Inevitable Fate [Indonesia]

Karena Aku Adalah Malaikat Penjagamu



Karena Aku Adalah Malaikat Penjagamu

0nantatte bodiigaado (betapa seorang bodigat)     
0

kimi dake no bodiigaado (hanya bodigat untukmu)     

hajiketonde mukau (melompat ke arahmu segera)     

- Bodyguard (Japanese Ver.) by SHINee -     

==========     

Reiko membelalakkan mata mendengar keputusan Ichinose Yuza. "Yu-Yuza-kun! Jangan sembarangan begitu! Kau sudah lama berdagang takoyaki di pasar jajan itu. Kalau kau pindah tempat, bukankah nantinya akan butuh waktu lama untuk mencari pelanggan baru?"     

"Tidak masalah!" Yuza meringis santai. "Lagi pula, aku sudah cukup bosan dengan suasana pasar itu. Aku sudah lama ingin ganti suasana baru! He he he ...."     

Reiko tidak bisa berdebat lebih panjang lagi apabila Yuza telah berkata seperti itu. Nenek Chiyo juga tersenyum lega mendengar keputusan cucunya.     

"Permisi, Chiyo-obaasan, apakah sayurannya sudah siap?" Sebuah suara datang dari ambang pintu rumah Bu Chiyo ketika ketiganya sedang berunding untuk lapak Yuza.     

Perhatian tiga orang itu segera tertuju ke suara tadi.     

"Shingo-san?" Reiko terkejut mendapati adanya Kashimoto Shingo di ambang pintu.     

"Ohh, tentu saja sudah siap. Bahkan sudah dibungkus!" Bu Chiyo bangkit dari kursi dan berjalan keluar rumah diikuti Shingo.     

Melihat Reiko yang terheran-heran, Yuza meringis sambil menjelaskan. "Reiko-chan baru tahu pasti, kalau Shingo adalah salah satu pelanggan sayurannya Baba."     

"Ehh?" Reiko melongo sambil menatap Yuza. Kini makin masuk akal kenapa Yuza dan Shingo begitu terlihat akrab dan bisa bebas bercanda seenaknya. Rupanya seperti itu situasi mereka.     

-0-0-0-0-     

Di sebuah bar murahan di sudut kota, ada sekumpulan pemuda di salah satu sudut ruangan di bar itu. Beberapa wanita terlihat menyertai mereka.     

"Annghh ... haanghh ... lebih keras! Lebih keras, Tomo-kun!" Wanita itu terengah-engah sambil berusaha menatap wajah Tomoda.     

"Haghh! Aghh! Wanita sialan! Kau mencoba membuatku kepayahan, hah!" Tomoda sudah secara heboh bergoyang dan menghentak wanita itu tapi si wanita masih bisa menginginkan agar hentakan itu diperkeras.     

"Aaamghh ... penismu sangat enak, Tomo-kun! Annghh ... aku ketagihan!" Wanita itu terkekeh sembari menampilkan wajah genitnya ke arah Tomoda yang sedang dia punggungi.     

"Hei, Tomo! Kalau kau tidak sanggup, berikan dia padaku!" Salah satu teman Tomoda yang duduk di dekatnya berteriak.     

"Enak saja!" Dan Tomoda lebih menggiatkan lagi pinggulnya hingga mencapai batas kesanggupannya sebelum akhirnya dia meledakkan isi kejantanan dia ke lubang intim wanita itu. Lalu, dia langsung saja mencabut batangnya dari wanita itu dan lekas duduk sambil terengah-engah kepayahan.     

Teman-temannya segera mengolok-olok dia. "Huu ... kau ini payah sekali, Tomo! Mengurus satu perempuan saja sampai kepayahan begitu!"     

"Diam kau, bangsat!" Tomoda mengancingkan kembali celananya, tidak perduli lagi pada wanita itu yang kini sudah dihentak temannya yang lain.     

"Ha ha ha, pantas saja kau gagal mendapatkan perempuan yang pernah bekerja pada ibumu!" pancing teman Tomoda.     

Tomoda ingin menerjang teman yang baru saja mengejek dia, tapi karena lelah, dia membiarkan saja dan malah menyahut, "Sialan! Jangan ingatkan aku padanya! Si jalang sialan itu! Berani menolak kenikmatan yang ingin aku beri padanya! Memangnya siapa dia! Hanya jalang rendahan saja sudah berlagak sok!" Ia menyemburkan caci makinya untuk Reiko.     

"Sudahlah, kawan, daripada kau terus saja belum bisa merelakan hal itu, kenapa tidak kau biarkan si jalang itu merasakan kehebatanmu? Kami akan membantumu, jangan khawatir!"     

Mata Tomoda bersinar gembira, "Membantuku? Mendapatkan si jalang itu?" Temannya mengangguk dan Tomoda melanjutkan dengan wajah muram, "Tapi sudah beberapa hari ini lapaknya tak berjualan lagi di pasar jajan. Sepertinya mereka sudah pindah tempat! Brengsek!" Ia menendang meja di depannya penuh kesal.     

"Kenapa harus cemas? Apa kau meragukan kehebatan kami dalam pelacakan?" Teman Tomoda menyeringai. Tomoda pun ikut menyeringai.     

Dan di suatu malam, ketika Reiko dan Yuza sudah selesai berjualan di tempat baru mereka dan baru saja menaikkan barang terakhir di bak mobil, datanglah Tomoda dan teman-teman genk dia. Secara kebetulan, preman penguasa daerah itu kenal dengan teman Tomoda, maka semakin memudahkan bagi mereka untuk mengepung mobil Yuza.     

"Ternyata kau Tomoda!" raung Yuza ketika melihat siapa biang keladi pengepungan mobilnya. Padahal mereka masih di area tersebut dan memang sudah cukup sepi karena sebagian besar penjual telah pulang.     

Tomoda menyeringai remeh ke Yuza. "Ya, ini aku. Memangnya kenapa?" Ia segera memberi isyarat ke teman-temannya agar mereka segera bergerak ke Yuza.     

Dalam sekejap, Yuza sudah dipukuli teman-teman Tomoda, sedangkan Tomoda sendiri mulai mengejar Reiko yang hendak melarikan diri.     

"Jangan! Jangan!" teriak Reiko saat tangannya ditarik Tomoda. Satu teman Tomoda membantu memegangi Reiko pada akhirnya. Ia mendekap Reiko dari belakang agar Tomoda bisa bebas melakukan apapun pada gadis itu.     

Breett!     

Teman Tomoda merenggut paksa kemeja Reiko sehingga kemeja itu terburai dan memperlihatkan payudara sintal Reiko yang bulat dan kencang.     

"Arrkhhh!" pekik Reiko. "Tolong! Tolong!" gadis itu melolong mengharapkan siapapun bersedia menolong. Namun, karena mereka hanyalah pedagang baru di tempat itu, dan lagipula, preman tempat itu juga ditakuti, sehingga para penjual yang melihat adegan itu hanya bisa menghela napas dan tidak berani berbuat apa-apa untuk menolong Reiko.     

Resikonya terlalu besar untuk mereka jika mereka ikut campur.     

Tomoda menjilati bibirnya sendiri dengan mata berbinar ketika dia melihat payudara Reiko meski masih terbungkus bra. "Sungguh indah sekali. Fu hu hu hu ... sepertinya aku akan puas malam ini!"     

Sementara Reiko sedang berjuang, Yuza juga berjuang melawan beberapa orang sekaligus, bahkan ada beberapa preman di sana yang ikut campur membuat dia babak belur.     

"Tidak! Jangan!" teriak Reiko ketika dia gagal melepaskan diri dari kuncian lengan teman Tomoda dan kini Tomoda sudah berada persis di depannya, hendak meraih payudara indah di depannya.     

Sreett!     

Dhuaakkk!     

Seketika, Tomoda terkejut dan kepalanya rasanya pening berputar setelah dia tiba-tiba ditarik paksa dari belakang dan wajahnya dihantam pukulan. Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa, hanya ada gelap saja.     

Reiko berhenti berteriak ketika dia menyadari kedatangan sosok lelaki yang baru saja memukul Tomoda. "Ryuu ...," lirihnya.     

Dalam waktu sekejap, Ryuu dan banyak polisi sudah membekuk kawanan preman dan teman-teman genk Tomoda.     

Onodera muda segera memakaikan mantel panjang dia ke tubuh Reiko sambil memeluknya. Reiko menumpahkan tangisnya ke dada Nathan Ryuu.     

"Sudah, sudah, semua sudah berakhir." Tangan Nathan Ryuu mengelus-elus kepala Reiko bagai seorang ayah sedang menenangkan putri kecilnya.     

Setelah Reiko hentikan tangisannya dan menatap wajah Nathan Ryuu, dia bertanya dengan wajah berlumuran air mata, "Ryuu-san ... kenapa ... kenapa kau selalu tahu setiap aku dalam bahaya?"     

Senyum kecil Nathan Ryuu menyertai tatapan lembut dia ke Reiko ketika dia menjawab, "Karena aku adalah malaikat penjagamu."     

"Hah?" Reiko salah dengar, atau memang itu adalah ucapan dari lelaki Onodera itu?     

Penjaganya? Nathan Ryuu menyatakan dirinya sebagai penjaga Reiko?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.