Inevitable Fate [Indonesia]

Kencan Pertama



Kencan Pertama

0It's a new dawn .. It's a new day     
0

It's a new life .. For me     

- Feeling Good by Nina Simone -     

============     

Reiko sudah memindahkan barang-barangnya ke apartemen baru dia di Tokyo. Hanya dua tas ransel. Namun, yang paling banyak adalah barang dari Bu Chiyo, lebih tepatnya buah tangan Beliau, seperti beberapa sayuran dan buah. Sebagian dari hasil kebunnya dan yang lain membeli di pasar.     

Tidak cukup itu saja, juga beberapa makanan siap santap buatan Bu Chiyo. Beliau beralasan, "Supaya kau tidak kelaparan di Tokyo. Aku dengar di sana harga melambung tinggi untuk apapun. Kau tak boleh sampai tak makan, mengerti?"     

Bu Chiyo memang sudah memandang Reiko seperti cucunya sendiri, apalagi Reiko anak yang patuh dan menyenangkan hati, mana mungkin itu tidak menumbuhkan rasa sayang dari Beliau dan suaminya?     

"Nah, sudah semua, kan yah?" Reiko menatap apartemen barunya. Hanya sebuah apartemen jenis studio untuk satu orang. Meski kecil, namun itu malah membuat Reiko nyaman dan tempat ini juga bersih, dekat dengan pusat kota dan toko roti yang akan menjadi tempatnya bekerja.     

Malam ini, adalah malam pertama dia kembali ke Tokyo. Meski hingar-bingar dan penuh dengan kepelikan, namun tetap saja Tokyo menciptakan kesan manis tersendiri yang mendalam di hati Reiko.     

Saat Reiko hendak mencapai kamar mandi, dia mendengar ponselnya berdering lirih di atas meja. Ia pun meraihnya dan menggeser ke tombol terima.     

"Reiko-chan, kau mau makan malam denganku?" Suara di seberang terdengar.     

"Ohh, maaf, Yuza-kun. Malam ini aku sudah berjanji akan makan dengan Ryuu." Sembari mengatakan itu, Reiko segera membayangkan lelaki tampan Onodera yang memang sudah mengajaknya makan malam sejak kemarin.     

Sebagai rasa terima kasih, Reiko pun mengiyakan saja. Lagipula ... mereka kan kekasih!     

Maka, sebagai upaya untuk saling mengakrabkan diri, Reiko pun menerima tawaran Nathan Ryuu. Selama itu adalah hal baik, tak ada alasan bagi Reiko untuk menolaknya, kan?     

"Ohh, ternyata sudah dengan Ryuu-san, yah? Hm, ya sudah, kapan-kapan denganku, yah!" Yuza sepertinya tidak ingin menyerah.     

"Umh!" Reiko mengangguk. Di Jepang, terkadang cukup menggumam tegas 'umh' untuk mewakili jawaban 'iya', kepada sesama teman sebaya.     

Setelah meletakkan ponsel kembali ke meja, Reiko meneruskan rencana jangka pendeknya, mandi. Dia tidak ingin belum siap ketika kekasihnya datang.     

Tak sampai satu jam, Reiko sudah keluar dari kamar mandi dan telah memilih baju pula. Hanya kemeja kotak-kotak longgar biasa dengan padanan jins. Sesimpel itu saja. Lalu dia menyisir rambut, membiarkan tergerai bebas dan membubuhkan bedak tipis dan lipgloss. Tak ada riasan berlebihan.     

Ting tung!     

Terdengar suara bel unit dia. Reiko yakin itu adalah Nathan Ryuu. Ia pun membereskan penampilannya sekali lagi dengan cepat sebelum datang ke pintu dan mengintip sebentar dari lubang pintu.     

Memang lelaki itu. Fitur jangkung dan tampan Nathan Ryuu telah terekspos dari lubang pintu. Yakin itu orang yang dia nanti, Reiko pun membuka pintunya.     

"Aku tidak terlambat, kan?" Pria Onodera menyambut kekasihnya dengan senyum khas yang akan melelehkan hati para wanita.     

"Terlambat apanya? Ini kan hanya makan malam saja." Reiko membalas senyum itu. Dan senyumnya terhenti ketika dia melihat tangan Nathan Ryuu menyodorkan sesuatu padanya. "Apa ini?"     

"Hadiah kencan pertama kita." Lelaki itu berkata secara enteng.     

Reiko menerima buket bunga mawar merah dan juga ada beberapa kotak. "Coklat dan ... roti?" Ia menatap lelaki Onodera untuk mengonfirmasi isi kotak-kotak itu.     

Anggukan kepala Nathan Ryuu menjawab pertanyaan Reiko. "Kuharap kau menyukainya. Aku kurang tahu kau lebih suka coklat atau roti, maka dari itu aku siapkan keduanya saja."     

"Terima kasih." Reiko sembari menghirup mawar di tangan kirinya. "Namanya hadiah dan pemberian tulus dari seseorang, tentu akan aku terima dan aku sukai."     

"Anak baik." Nathan Ryuu menjangkau puncak kepala Reiko dan menepuk lembut di sana, seakan ibu yang memuji anaknya. "Sana, bawa masuk dan simpan dulu hadiah kencanku."     

Reiko mengangguk dan kembali masuk untuk meletakkan terlebih dahulu coklat, roti dan bunganya. Khusus untuk mawar merah itu, dia langsung menaruh di salah satu vas yang tersedia di tempat ini dan memberi air.     

Setelah kegiatan singkat itu, Reiko kembali ke depan dimana kekasihnya berdiri menunggu. "Ayo!"     

Nathan Ryuu melengkungkan lengan ke Reiko, memberi kode. Reiko tertawa kecil dan paham. Gadis itu pun memasukkan satu lengannya ke lengkungan lengan pria Onodera sebelum mereka berjalan turun ke lobi dan keluar untuk makan malam.     

Di mobil mewah Nathan Ryuu, Reiko bertanya, "Akan ke mana kita?"     

"Apa kau memiliki pilihan tertentu?" Onodera Ryuu bertanya balik sambil menoleh ke sampingnya.     

"Yah, aku tidak memiliki pandangan tertentu, sih! Tapi aku harap kita tidak perlu ke restoran mewah hanya untuk makan malam saja, ya kan?" Reiko harus mencegah lelaki ini dari tindakan berlebihan seperti membawa dia ke sebuah restoran kelas elit. Baginya itu terlalu berlebihan dan buang-buang uang saja.     

"Ohh? Ha ha ha, sepertinya niatku sudah ketahuan terlebih dulu." Pria Onodera tertawa seakan benar-benar kepergok.     

Reiko menghela napas. Dugaannya benar. "Jangan di tempat seperti itu, yah Ryuu! Ke tempat makan biasa saja. Yang penting tempatnya bersih, nyaman dan makanannya enak. Oke?"     

"Mana mungkin aku menolak saran dari calon istriku?" goda Nathan Ryuu.     

"Ryuu, kau ini ....." Reiko tersipu mendengar dia disebut sebagai calon istri. Itu ... menghangatkan hatinya.     

Kemudian, mobil pun diarahkan ke sebuah restoran keluarga biasa bernama Tropiza Family. Yang istimewanya, itu merupakan restoran makanan Indonesia. Reiko pernah beberapa kali ke tempat itu dan dia menyukainya. Karena dia memiliki darah Indonesia, tentu dia ingin membiasakan diri dengan kuliner Indonesia.     

"Biar aku pesankan makanan enak di sini." Reiko mengambil buku menu dan membaca apa saja yang dia inginkan. "Ayam geprek sambal setan, udang tepung saus padang, sate kambing, sayur asam. Nasi dua porsi."     

Pelayan langsung mencatat apa saja yang diucapkan Reiko. "Minumnya, Bu?"     

"Es teler ... satu. Es soda gembira ... satu. Itu dulu." Reiko menutup buku menu dan mengembalikan ke pelayan. Lalu, pelayan itu pun pergi dari meja Reiko.     

Ketika Reiko kembali beralih ke Nathan Ryuu, ternyata pria itu sedang menatap lekat padanya sambil senyumnya tak menghilang dari wajah tampan itu. "Ke-kenapa? Um, maaf yah! Aku malah mendominasi memilihkan makanan untukmu."     

"Tidak masalah."     

"Tapi ... tapi aku yakin apa yang aku pilihkan sangat enak. Kau harus mencoba!"     

"Tentu, aku takkan keberatan."     

"Kuharap itu nanti sesuai dengan seleramu."     

"Pasti."     

"Ryuu!"     

"Hm?"     

"Jangan melihatku terus seperti itu!" Reiko berbisik keras sambil wajahnya merona.     

Kekehan tawa keluar dari mulut Nathan Ryuu. "Aku sedang menikmati kencanku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.