Jangan mengusap secepat ituhhh ... haangh ... angghh ... Ryuu! Aku bisa mengompol!" Reiko tak tahu sampai kapan dia bisa bertahan jika sentuhan suaminya begini agresif.     

"Biarkan itu keluar apa adanya, sayank."     

"Arghh ... haarghh ... tapi ... aku akan mengotori sepreiiihh ... haanghh ...."     

"Tidak masalah, bisa diganti nantinya."     

"Ryuuuhh ... kau ... kauuhh ... arrghh! Ryuu! Stop! Ini hampir! Hampir! Hampir!"     

Wajah Reiko makin memerah bagai bisa diperas, dan ini menyalakan semangat Nathan Ryuu. Sebagai lelaki, adalah sebuah kebanggaan jika bisa membuat pasangannya orgasme karena perbuatannya.     

Maka dari itu, ia mulai bergerak ke sisi Reiko, merundukkan kepalanya untuk mengurung pucuk payudara istrinya ke dalam mulut rakus dia sementara jarinya masih bekerja giat mengelus agresif mutiara Reiko.     

Terkadang Reiko mempertemukan bibir mereka sebelum akhirnya dia melepaskannya lagi karena hendak mengerang secara bebas dan membiarkan sang suami kembali berkutat pada dadanya saja.     

Kepala Reiko sudah dibenamkan kuat-kuat ke bantal sembari mata terpejam erat dan tangan menggenggam kuat-kuat pergelangan tangan Nathan Ryuu di bawah sana. "Errmghh! Ryuuu! Ryuuuu! Arrghh! Gawat! Ryuu ini gawat! Hampir!"     

"Iya, keluarkan saja, sayank, buat aku bangga." Nathan Ryuu terus menyemangatinya.     

Reiko heran, apa lelaki ini tidak akan jijik jika dia mengompol di kasur dalam situasi seperti ini? Tapi ... dia terlalu susah mengalihkan otaknya untuk berpikir mendalam mengenai itu karena terjangan kenikmatan yang dia terima terus datang bertubi-tubi tidak mengenal ampun.     

Terlalu bingung dengan permintaan suaminya, Reiko kini fokus pada rasa hendak meledak di bagian bawahnya. Perutnya sudah mulai mengejang dan sesuatu terus mendorong hendak meloncat keluar. "Ermmghh! Harghh! Ryuu! Ryuu! Rrrryuuugghhh!" Reiko melakukan pelepasannya, lalu dia mulai kejang-kejang kecil. "Argh! Hargh! Stop! Stop!"     

Melihat kepayahan sang istri ketika mendapatkan anti-klimaks, Nathan Ryuu pun iba dan mulai menghentikan jemarinya dan mengelus pelan saja daerah basah itu. Ia pergi ke selatan Reiko dan menyaksikan di celah intim istrinya memang sudah basah, tanda ada yang mengalir keluar.     

Meski pun pelepasan Reiko tidak menyembur seperti Ruby,- ohh, sialaaannn! Nathan Ryuu mengumpat keras-keras di hatinya. Tidak bisakah nama itu hilang sejenak dari otaknya saat dia bersama Reiko? Terutama di momen seperti ini!     

Menghela napas dalam-dalam dan tidak ingin lagi membandingkan Reiko dengan mantan istrinya, Nathan Ryuu kembali ke utara dan mencumbui bibir istrinya sebelum mengucapkan terima kasih.     

Reiko yang sedang menenangkan tubuhnya, hanya pasrah dan mengerang kecil saja menerima cumbuan singkat suaminya. Lalu, dia bingung ketika melihat Nathan Ryuu beranjak turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.     

Kenapa suaminya malah ke kamar mandi? Reiko bertanya-tanya.     

Tak berapa lama, terdengar geraman keras berulang kali dari dalam kamar mandi. Ohh astaga, apakah suaminya terkena konstipasi lagi? Betapa kasihannya. Memangnya lelaki itu tidak bisa membeli obat agar tidak perlu tersiksa karena sembelit?     

Lagi pula, bukankah suaminya sudah mengalami sembelit kemarin? Mana bisa itu terulang kembali begitu cepat? Apakah suaminya bukan sembelit dan mungkin berada dalam bahaya di dalam sana?     

Mengabaikan rasa lemas pada tubuhnya, Reiko berjuang turun dari tempat tidur untuk ke pintu kamar mandi karena dia mencemaskan suaminya.     

Namun, belum sempat dia mengetuk pintu itu, suaminya sudah membuka pintu tersebut dengan wajah berseri-seri.     

"R-Ryuu ... ada apa di dalam sana? Sembelit lagi?"     

"Ohh, bukan. Tadi aku sedang membiarkan jenderalku muntah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.