Inevitable Fate [Indonesia]

Dia Menyenangkan Namun Berbahaya



Dia Menyenangkan Namun Berbahaya

0sawarasetari shinai (aku takkan ijinkan mereka menyentuhmu)     
0

kurutta koi to (aku tak perduli jika ini cinta gila)     

- Beautiful Morning With You by The Pillow - OST FLCL -     

===========     

"Heh?! Kenapa ada Tuan Ryuu?" Yuza terpekik kaget ketika datang bersama neneknya pagi itu ke ruangan Reiko di bagian VIP.     

Bu Chiyo menampar punggung cucunya sambil berkata, "Tidak bisakah kau berbicara pelan saja? Ini rumah sakit, bukan rumahmu!"     

Yuza segera mengatupkan mulutnya dan menunduk segan pada Nathan Ryuu yang duduk di samping Reiko dan sepertinya baru saja membantu Reiko makan. Lelaki itu ... menyuapi Reiko? Tidak, tidak mungkin, kan? Yuza menyangkal dugaannya sendiri di hatinya. Pasti lelaki itu hanya membantu membereskan peralatan makan Reiko saja.     

Bu Chiyo juga menunduk pada Nathan Ryuu. Bagaimana pun, lelaki itu sudah berbuat banyak untuk Reiko yang sudah dia anggap bagai cucunya sendiri. "Begitu pagi Tuan datang ke sini." Beliau menaruh buah dan roti di meja dekat Reiko.     

Nathan Ryuu tersenyum dan menjawab, "Kebetulan saya ada waktu luang, Bu."     

Reiko tak sabar dan menyahut, "Dia sudah di sini sejak tengah malam lalu, Bu."     

"Ohh!" Bu Chiyo cukup terperanjat akan itu. Terlebih Yuza. Wajah pria muda itu berubah masam usai mengetahui ternyata Nathan Ryuu sudah di sini sejak semalam.     

Rasanya ... Yuza dikalahkan.     

"Ha ha ha, beginilah. Kebetulan ada waktu luang," balas Nathan Ryuu secara santai tanpa mengurangi kesopanan dia pada Bu Chiyo. "Saya terlalu khawatir pada gadis ini, makanya memilih menemani dia di sini saja daripada tidak melakukan apa-apa."     

"Ah, Tuan Ryuu begitu baik dan penuh perhatian pada cucuku." Bu Chiyo tersenyum lega dan memang semalam Beliau cukup gelisah sebelum tidur karena memikirkan Reiko. Dia sudah menyatakan keinginannya datang lagi ke rumah sakit pada suaminya karena mencemaskan Reiko.     

Sepertinya, itu sama sekali tidak perlu, selama ada pria seperti Nathan Ryuu di sekitar Reiko.     

Mereka berbincang santai dengan berbagai topik obrolan di ruangan itu dan sesekali akan memperhatikan ketika perawat datang untuk memeriksa Reiko.     

Dan ketika siangnya hendak kembali ke rumah, Bu Chiyo berkata, "Mohon maaf karena merepotkan Tuan Ryuu untuk menjaga cucuku di sini."     

"Bu Chiyo terlalu sungkan. Ini memang sudah sepantasnya saya lakukan," balas Nathan Ryuu.     

Bu Chiyo sedikit terkejut mendengar sahutan dari pemuda itu. Apakah ini maksudnya ... pemuda itu menyukai Reiko melebihi seorang teman yang perduli? Dari kata-kata Nathan Ryuu, terselubung makna mendalam.     

Orang Jepang terkadang kerap menyampaikan perasaannya melalui kata-kata tersamar yang memiliki makna mendalam.     

Seperti contohnya ketika seorang pria Jepang hendak melamar wanita pujaannya, dia bisa saja berkata, "Aku ingin setiap hari bisa makan sarapan pagi buatanmu." Ini sungguh mengindikasikan niat dia memperistri wanita itu.     

Atau ... "Rasanya aku ingin menjagamu setiap saat." Ini pun bermakna hendak meminang seseorang.     

Betapa mereka terkadang begitu sopannya hingga memberi kalimat penuh makna dan kode tanpa menggunakan kalimat lugas.     

Dan kata-kata dari Nathan Ryuu tadi, diartikan Bu Chiyo sebagai Nathan Ryuu ingin bertanggung jawab untuk kehidupan Reiko karena memang sudah sepantasnya begitu sebagai pria yang mencintai Reiko.     

Senyum Beliau pun terkembang dan mengangguk-angguk setuju apabila memang pria itu memiliki perasaan spesial pada Reiko.     

Tapi tidak demikian dengan Yuza. Dia cemberut. "Aku ingin di sini saja, yah! Aku ingin menemani Reiko-chan juga!" Mana bisa dia kalah dari saingannya?     

Sepertinya kehidupan asmara Nathan Ryuu tidak pernah lepas dari persaingan cinta.     

Bu Chiyo menampar lengan cucu kandungnya sambil melotot. "Kau harus berjualan, mengerti? Kemarin kau sudah libur, dan apakah hari ini juga ingin libur lagi? Apa kau sudah jadi konglomerat yang bisa seenaknya libur?"     

"Baba ...." Yuza menatap tak berdaya ke neneknya sambil mengusap lengan yang ditepuk keras sang nenek.     

"Sudah! Ayo antar aku pulang dan kau harus bersiap-siap berjualan, atau akan aku laporkan kau ke ayahmu karena berani bermalas-malasan!" Bu Chiyo menyeret lengan cucunya meski Yuza ingin menolak. Sepertinya pemuda itu tak memiliki pilihan lain selain mengikuti neneknya keluar dari kamar Reiko.     

Reiko tersenyum dan Nathan Ryuu tertawa ringan melihat tingkah nenek dan cucu tadi.     

Kepala Nathan Ryuu pun beralih lagi ke Reiko sambil bertanya, "Mau aku kupaskan buah apa?" Sambil tangannya mulai memilih buah-buahan yang dibawa Bu Chiyo tadi.     

Gadis itu tersentak kecil akan pertanyaan Nathan Ryuu. Pemuda ini seakan memaksakan buah padanya namun kalimat itu dibungkus dengan penawaran.     

Jika orang lain akan bertanya: 'mau aku kupaskan buah?', sebuah pertanyaan yes/no, sebaliknya ... Nathan Ryuu justru langsung saja ke pilihan yang membuat seseorang tidak memiliki kesempatan untuk menjawab ya atau tidak, melainkan harus menyebutkan objeknya sebagai jawaban.     

Pria ini begitu pandai dalam memilih perkataannya. Tak heran jika dia jadi pengusaha sukses di usia muda begini.     

"Aku ...." Reiko sudah melihat Nathan Ryuu memilih-milih buah di meja. Apakah dengan begitu dia akan dengan tega menolak? "Um, mungkin pir?"     

"Baiklah, pir." Tangan Nathan Ryuu segera menggenggam sebuah pir yang terlihat ranum dan bergegas mengupasnya sebelum diberikan ke Reiko.     

Lagi-lagi pria itu menyuapi Reiko meski itu buah-buahan. "Hindari dulu tanganmu dari bekerja berat. Lukamu masih belum menutup sempurna, oke?" Demikianlah yang dijadikan alasan bagi pria itu untuk menyuapi Reiko.     

Keduanya pun berbincang santai sambil Reiko mengunyah buahnya.     

Ketika suapan Nathan Ryuu masih di udara, pintu ruangan dibuka. Muncul sosok yang mereka kenali.     

"Shingo-san?" Reiko tak menyangka ternyata lelaki itu datang menjenguk dia.     

Shingo tak menyangka Nathan Ryuu ada di kamar itu. Seketika dia berjalan canggung ke arah Reiko terbaring di ranjangnya. "A-anu, aku ... aku hanya ingin mengetahui ... bagaimana kondisimu? Apakah masih sakit? Atau ... bagaimana?"     

Dia tidak siap dengan kehadiran Nathan Ryuu di sana. Tadi, Shingo baru saja dari rumah Bu Chiyo untuk membeli sayuran dan dia mengetahui Bu Chiyo dan Yuza baru saja dari rumah sakit.     

Mengambil kesempatan itu, Shingo pun bergegas ke rumah sakit, mengira takkan ada siapapun menjenguk Reiko. Namun, perkiraan dia salah. Harapan untuk berdua saja dengan Reiko pun hancur berantakan begitu melihat sosok si hebat Nathan Ryuu di sana, bahkan sedang menyuapi Reiko!     

"Ohh, aku ... ini sudah mendingan, Shingo-san. Terima kasih." Reiko tetap menjawab dengan kalimat santun.     

"Shingo-kun, kau ingin duduk?" tawar Nathan Ryuu pada pria muda itu. Ia bertingkah seolah-olah hendak berdiri dari kursinya.     

Namun, Shingo menggeleng dan berkata, "Ahh, tidak usah, Tuan Ryuu! Aku ... hanya sebentar saja, kok!" Meski Nathan Ryuu terlihat menawarkan kursinya, namun pertanyaan itu disampaikan dengan wajah penuh arti seakan makna yang sebenarnya adalah kebalikan dari tawaran itu.     

Kau ingin duduk di dekat Reiko? Apa kau yakin ingin begitu? Kau ingin mengusirku dari kursi ini? Seperti itulah yang tampak dari wajah Nathan Ryuu meski lelaki itu membalut wajahnya dengan senyum.     

Lihat saja pertanyaan tadi: 'kau ingin duduk?', itu saja sudah merupakan intimidasi halus! Alih-alih menawarkan kursi lainnya di sana, Nathan Ryuu justru menawarkan kursi yang dia duduki. Kalau itu bukan pengujian untuk Shingo, lalu apa?     

Lelaki itu terlihat menyenangkan namun berbahaya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.