Inevitable Fate [Indonesia]

Lakukan Dengan Pelan-Pelan, Oke!



Lakukan Dengan Pelan-Pelan, Oke!

0I'll be there for you .. These five words I swear to you     
0

When you breathe, I wanna be the air for you     

- I'll Be There For You by Bon Jovi -     

=============     

Pria Onodera pun tersenyum simpul sambil mengambil tangan Reiko yang terdekat dengannya dan berkata, "Rei, jadilah kekasihku agar aku bisa lebih maksimal melindungimu dan menjagamu."     

Pijaran mata yang membawa aura penuh akan kesungguhan dari Nathan Ryuu menerpa jiwa Reiko. Gadis itu bisa merasakan hatinya menghangat tanpa bisa dicegah. Apakah dia tergerak pada lelaki ini? "Ryuu ...."     

"Kamu bersedia?" Mata penuh asa bersinar penuh pijaran gembira.     

"Apakah berpacaran itu ... menakutkan?" Reiko malah bertanya seperti itu.     

"Aku akan meyakinkanmu bahwa aku ... hanya akan memberikan hujan bahagia saja untukmu, bukan sesuatu yang menakutkan." Mata lelaki itu semakin bersinar cerah mendengar Reiko. Ini artinya dia diterima.     

Baiklah, Reiko akan mencoba peruntungannya kali ini dan menaruh rasa percaya dia pada lelaki antusias ini dan berharap dia tidak akan mengalami patah hati seperti teman-temannya.     

"Kita harus merayakannya!" Segera kalimat itu meluncur penuh semangat dari Nathan Ryuu.     

"Heh?"     

"Ya! Ohh, karena kita tidak bisa menggelar pesta apapun karena kau sedang sakit, aku akan memindahkanmu ke rumahku!"     

"HEH?!"     

"Ohh, aku harus menelepon Bu Megumi untuk-"     

"Ryuu! Ryuu!" Reiko terpaksa menutup mulut lelaki menggunakan tangan bebasnya sebelum lelaki itu terus saja menghamburkan kalimat mengenai pesta dan apa tadi? Memindahkan dia ke rumahnya?     

Segera, Nathan Ryuu diam dan membiarkan telapak tangan Reiko tetap di mulutnya. Senyum khasnya terkembang sempurna hingga ke matanya. "Ya?" Ia meremas lembut tangan ke-ka-sih-nya untuk dia kecupi.     

"A-ahh! Jangan terlalu begini dulu, Ryuu!" Reiko menarik tangan yang dikecupi. Dia belum terbiasa! Dia belum terbiasa dengan segala jenis kemesraan!     

"Ohh, maaf." Nathan Ryuu segera bersikap lebih patuh bagai anak anjing. Ia seharusnya tidak menakuti kekasih barunya dengan tindakan apapun, kan?     

"Ehem! Ryuu, tidak perlu ada pesta apapun, apalagi hanya untuk hal ini, oke?"     

"Um! Oke!"     

"Dan juga tidak ada memindahkan aku ke rumahmu pula, oke?"     

"Ok-ehh? Apa?" Hampir saja dia mengatakan oke jika tidak segera berhenti karena merasa aneh dengan kalimat kekasihnya. "Tidak? Kenapa tidak?"     

Menghela napas kecil, Reiko berkata, "Ini masih merupakan hal sangat baru bagiku, Ryuu. Dan aku tidak ingin terlalu cepat. Bukankah kau mengatakan bisa melakukan ini pelan-pelan?"     

"O-ohh! He he ... baiklah jika memang itu keinginanmu. Aku akan pelan-pelan membawa hubungan kita ini ke arah lebih akrab dan lebih intim."     

"Tidak perlu terburu-buru, oke?"     

"Ya, tidak perlu terburu-buru."     

Mendengar lelaki itu menyetujui ucapannya, Reiko menghela napas lega. Bagaimana pun juga, dia belum pernah berpacaran dan dia butuh melangkah setahap demi setahap, bukan langsung berlari.     

Nathan Ryuu setuju untuk melangkah perlahan saja menapaki hubungan baru mereka. Meski dia tidak sabar ingin bisa menjadikan Reiko sebagai istrinya agar dia bisa lebih leluasa melindungi gadis itu dan memberikan yang terbaik untuknya, namun sepertinya dia masih harus menahan diri.     

Ini tidak sama seperti ketika dia dengan Ruby. Dulu dia bisa mempercepat langkahnya dengan Ruby karena mereka sudah sama-sama dewasa dan tidak perlu berpanjang lebar dalam menapaki hubungan, walaupun ternyata itu ada andil Vince Hong yang meminta Ruby lekas menikah dengannya.     

Ahh, mengenang Ruby dan Vince Hong, orang-orang terdekat di hatinya, Nathan Ryuu tidak bisa tidak tersenyum meski mendapatkan kepahitan dari Ruby.     

Baginya, Ruby merupakan cinta pertamanya, sesuatu yang akan terus melekat di otaknya dan juga di sudut paling tersembunyi di hatinya. Namun, bukan berarti dia masih mengharapkan mantan istrinya atau menginginkan wanita itu lagi. Tentu tidak.     

Mereka sudah memiliki nasib dan takdir masing-masing. Ruby sudah di dunia yang berbeda dengannya dan tidak mungkin digapai. Oleh karena itu, Nathan Ryuu tidak ingin terus mengejar bayangan Ruby dan harus menerima kenyataan bahwa Ruby ... sudah tak ada.     

Nathan Ryuu harus memandang ke depan, tidak perlu terus menengok ke belakang seperti beberapa tahun ini. Seharusnya dia sejak lama mendengar nasehat Itachi mengenai Ruby untuk melepaskan perasaan yang membelenggunya.     

Ternyata, begitu dia bertemu Reiko, Nathan Ryuu mulai bisa terbebas dari bayangan Ruby dan menyadari bahwa Reiko ia inginkan sebagai masa depannya. Bukankah menengok terus ke belakang itu membuat sakit leher?     

Dikarenakan Nathan Ryuu tidak ingin tolol lagi, dia pun menerima perasaan dia yang mulai diisi oleh Reiko dan menginginkan gadis itu hanya untuknya saja.     

-0-0-0-0-     

"Kenapa Ryuu-san selalu di sini setiap saat?" ucap Yuza dengan wajah cemberut tatkala dia menegok Reiko di rumah sakit.     

Langsung saja Bu Chiyo menampar kepala cucunya. "Memangnya apa urusanmu sampai ingin melarang Tuan Ryuu di sini, huh?"     

"Babaa ...." Yuza mengusap kepalanya. Ia bertanya-tanya apakah dia ini cucu tiri atau cucu pungut, sampai sang nenek begitu bersemangat memukul kepalanya.     

Reiko dan Nathan Ryuu saling bertatapan dan tersenyum. Lalu gadis itu berkata, "Tidak selalu setiap saat, kok! Kadang Ryuu pulang ke rumahnya."     

Yuza menatap Nathan Ryuu seakan menelisik kalimat yang Reiko katakan. Entah kenapa, dia tak percaya.     

"Ahh, karena Rei sudah ditemani Tuan Ryuu, maka kami akan langsung saja sekarang," ucap Bu Chiyo sambil menarik tangan cucunya dengan maksud ingin pergi.     

"Hee?! Babaa ... kita baru saja sampai di sini, kenapa langsung pergi?" Yuza berkata penuh keluhan. Dia masih kangen Reiko, tapi kenapa sang nenek begitu kejam?     

"Jangan rewel!" Bu Chiyo melotot.     

Oke, fix! Dia memang cucu pungut! Yuza menangis darah di hatinya.     

"Baachan, di sini saja dulu." Reiko berkata, mencegah dua orang itu pergi.     

"Benar, Bu Chiyo, temani saja dulu Reiko karena saya harus pergi sebentar mengurus sesuatu." Ucapan Nathan Ryuu mempertebal permintaan Reiko.     

Bu Chiyo menatap heran. "Heh? Memangnya tidak apa-apa?"     

"Tentu saja tidak apa-apa!" Reiko terkekeh. "Aku rindu kalian, ayo kita mengobrol, sementara Ryuu harus ke kantornya dulu." Ini jam 9 pagi dan Nathan Ryuu memang memiliki jadwal rapat di kantornya yang tidak bisa diwakilkan Itachi.     

Mata Yuza mendadak bersinar terang. Dia akhirnya bisa bertemu Reiko lebih lama! Langsung saja dia menyeret kursi bekas diduduki Nathan Ryuu dan duduk di samping ranjang Reiko.     

Jika tidak ingat ini tempat umum, mungkin Nathan Ryuu sudah menampar kepala Yuza menggantikan Bu Chiyo. Seenaknya saja merenggut kursi bekasku dan langsung mengambil kesempatan, heh? "Ya sudah, aku pergi dulu."     

"Umh!" Reiko mengangguk disertai senyum ke kekasihnya. Lalu beralih ke Bu Chiyo, "Baachan, tolong naikkan bagian atas ranjangku."     

"Sudah boleh setengah duduk?" Bu Chiyo memastikan.     

"Tentu. Dokter tadi sudah menyatakan aku sudah sembuh 80 persen." Reiko mengangguk.     

"Ahh, syukurlah!" Bu Chiyo pun menekan tombol pengaturan ranjang sesuai yang diinginkan Reiko.     

Tak lama, mereka mulai mengobrol. Yuza bersemangat menceritakan betapa dia merasa kesepian di lapak karena tak ada Reiko. Lalu, Runa juga datang karena ini adalah Sabtu, akhir pekan. Disusul Shingo.     

Mereka tak menyangka akan berkumpul seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.