Inevitable Fate [Indonesia]

Mengajukan Lamaran



Mengajukan Lamaran

0I'll stand by you .. I'll stand by you     
0

Won't let nobody hurt you .. I'll stand by you     

- I'll Stand By You by The Pretenders -     

===========     

"Rasanya aku ingin setiap hari terbangun dengan kau ada di dekatku begini, Rei."     

Reiko mematung. Bukankah itu artinya ....     

Ah! Ahh! Tidak mungkin, kan? Reiko mencoba menghalau pemikiran gila dia yang muncul tiba-tiba dikarenakan ucapan Nathan Ryuu baru saja.     

Rasa-rasanya tidak mungkin kan saat ini lelaki itu sedang melamar dirinya? Memangnya mereka sudah berpacaran? Memangnya sedekat apa mereka sampai pria itu menyatakan ungkapan terdalamnya menggunakan bahasa tersembunyi laksana seorang ingin melamar kekasihnya?     

Maka dari itu, lebih baik Reiko tidak perlu memasukkannya ke dalam hati, karena rasanya tidak mungkin pria sehebat Nathan Ryuu akan menjatuhkan hati kepadanya. Masih banyak wanita muda lebih segalanya dari Reiko, iya kan?     

Memikirkan dengan akal warasnya, Reiko mengenyahkan dugaan terlalu tinggi itu dan membalas dengan senyumannya ke lelaki Onodera itu sebagai sebuah kesopanan.     

"Apakah ini artinya kau setuju, Rei?"     

Hah? Apa? Senyum gadis itu lenyap seketika setelah pria itu menanyakan hal tak terduga. "Ehh? Setuju?"     

"Ya, setuju menjadi pengantinku."     

Reiko hampir tersedak salivanya sendiri, dia sampai tak sadar akan kondisinya dan hendak bangun dari rebahnya, ketika serangan rasa nyeri menghantam keras dari dadanya yang diperban. "Ouch!"     

"Rei!" Nathan Ryuu segera bangun untuk menahan gadis itu agar tidak memaksakan dirinya duduk. "Jangan banyak bergerak dulu, kau belum sembuh sempurna."     

"Uffhh ... ya, um ... ini ...." Reiko sampai tak tahu bagaimana cara menanyakan hal tersebut ke pria Onodera yang sedang membantu dia kembali rebah.     

"Apa kau terkejut dengan ucapanku tadi?" Nathan Ryuu langsung memangkas basa-basi tak penting dan menanyakannya secara lugas saja.     

"I-itu ... Ryuu ... apa kau ... sungguh-sungguh?" Mata Reiko membola, tak percaya apa yang tadi sudah dia duga dan enyahkan dari pikiran, ternyata memang seperti itu nyatanya yang dimaksud oleh Nathan Ryuu. Apalagi, pria itu mengangguk tegas dibarengi senyum khasnya.     

"Ya, tentu saja aku serius! Apakah aku tampak seperti sedang bermain-main?" Nathan Ryuu balik bertanya. Tuan, kau mengatakan itu dengan senyum riang begitu, bagaimana mungkin Reiko tidak curiga kau hanya sedang menggodanya saja?     

"Tapi, Ryuu ... kita kan ...." Bagaimana cara menyampaikan bahwa mereka belum cukup akrab dan dekat untuk menjadi pengantin. Jangankan itu, keakraban menjadi kekasih saja belum terjadi! Apakah lelaki ini masih waras?     

"Kita kenapa, Rei? Apa aku kurang pantas menjadi pengantinmu?" Kini wajah tampan itu seakan mulai muram dengan dua alis tebal yang terangkat tinggi-tinggi mempertanyakan hal seperti itu pada Reiko.     

Hati Reiko menjerit ingin menangis. 'Bukan kau yang tak pantas bagiku, tapi aku yang sama sekali tidak sepadan untukmu, Tuan!' raung Reiko dalam benaknya. Tapi dia berusaha tenang untuk menjawab, "Um, Ryuu ... tentu saja kau lebih dari cukup sebagai pengantin dan juga suami."     

"Bagus! Kalau begitu kita menikah saja, yah!" Duh, lelaki ini apakah sudah terbiasa mengucapkan apapun seenaknya secara lugas?     

Sebelum tercekik oleh kata-kata frontal Nathan Ryuu, Reiko buru-buru menyahut, "Tu-tunggu dulu, Ryuu! Jangan salah paham, yah! Tapi ... kita ini tidak akrab, ya kan?"     

"Baiklah, mulai sekarang, aku akan mengakrabkan diriku padamu!"     

Ya ampun lelaki ini! Reiko harus memberi kalimat apa kalau sudah didesak begitu? "Tapi, Ryuu ... yang namanya perasaan itu adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak bisa dipaksakan."     

"Hm, lalu? Kau ... menolakku?" Wajah muram itu datang lagi. Kali ini dengan kurva melengkung turun di mulut Nathan Ryuu.     

Pemandangan pria yang terpuruk karena penolakan menyebabkan Reiko jadi serba salah. Dia tidak bermaksud sekejam itu, tapi ... dia hanya ... masih merasa kaget, canggung dan ini terlalu tiba-tiba. Karenanya, Reiko pun mengatakan apa yang dia rasakan mengenai lamaran Nathan Ryuu.     

"Kau merasa kaget, canggung dan merasa ini terlalu tiba-tiba?" Nathan Ryuu mengulang kalimat Reiko yang disampaikan padanya barusan sebagai tanggapan atas lamarannya. Gadis itu mengangguk. "Kalau begitu, ayo jalani ini dengan pelan-pelan."     

"Aku-"     

"Aku tidak akan memaksamu, Rei. Tapi kau harus memberi aku kesempatan menunjukkan diriku dan membuktikan bahwa aku bisa dan pantas menjadi suamimu."     

Astaga pria ini ... Reiko sampai kehilangan kemampuan berkata-kata.     

"Bisa kan, Rei?" Kali ini wajah penuh mengharap ditampilkan di depan Reiko.     

Pria Onodera ini ... Reiko terdiam sejenak. Pria di hadapannya ini ... sudah berapa kali pria itu menyelamatkan dirinya dalam berbagai bahaya dan kemalangan? Entah apakah Reiko bisa membalas semuanya dengan sebaik mungkin.     

Dan kini ... pria ini menyatakan lamarannya, dia harus bagaimana? Rasanya terlalu kejam jika menolak, kan? Tapi Reiko takut ... dia takut kecewa. Berapa banyak dari teman-temannya yang mengalami kesengsaraan akibat patah hati? Banyak! Bahkan semuanya!     

Ohh, mungkin kecuali Runa dan mereka yang belum pernah berpacaran. Tapi, bukankah Runa pernah mengatakan padanya bahwa dia pernah merasakan patah hati ketika melihat Yuza berganti pasangan kencan di setiap akhir pekan dulunya?     

Lihat! Bahkan yang belum berpacaran saja bisa merasakan patah hati!     

Tapi ... apakah nantinya Nathan Ryuu akan menyakiti hatinya?     

"Rei?"     

"Aku ...."     

"Baiklah. Kalau begitu ... jadilah kekasihku!"     

"Ehh?"     

"Ya, aku pikir mungkin menakutkan bagimu jika aku langsung melamar menjadi suamimu, maka dari itu aku akan melamarmu sebagai kekasih. Bagaimana?"     

"Itu ... aku ...."     

"Masih menolak juga? Apakah menyukai salah satu dari mereka?"     

Reiko langsung memiringkan kepala dengan bingung. "He? Salah satu dari mereka? Siapa?"     

"Si takoyaki dan si okonomiyaki." Mungkin karena terlalu cemburu, Nathan Ryuu enggan menyebut nama masing-masing saingannya. Meski dia kaya, tampan dan penuh kuasa, namun Reiko memang benar, bahwa namanya perasaan itu tidak bisa dipaksakan meski oleh uang atau kekuasaan apapun.     

Oleh karena itu, mendadak saja Nathan Ryuu merasa rendah diri dikarenakan pemikiran Reiko tidak menganggap dia spesial dan mungkin menyukai Yuza atau Shingo.     

"Yuza-kun? Shingo-san?" Reiko mempertanyakan dua nama itu untuk mengonfirmasi dan Nathan Ryuu mengangguk dengan cemberut.     

"Ya, mereka. Aku pikir mereka adalah rival terberatku selama ini karena aku lihat, mereka sering berada di sekitarmu." Entah kenapa, wajah muram Nathan Ryuu justru tampak lucu di mata Reiko. Gadis itu sampai terkikik tanpa bisa ditahan. "Lihat, kau kini bahkan menertawaiku."     

"Hi hi hi ... maaf, Ryuu! Bukan maksudku begitu. Aku ... aku hanya belum pernah melihat wajah cemberutmu begitu."     

"Kenapa? Apakah ini menggemaskan?"     

"Ya ampun, Ryuu ... kau ini sungguh tidak bisa dipuji sedikit, yah?" Gadis itu menggeleng-gelengkan kepala.     

Pria Onodera pun tersenyum simpul sambil mengambil tangan Reiko yang terdekat dengannya dan berkata, "Rei, jadilah kekasihku agar aku bisa lebih maksimal melindungimu dan menjagamu."     

Pijaran mata yang membawa aura penuh akan kesungguhan dari Nathan Ryuu menerpa jiwa Reiko. Gadis itu bisa merasakan hatinya menghangat tanpa bisa dicegah. Apakah dia tergerak pada lelaki ini? "Ryuu ...."     

"Kamu bersedia?" Mata penuh asa bersinar penuh pijaran gembira.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.