Inevitable Fate [Indonesia]

Bersantai di Pantai



Bersantai di Pantai

0pureugo pureun haneure ije ne momeul matgyeo     
0

dapdaphaetdeon neoui maeumeul     

seollege haejulge jigeum yeohaeng gago sipeo     

(In the blue sky, trust your body, let's leave together     

I'll make your frustrations turn into flutters     

I wanna go on vacation now)     

- Vacation by BTOB -     

=============     

Mengabaikan bentakan ibunya, Runa malah merasa marah pada ibunya. "Apakah Ibu sudah mengetahui kejadian sebenarnya tentang Reiko dan putra tolol Ibu itu?!"     

"Apa kau bilang?"     

"Rei-chan tidak menggoda Tomo-nii! Tapi justru kakak idiot itu yang hendak mencabuli Rei-chan!" Runa secara berapi-api menjelaskan ke ibunya.     

"Apa-apaan kau ini, malah membela orang luar daripada keluargamu sendiri!" Bu Sayuki mendelik sejadi-jadinya. Bagaimanapun, meski dia juga benci dengan putranya yang tak berguna, namun dia lebih membenci Reiko dan akan membela putranya mati-matian!     

Sebagai seorang ibu, seburuk apapun anaknya, Bu Sayuki akan membela kehormatan nama baik anaknya. Maka dari itu dia tidak terima jika putrinya malah membela orang lain ketimbang kakaknya sendiri.     

"Aku hanya membela siapapun yang berdiri benar, Ibu!" Runa memunculkan wajah mengibanya, berharap sang ibu mau mendengarkan penjelasan dia. "Bu, tolong percaya padaku, Rei-chan bukan seperti yang ibu pikirkan. Dia tidak mungkin melakukan seperti yang ibu tuduhkan."     

"Kau ingin menyebut ibumu ini pembohong, hah?!" Bu Sayuki masih kukuh tidak ingin surut ketika ada orang berani membela Reiko, apalagi itu adalah putrinya sendiri.     

"Aku tidak perduli, pokoknya aku ingin Ibu yakin dan percaya aku kalau Rei-chan bukan gadis semacam itu! Kalau Ibu masih menganggap aku ini anakmu, maka kau harus percaya padaku! Dan berhentilah menutup matamu, Bu! Putramu itu brengsek sejak dulu! Di belakang Ibu, dia hanya lelaki brengsek yang kerap datang ke bar, mabuk dan berjudi serta sibuk bermain wanita!"     

"Runa! Tidak pantas kau berkata seperti itu mengenai kakakmu!"     

"Ahh, sudahlah! Akan susah dan percuma juga aku berbicara sampai mulutku berbusa, Ibu takkan mau menerima kenyataan bahwa putra Ibu yang bersalah dalam kasus ini! Bahkan dia berusaha memperkosa Rei-chan bahkan memukuli Yuza-kun di pasar itu, makanya sekarang dia mendekam di penjara!"     

"Keluar kau, anak tak berbakti!" seru Bu Sayuki saking marahnya.     

"Ahh, Ibu! Kau mengecewakan!" Runa hentakkan kakinya dengan kesal ke tanah lalu berlari meraih tas ranselnya lagi. "Aku kembali ke asrama!"     

"Runa! Runa! Kembali!" Bu Sayuki memanggil putrinya, namun percuma, Runa sudah berlari keluar rumah. Mereka berdua sama-sama marah dan tidak ada yang ingin mengalah. "Sialan! Harusnya dia membantu aku dulu mengurus ayam dan bumbu! Ini gara-gara si jalang! Ugghh, pinggangku! Pinggangku!"     

.     

.     

Runa benar-benar kembali ke asramanya. Wajahnya kelam sampai tidak menggubris ketika teman-teman di asrama menanyai dia kenapa dia kembali begitu cepat ke asrama. Ia masuk ke kamarnya dan menangis kesal di tempat tidurnya. Untung saja teman satu kamarnya sedang pulang ke rumah, sehingga dia bisa menumpahkan kekesalannya melalui tangisan sepuas hati.     

-0-0-0-0-     

Lalu, di hari Minggu paginya, Runa datang ke rumah Bu Chiyo. Dia harus melupakan rencana ke pantai bersama Reiko karena sepertinya Reiko sibuk membantu Bu Chiyo di kebun. Ia tak enak jika mengganggu. Dan malah ia hendak membantu saja.     

"Hei, kenapa malah membantu kami?" Bu Chiyo terkekeh melihat Runa datang dengan sekop di tangan. "Sudah, lebih baik kalian jalan-jalan saja sana, mumpung ini hari Minggu dan cuaca sangat cerah."     

Bagai mendapatkan celah dari Bu Chiyo, Runa pun secara cepat menyampaikan rencananya.     

"Ke pantai?" Reiko menatap sahabatnya. Runa mengangguk.     

"Baguslah itu!" Bu Chiyo yang masih ada di dekat mereka. Dan perhatian mereka teralihkan ketika mobil Shingo datang untuk mengambil sayuran. Bu Chiyo pun terkekeh dan berkata, "Ajak pula Yuza dan Shingo."     

"Ehh?"     

Akhirnya, setelah Yuza dipanggil melalui telepon, keempat muda-mudi itu pun memakai 2 mobil bak kedua lelaki pergi ke pantai. Reiko semobil dengan Yuza, dan Runa dengan Shingo.     

Kamakura memiliki tiga pantai: Yuigahama, Zaimokuza, dan Koshigoe. Yuigahama adalah pantai yang paling nyaman, hanya berjalan kaki singkat dari pusat Kamakura dan 20 menit ke arah lain ke patung Buddha yang menjulang tinggi.     

Selama musim panas, kafe tepi pantai, restoran, dan bar dibuka untuk bisnis, dan gubuk pantai serta toko persewaan melayani segala keperluan turis. Minuman dingin dan berbagai makanan termasuk makanan Jepang, Asia Tenggara, dan Barat ditawarkan.     

Keempat muda-mudi benar-benar menikmati waktu bersantai mereka di pantai. Bermain air saja tanpa berenang. Meski begitu, semuanya sangat menikmati acara tersebut.     

"Ha ha ha! Reiko, lihat, aku berhasil membuat istana pasir. Ini untukmu!" Yuza mempersembahkan istana pasir cukup besar dan apik, lalu memamerkannya pada Reiko yang baru saja main air di tepi pantai dengan Runa.     

Plokk!     

"Ups! Maaf, kakiku terpeleset." Tiba-tiba saja, Shingo sudah menendang istana pasir itu hingga roboh tanpa bentuk lagi.     

"Kau!" Yuza secara jelas mengetahui Shingo sengaja melakukan itu. Terpeleset apanya?! Ia pun menerjang Shingo dan kedua pria itu pun berguling-guling di pasir.     

"Ahh ... Rei-chan, ayo ... lebih baik kita cari minum saja daripada harus menonton kanak-kanak sedang bergelut tak jelas." Runa pun menggandeng tangan Reiko.     

Dua lelaki itu langsung hentikan pertarungan tak penting mereka dan menatap kepergian Runa dan Reiko ke arah kafe tepi pantai.     

"Ini semua salahmu!" seru Yuza sambil melempar segenggam pasir ke wajah Shingo.     

Shingo langsung menghindarinya tepat waktu dan bangkit, menepuk-nepuk bajunya dari pasir yang menempel. "Huh! Bocah busuk yang tak tahu malu." Lalu dia melangkah menyusul kedua gadis tadi.     

"Hoi! Hoi! Tunggu aku, ossan!" Yuza lekas bangkit juga untuk mengejar Shingo dan dua gadis yang sudah cukup jauh darinya.     

Brukk!     

"Aahh! Maafkan aku!" Seorang gadis menabrak Yuza sampai keduanya terjatuh bersama di pasir.     

Mata Yuza membelalak ketika menyadari ada gadis tiba-tiba menabraknya ketika ia sedang berlari mengejar teman-temannya. Dan semakin membelalak ketika melihat belahan dada gadis yang memakai bikini itu. "O-ohh, tidak apa-apa! Um, apa kau baik-baik saja?"     

Yuza pun bangkit dan menolong gadis itu pula.     

"Lihatlah, Rei-chan, aku tidak bohong kan, bahwa Yuza itu pla-i-bo-i!" Runa menunjuk ke arah Yuza sedang senyum-senyum sambil membantu gadis seksi yang bertabrakan dengannya.     

Yuza mendengar ucapan Runa yang cukup keras karena jarak mereka sudah tidak terlalu jauh. "Re-Reiko-chan! Bukan begitu!"     

"Ck ck ck ... playboy yang menyedihkan." Shingo menambahi.     

"Aku bukan playboy!" raung Yuza penuh wajah putus asa seolah hendak menangis. Tapi Reiko malah tertawa ringan.     

"Rei-chan, kau harus hati-hati dengan playboy itu!" Runa masih belum selesai mengejek Yuza, sementara perempuan seksi tadi sudah pergi.     

"Hm! Hm! Hm!" Shingo mengangguk-angguk tegas sambil lipat dua tangan di dada.     

"Reiko-chan ... percayalah padaku ...." Yuza ingin menangis. "Reiko-chan, jangan sampai kau terpengaruh dua iblis itu! Abaikan bisikan jahat mereka!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.