Inevitable Fate [Indonesia]

Tak Bisa Menahan Lagi



Tak Bisa Menahan Lagi

0kusaki nemuru ushimitsu ni (di penghujung malam)     
0

shijima saite kakeru mono (seseorang terbang melewati malam membelah sunyi)     

yami no utage irodoru wa (pesta kegelapan, diwarnai dengan darah dan daging)     

seija no chiniku danmatsuma (dari makhluk hidup, dalam penderitaan kematian)     

- Dakini by Vocaloid -     

============     

"Kalian sedang mengobrol apa?" Mendadak, sudah ada Shingo di dekat meja Reiko dan Yuza. "Sepertinya asyik sekali." Ia pun segera henyakkan pantat ke salah satu bangku di sebelah Reiko.     

"Tsk! Kenapa kau ke sini, Ossan?" Yuza cemberut, momen kedekatan dia dengan Reiko malah terganggu dengan hadirnya Shingo.     

Mengabaikan pertanyaan Yuza, Shingo malah memesan jus dingin ke pelayan terdekat. "Ei, kalian tidak ingin menambah minum? Aku yang traktir."     

Reiko menggeleng, tapi itu segera disambar Yuza yang langsung memesan es krim lagi tanpa ragu. "Mana Ru-chan? Kenapa tidak bersama-sama?"     

"Runa sedang membersihkan tangan dan kakinya sebentar di kamar kecil." Shingo melirik ke yutub yang masih terbuka di ponsel Yuza. "Apa itu?"     

"Ohh, ini ... rahasia!" Yuza menjulurkan lidah, menggoda Shingo.     

"Tsk! Bocah busuk sepertimu memang tidak bisa ditanyai." Shingo membuang pandangan dari ponsel Yuza.     

"Itu ... tadi kami mengobrol tentang grup utaite yang aku ikuti, Shingo-san." Reiko menjawab apa yang tadi sudah ditanyakan Shingo. Dia percaya kepada orang-orang ini yang tidak akan membongkar identitas utaite dia.     

Yah, misalpun dibongkar pun sepertinya juga tak apa, karena Reiko sendiri tak tahu apakah dia masih memiliki kesempatan untuk bergabung lagi dengan grup menyanyi online-nya itu dengan kondisi dia saat ini.     

"Utaite? Apa itu?" Shingo bertanya.     

"Hah! Ossan sepertimu pasti takkan paham!" Yuza meledek.     

Reiko terkekeh dan kembali menjelaskan seluk beluk mengenai utaite.     

"Wow, jadi Reiko-san ini penyanyi, yah? Sini ponselmu!" Tangan Shingo merebut ponsel di tangan Yuza dan menekan salah satu lagu yang di-cover oleh Reiko.     

"Ossan sialan! Itu ponselku!" Yuza hendak merebut kembali ponselnya tapi Shingo mengelakkan tangannya dari sambaran Yuza dan terus fokus pada layar di depan matanya.     

"Hm, suaramu sangat merdu, Reiko-san." Shingo mengangguk-angguk sambil kembalikan ponsel ke Yuza dan memuji Reiko.     

"Ahh, hanya sekedar menyalurkan hobi." Reiko tersipu.     

"Yah, itu bagus, Reiko-san, jangan seperti dia yang hobinya hanya membuat orang emosi." Telunjuk Shingo mengarah ke Yuza di sebelahnya.     

"Woi, Ossan sialan! Sana, sana, pergi! Jangan ganggu kami!"     

"Memangnya siapa kau berani memberi perintah padaku, hm?"     

"Hghh! Sana, cari Runa dan main pasir lagi, atau main boneka-bonekaan juga terserah!"     

Yuza dan Shingo kembali berdebat tak penting.     

"Ada apa sih ini, ramai sekali?" Runa pun bergabung setelah dia keluar dari kamar bilas tak jauh dari kedai tersebut.     

"Dia mengganggu aku dan Reiko yang sedang asyik membahas Reiko menjadi utaite. Runa, sana ajak Ossan main rumah-rumahan, kalau bisa sejauh mungkin dari sini!" Yuza kibas-kibaskan tangan mengusir Shingo.     

"Hm, kalau begitu, bayar saja sendiri nanti es krimmu, yah!" Shingo melirik tajam ke Yuza.     

"E-ehh! Ha ha ha ... Ossan, kenapa kau ini mudah marah, hm? Nanti keriputmu bertambah, loh! Bisa-bisa sebentar lagi kau akan memakai tongkat!"     

"Pakai tongkat kepalamu!" sembur Shingo.     

"Ohh, tentang Rei-chan jadi utaite ...." Runa mengangguk paham pada topik itu. Dia juga sudah mengetahui soal itu. "Shingo-kun mendengar grup dia menyanyi lagu robot atau lagu anime?"     

"Ru-chan!" Reiko mencubit sahabatnya sambil tertawa kecil. "Seenaknya menyebut lagu robot!"     

"Iya, kan? Vocaloid itu kan bisa dikatakan robot, suara mereka aneh seperti robot, walau lagu-lagunya bagus, sih!" Runa menjulurkan lidah dengan jenaka ke Reiko.     

"Mereka bukan robot, Ru-chan, mereka software!" Reiko berdalih.     

"Apa itu vo...vocalid?" Yuza memiringkan kepalanya.     

"Vo-ca-lo-id! Vocaloid!" ulang Runa.     

"Ya, itulah! Apa itu?" kejar Yuza.     

"Itu semacam software buatan Perusahaan Yamaha yang menghasilkan suara manusia." Reiko menjelaskan secara singkat.     

"Ohh, semacam ... penyanyi digital?" Shingo memastikan.     

"Ya, seperti itu." Reiko mengangguk dan mengeluarkan ponselnya sendiri. "Semacam ini." Ia tunjukkan salah satu lagu Vocaloid di Yutub.     

Shingo dan Yuza bersama-sama mendengarkannya dan memang cukup menggelitik di telinga mereka. Sementara, Runa terkekeh remeh mendengarkan suara vocaloid.     

"Ya, kan? Suara robot! Hi hi hi!" ejek Runa.     

"Ru-chan jahat! Kau memang paling senang meledek Vocaloid!" Reiko pura-pura cemberut.     

Runa tertawa sambil merangkul sahabatnya. "Ha ha ha, maaf! Maaf! Aku hanya menggodamu saja. Tapi aku benar-benar akui lagu-lagu mereka sangat asyik dan keren, kok! Dan aku lebih suka mendengarkan lagu mereka yang sudah dibawakan utaite. Lebih manusiawi!"     

"Kau nakal!" Reiko mencubit hidung Runa dan sahabatnya hanya tertawa kecil.     

"Wah, lagunya memang unik-unik, yah!" Yuza berkomentar setelah dia mendengarkan beberapa dari itu.     

"Hum! Hum!" Shingo mengangguk-angguk setuju.     

"Sayang sekali lagu seunik dan bagus seperti itu diberikan ke robot." Yuza melanjutkan bicara sambil mengembalikan ponsel Reiko ke gadis itu.     

"Yuza-kun! Jangan sebut mereka robot!" protes Reiko dan ditimpali kekehan tawa Yuza. Segera, Runa melakukan toss dengan Yuza.     

"Karakter vocaloid mana favoritmu, Reiko-san?" tanya Shingo.     

"Favoritku? Um, Megurine Luka. Aku suka karena rambutnya merah muda, seperti rambut karakter utaite aku, he he he. Walau terkadang aku juga suka Hatsune Miku." Reiko menjawab sambil tersenyum senang sambil menunjukkan ke mereka 2 karakter vocaloid yang dia sebut baru saja.     

-0-0-0-0-     

"Hrrghh! Aku benar-benar benci rubah jalang itu! Rubah jalang terkutuk!" Bu Sayuki menggeram marah. Ia bagai jatuh, tertimpa tangga, tersiram cat, dan kemudian tercebur ke got.     

Hari ini sepertinya dia tidak bisa berdagang karena pinggangnya sakit dan belum reda sejak semalam.     

Dimulai dari lapaknya makin sepi, putranya meringkuk di penjara, lalu ... putrinya membelot darinya dan bersikap kurang ajar padanya, penyakit pinggang dia kembali kambuh. Semua itu karena Reiko! Bu Sayuki tidak henti-hentinya menyalahkan Reiko untuk seluruh kemalangan yang terjadi di hidupnya.     

Semakin Bu Sayuki memikirkannya, semakin kebencian dan amarah itu terus berputar di dadanya, mengakibatkan badai emosi yang tak kunjung padam.     

Ingin sekali dia mencabik-cabik Reiko untuk memuaskan hatinya.     

Ia heran, kenapa meskipun dia sudah secara kontinyu menyebarkan aib Reiko ke pedagang dan juga pelanggannya, tapi malah lapak dia yang menjadi sepi. Bahkan pembeli sepertinya berkurang setengah lebih dari biasanya!     

Jangan-jangan ... rubah jalang itu sudah memfitnah aku! Bu Sayuki menampilkan dugaan itu di benaknya. Dengan begitu, amarahnya semakin membara.     

Jadi, rubah licik itu kini berusaha merebut pelangganku? Mata Bu Sayuki seperti mata monster jahat. Monster yang siap melahap siapapun.     

Ini adalah hari Selasa, putrinya pasti sudah tenang di asramanya. Dan mengingat betapa Runa dengan beraninya meninggalkan rumah begitu mengetahui mengenai Reiko, padahal gadis itu baru menginjakkan kaki belum ada satu jam, namun ... gara-gara Reiko, putrinya menjadi pembangkang dan tidak mau membantu dia di lapak!     

Tak tahan lagi, karena Bu Sayuki telah mengetahui rumah yang ditinggali Reiko sekarang, maka dia pun bergegas ke sana.     

"Rubah jalang itu! Dasar jalang terkutuk!" Bu Sayuki mengepalkan tangannya sambil terus merapalkan hujatan untuk Reiko ketika duduk di bis kota. Tak sabar untuk segera menemui gadis itu di rumah pasangan tua yang menampungnya.     

"Huh! Dia pikir dia bisa menghindar dariku? Tidak semudah itu!" geramnya dengan suara rendah, hingga orang yang duduk di sebelahnya terkejut dan sedikit takut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.