Inevitable Fate [Indonesia]

Ketimbang Mencari Wanita Lain



Ketimbang Mencari Wanita Lain

Sono ato wa hanasaki de kusutto waratte (Setelah itu, mari kita tersenyum dengan lebar)     

Owari wa nai to itte dakishimete (Berpelukan sementara berkata "takkan berakhir")     

- Romansu no Yakusoku by Ikuta Rira -     

===========     

Reiko mencemaskan suaminya yang tiba-tiba ke kamar mandi usai memanjakan dirinya. Namun, belum sempat dia mengetuk pintu itu, suaminya sudah membuka pintu tersebut dengan wajah berseri-seri.     

"R-Ryuu ... ada apa di dalam sana? Sembelit lagi?" tanyanya dengan wajah cemas.     

"Ohh, bukan. Tadi aku sedang membiarkan jenderalku muntah." Lelaki Onodera itu tersenyum sambil mencubit dagu istrinya.     

"Eh?" Otak lugu Reiko harus memproses kalimat itu dengan baik. Tapi, semakin diproses, dia semakin tidak menerima jawabannya. "Je-jenderalmu ... muntah?" Mau tak mau, dia melirik ke selatan Nathan Ryuu karena dia sudah tahu sebutan jenderal mewakili apa menurut suaminya.     

"Ya, dia harus muntah agar lega." Nathan Ryuu mengelus lengan telanjang Reiko sebelum beralih membelai payudara penuh wanita di hadapannya yang masih berdiri terbingung-bingung.     

"Muntah ... itumu ... berarti kau ... baru saja berkemih?" Reiko secara lugu malah berpikir ke sana. Memangnya apalagi yang bisa dilakukan benda 'itu' selain untuk mengeluarkan air seni? Ya, kan?     

"Tidak, aku tidak berkemih. Yah, iya sih, tapi itu setelah jenderalku muntah terlebih dahulu." Mata Nathan Ryuu memandang nakal ke istrinya, sepertinya tuan muda hendak menggoda sang istri.     

"Heh? Tidak berkemih? Muntah dulu? Lalu berkemih?" Reiko makin dikuasai kebingungan. "Kalau kau berkemih, kenapa sampai ... menggeram keras begitu? Jangan bilang kau sakit tiap berkemih? Itu tandanya kau sakit di bagian itu, Ryuu!"     

"Ha ha ha!" Tuan muda Onodera tak bisa menahan lebih lama ledakan tawanya. "Sama sekali tidak terasa sakit, sayank, justru merasa enak dan lega."     

"Ryuu ... kau membuatku semakin bingung," rengek Reiko, sedikit kesal dengan cara suaminya menjawab kekhawatiran dia.     

"Kemarilah, aku akan memberitahumu." Nathan Ryuu meraih kepala istrinya dan mendekatkan mulutnya ke telinga Reiko, berbisik, "Jenderal hebatku butuh muntah karena dia ngambek tidak boleh masuk ke celah sempitmu, sayank."     

Reiko lekas menarik kepalanya selesai mendengar bisikan suaminya. Matanya membelalak. Sepertinya dia kini paham apa yang dimaksud Nathan Ryuu sejak tadi. "K-kau ... kau ... maksudmu ... ejakulasi? Kau pergi ke kamar mandi untuk ... ejakulasi?"     

"Apa lagi selain itu, sayank? Mana mungkin aku tidak tergerak melihat istri molekku ini terbaring telanjang penuh pesona? Sudah tentu aku harus menenangkan jenderalku dan satu-satunya cara adalah pergi ke kamar mandi ketimbang mencari wanita lain." Lelaki ini begitu puas melihat reaksi terkejut sang istri.     

Menelan saliva saat suaminya menyebut tentang mencari wanita lain, Reiko merasa muram di hatinya. Bukankah ini hanya akan menjadi sebuah tamparan keras bagi dia apabila suaminya malah mencari wanita lain karena dia tidak memberikan hal yang sangat diinginkan sang suami?     

Menatap penuh penyesalan, Reiko berkata, "Ma-maafkan aku, Ryuu. Aku ... aku benar-benar belum siap dan takut sakit."     

"Sudah, tak apa. Aku baik-baik saja dan bisa melakukan hal seperti tadi sampai kau siap melaksanakan tugas keistrianmu." Mengerlingkan satu matanya, kalimat ini jelas adalah sebuah cubitan Nathan Ryuu bagi kesadaran Reiko.     

"Iya, aku tahu, aku akan menjadi istri yang payah apabila tidak juga membiarkan kau ... um ... memasukkan itu ... jenderalmu ke milikku." Reiko meremas jemarinya sambil menunduk tak berdaya.     

"Jangan khawatir, sayank. Aku akan mendidik jenderalku agar dia bisa bersabar untuk memasuki palung merah mudamu." Lalu, usai mengucapkan itu, Nathan Ryuu mengecup kening istrinya dan berkata, "Ayo kita makan malam. Kau ingin makan delivery atau pergi keluar?"     

"Aku ... mungkin delivery saja, yah! Aku masih merasa lemas. Dan aku harus ke kamar mandi untuk berbilas dulu, Ryuu." Reiko sangat merasa bersyukur memiliki suami sesabar Nathan Ryuu. Dengan tampang dan uang serta kekuasaan Onodera Ryuzaki, tidak butuh banyak usaha untuk mendapatkan wanita seperti apapun untuk menuntaskan hasratnya. Ya, kan? Tapi pria itu memilih untuk bersabar menunggu dia.     

"Baiklah, mandilah dan aku akan memesan makanan. Kau ingin apa?"     

"Terserah apapun yang kau pesankan, aku pasti akan memakannya." Reiko menjawab sebelum masuk ke kamar mandi.     

"Baiklah kalau begitu, sayank." Lalu, Nathan Ryuu berjalan ke sofa kamar untuk menemukan ponselnya tergeletak di sana. Kemudian, dia menghubungi anak buahnya dan menyebutkan makanan apa saja yang ingin disantap bersama istrinya malam ini. "Oh ya, suruh seseorang untuk mengemasi beberapa bajuku dan bawa ke apato ini."     

"Baik, Tuan!" Anak buah tuan muda pun menyahut patuh dan segera melaksanakan tugas yang diberikan padanya.     

Malam itu, mereka berdua makan malam di dalam apato. Keduanya makan dengan lahap. Reiko juga sudah mulai tidak malu-malu lagi makan di depan suaminya. Bahkan dia boleh melahap apapun oleh suaminya.     

"Kau terlalu kurus, sayank. Makanlah lebih banyak. Aku sudah memesan sebanyak ini, habiskan yah!" Nathan Ryuu menyerahkan 3 porsi daging goreng saus teriyaki ke istrinya.     

Reiko pun melahap daging-daging sedap itu, memenuhi mulutnya bagai sedang melakukan mukbang saja. "Memangnya kau tidak risih melihat perempuan yang makan banyak, Ryuu?"     

"Kenapa harus risih? Aku justru menikmati pemandangan di depanku, saat istriku makan banyak. Hm, bagiku ... menyaksikan perempuan makan banyak-banyak dan tampak menikmati makanannya merupakan sesuatu yang seksi."     

"Seksi? Bagaimana bila aku berubah jadi gendut dan tidak menarik lagi?" Reiko bertanya sambil lalu. Yang dia pahami, bahwa kebanyakan dari lelaki sangat memuja perempuan bertubuh ala supermodel. Ia ingin tahu, suaminya termasuk di kalangan kebanyakan itu atau ....     

"Tidak masalah apabila tubuhmu menggelembung, sayank. Bukankah dengan begitu aku bisa tenang karena tak ada lelaki lain yang terpikat denganmu, maka aku bisa tenang karena hanya aku saja yang terpikat olehmu." Inilah jawaban dari Nathan Ryuu.     

"Pembohong." Reiko menjawab sembari mulutnya masih penuh sampai dia harus menutupi dengan telapak tangan. "Biasanya ... lelaki suka perempuan langsing tapi seksi."     

"Aku tidak membantah soal itu, tapi aku benar-benar tidak keberatan dengan apapun bentukmu, sayank, karena rasa cintaku jauh melebihi fisik semata." Ya, dia lebih memburu kesetiaan ketimbang fisik setelah mengalami pahitnya dikhianati. Apa gunanya tubuh sempurna jika hanya mempersembahkan perih di hati?     

"Aku tak percaya." Reiko tersenyum geli sambil menggeleng dan kemudian menelan makannya.     

"Kau tidak percaya? Kenapa tidak coba kau gemukkan saja tubuhmu dan kita lihat apakah aku berubah hanya karena tubuhmu berubah. Bagaimana?" tantang Nathan Ryuu.     

Reiko menelan ludahnya, mana mau dia menggemukkan tubuhnya? Wanita mana di dunia ini yang sengaja ingin gemuk ketika sudah mencapai bobot ideal? Ini tidak termasuk wanita super kurus, karena Reiko merasa dirinya tidak sekurus yang dikatakan suaminya. Berat tubuhnya sudah dihitung dengan tinggi badannya dan masih berada dalam batas ideal.     

Karena itu, lebih baik Reiko memilih percaya saja pada apa yang tadi dikatakan suaminya daripada dia menjadi gemuk. Baiklah, dia percaya dan makin bersyukur memiliki suami sesempurna Nathan Ryuu.     

"Sayank, kapan kira-kira kau bersedia pindah ke hunianku?" tanya Nathan Ryuu sembari melanjutkan makannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.