Inevitable Fate [Indonesia]

Dampak Racun Fitnah



Dampak Racun Fitnah

0Your cruel device, your blood like ice     
0

You're poison running through my veins     

- Poison by Alice Cooper -     

============     

Reiko dan Yuza dikembalikan Nathan Ryuu ke pasar jajanan. Kemudian, pria itu tetap di sana bersama Itachi dan Zuko sampai lapak takoyaki Yuza selesai beroperasi malam itu.     

Hal demikian seakan disengaja Nathan Ryuu untuk berlama-lama di dekat Reiko, sekaligus menjaga gadis itu dari segala serangan, terutama serangan dari Bu Sayuki.     

Nathan Ryuu bisa saja menyuruh anak buah dia untuk diam-diam menjaga Reiko, namun kali ini dia ingin dia sendiri yang menjaga gadis itu.     

Itachi dan Zuko sebenarnya sudah ditawarkan untuk diantar pulang lebih dulu oleh sopir Nathan Ryuu, namun keduanya menolak.     

Yang pertama menolak tentu saja Itachi. Sebagai tangan kanan Onodera Ryuu di kantor, dia tentu saja harus mendampingi majikannya meski ini di luar jam kantor. Hanya pengabdiannya saja yang membuat dia ingin bertahan menemani sang bos di taman pasar tersebut.     

Sedangkan Zuko, tadinya dia ingin mengiyakan diantar pulang, namun melihat kegigihan Itachi, dia sebagai asisten pribadi Nathan Ryuu, menjadi terpacu untuk bersaing dengan sang manajer. Dia tidak boleh kalah dari Itachi! Demikian sumpah yang berkobar di dada Zuko.     

Memang, dengan adanya Nathan Ryuu di sana menunggui Reiko sampai dini hari, Bu Sayuki tidak bisa melakukan apa-apa pada gadis itu. Sepertinya Nathan Ryuu sudah memahami apa yang ingin dia lakukan, makanya lelaki itu bertahan di sana.     

Bu Sayuki mendengus, perasaannya pahit dan semakin benci melihat Reiko dibela oleh lelaki sehebat Nathan Ryuu. Andaikan putrinya yang mendapatkan perhatian seperti itu dari si Onodera muda, alangkah bahagianya Bu Sayuki.     

Di dini hari setelah lapak tutup dan semua barang dinaikkan ke mobil bak, Nathan Ryuu menginginkan Reiko ikut mobilnya saja daripada berdesakan dengan Yuza di kabin depan mobil bak itu.     

Reiko mengernyit heran. Berdesakan? "Ahh, tidak berdesakan, kok Ryuu-san. Di depan sana longgar untuk kami berdua." Ia menolak halus tawaran Nathan Ryuu yang hendak mengantar dia sampai ke rumah Bu Chiyo.     

Zuko geregetan mendengar penolakan Reiko. Ia berucap pada Itachi sebagai pelampiasan kesalnya, "Grrhh! Apa gadis itu bodoh atau idiot, sih? Kenapa dia tidak paham maksud Bos?"     

Itachi menoleh ke Zuko bagai menatap seorang bocah sedang kesal. "Tsk! Dasar bocah ingusan." Lalu ia masuk terlebih dahulu ke mobil majikannya.     

"I-Itachi-san! Enak saja kau mengatakan aku ingusan!" Zuko menyusul Itachi.     

Sedangkan Nathan Ryuu terpaksa menelan kekecewaan dia dan mengangguk ketika Reiko berpamitan padanya dan masuk ke mobil Yuza. Entah gadis itu memang menghindarinya atau kurang peka?     

-0-0-0-0-     

Insiden di pasar jajan tadi sungguh menorehkan murka dan dengki di hati Bu Sayuki, dan rasa itu susah beralih dari hatinya, menggerogoti terus dan terus sampai membuat Bu Sayuki tak tahan berdiam diri saja.     

Beliau mulai mempengaruhi orang-orang yang datang ke pasar jajan dan juga beberapa sesama penjual agar mereka mendengarkan ocehan dia yang mengatakan bahwa Reiko adalah ini dan itu.     

"Apakah kau serius, Sayuki-san?"     

"Tentu saja aku serius! Gadis itu begitu murahan sampai-sampai dia pernah pergi berduaan saja dengan salah satu pelanggan kami usai lapak bubar. Hanya dewa yang tahu apa saja yang dilakukan mereka di malam buta begitu!"     

"Sayuki-san, kau tidak sedang bohong, kan?"     

"Demi nisan suamiku, aku tidak bohong!"     

Dan kepada pelanggannya, Bu Sayuki secara berbisik, mempengaruhi mereka dengan fitnahannya mengenai Reiko. "Tolong hati-hati dengan gadis di lapak sebelah," ucapnya kepada seorang wanita pelanggan tetapnya.     

"Ehh, kenapa Sayuki-san?" Wanita itu tertegun bingung mendengar ucapan Bu Sayuki.     

"Dia tukang gaet lelaki! Sungguh, Nyonya Aida, jangan sampai suamimu datang ke sini membeli ayam, atau aku tak bisa menolong andai suamimu tiba-tiba sering pulang larut setelahnya."     

"Sayuki-san, maksudmu ... gadis itu ...." Nyonya Aida melirik ke Reiko yang sedang mencincang sayuran di lapak takoyaki.     

"Iya! Gadis itu berbahaya! Dia sudah berkali-kali menjadi sumber keributan karena mengganggu suami orang lain! Itulah kenapa aku tak tahan dan memecatnya!"     

"Astaga, Sayuki-san! Terima kasih atas nasehatnya. Iya, aku tidak akan pernah mengirim suamiku membeli apapun ke sini, biar aku saja!"     

"Ya, ya, itu sungguh langkah bijak dari Anda, Nyonya." Bu Sayuki tersenyum puas.     

Siang dan malam, Bu Sayuki berusaha mempengaruhi siapapun dengan fitnahannya kepada Reiko. Ia tak rela apabila Reiko berhasil membuat lapak sebelah lebih ramai daripada lapaknya. Apalagi gadis itu sudah lancang menggoda putranya!     

"Ia sengaja menggoda putraku agar dia bisa menguasai lapakku ini!" bual Bu Sayuki pada orang-orang di pasar jajanan pada malam itu ketika sedang rehat dan mengobrol di bangku taman tak jauh dari lapak bersama segerombolan penjual.     

"Ya ampun! Buruk sekali tabiat gadis itu!"     

"Terkutuklah dia!"     

"Untung saja dia sudah kau pecat sebelum dia berhasil menguasai anakmu, Bu Sayuki!"     

"Pantas saja Tomoda sepertinya begitu marah kemarin sampai berkelahi dengan Yuza."     

"Aku iba pada Yuza. Sepertinya aku harus memberitahu ayahnya agar gadis itu dipecat!"     

Bu Sayuki tersenyum puas dengan komentar-komentar rekan sesama penjual.     

Sejak itu, lapak takoyaki Yuza mulai sepi. Pengunjung mulai tidak melirik ke lapaknya.     

Dan setelah Yuza ditemui ayahnya, barulah dia mengetahui apa alasan di balik lapaknya mendadak sering sepi pembeli. "Oyaji! Kau lebih percaya aku sebagai putramu atau orang lain yang bukan keluarga?"     

Ayah Yuza bimbang dengan pertanyaan putranya. "Ayah hanya tidak ingin rubah betina jalang itu mempengaruhimu sampai kau bisa celaka nantinya, Yuza!" Di kebudayaan Asia Timur, ada mitos mengenai siluman rubah yang terkenal dengan kesukaannya menggoda lelaki untuk dirugikan, entah diambil nyawanya atau dijadikan boneka bagi sang siluman.     

Itulah kenapa di kebudayaan sana, seorang wanita yang dianggap genit dan suka menggoda lelaki, dihina dengan kata 'rubah betina' atau 'rubah jalang'.     

Yuza meremas rambutnya dengan gusar dan berkata, "Oyaji, apa Oyaji tahu di mana Reiko-chan tinggal?"     

"Di mana?" tanya ayahnya.     

"Di rumah Baba dan Jiji!"     

"Hah?!"     

"Oyaji, kalau kau ingin melihat apakah Reiko-chan benar adalah rubah jalang atau bukan, kau harus menemui Baba dan bertanya sendiri ke dia tentang Reiko-chan!"     

Ayah Yuza terdiam dan dia mulai mempertanyakan kebenaran rumor mengenai Reiko yang sudah dihembuskan salah satu rekannya di pasar ikan. Apalagi ini berkaitan dengan orang tuanya yang ternyata menampung Reiko di rumahnya.     

Tidak disangka, Reiko mengetahui rumor mengenai dirinya. "Yuza-kun, aku ... aku lebih baik berhenti saja dari lapakmu. Maaf."     

Yuza mendelik kaget. "Reiko-chan, kau ini bicara apa? Kenapa harus berhenti?"     

"Aku ... aku tidak ingin menyusahkan Yuza-kun."     

"Tidak boleh berhenti!"     

Lalu, Yuza membicarakan ini dengan nenek Chiyo. Dan dari saran neneknya, Yuza pun membuat keputusan besar, berpindah tempat berjualan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.