Inevitable Fate [Indonesia]

Hadiah Kencan Pertama



Hadiah Kencan Pertama

0You know it's true .. Everything I do .. I do it for you     
0

- Everything I Do by Bryan Adams -     

============     

Melihat sepertinya Reiko ingin ikut dalam lomba grup utaite itu, mana mungkin Nathan Ryuu tidak tergerak. Dia mendukung jika Reiko ingin ikut dan berkata, "Serahkan itu padaku, aku akan berikan ruangan seperti yang kau mau." Suara Nathan Ryuu sampai di pendengaran Reiko.     

"Ehh?!" Gadis itu melongo. Lelaki ini ... kenapa semua hal tampaknya begitu remeh dan kecil di mata lelaki satu ini?     

Hendak mengubah salah satu ruangan di apartemennya menjadi ruangan kedap suara? Bukankah itu akan menjadi sesuatu yang cukup merepotkan saat melobi pengurus apartemen dan belum lagi pemasangan panel akustik dan hal-hal berkaitan begitu ... itu sungguh merepotkan. Reiko sudah pernah mengalaminya di apartemen lama.     

Tapi pria ini ... dia seolah menganggap pembuatan ruangan kedap suara hanyalah semudah makan dan minum.     

Sebelum Reiko terkagum-kagum dengan sikap santai Nathan Ryuu yang seperti itu, dia tersadar bahwa lelaki di sampingnya itu merupakan sosok powerful dan mampu memerintahkan uang untuk apapun keinginannya.     

Tak dirasa, mobil sudah tiba di depan gedung apartemen Reiko. Mereka berdua turun bersama dan Reiko tidak keberatan saat Nathan Ryuu menggenggam tangannya sembari mereka berjalan masuk.     

Sesampainya di unit apartemen Reiko, Nathan Ryuu berkata, "Kau masuklah dulu."     

"Ehh?" Reiko kurang paham maksud ucapan kekasihnya.     

"Masuklah dan kunci pintu dengan baik. Tunggu aku sebentar, yah!" Lalu, pria Onodera itu berbalik begitu saja dan pergi tanpa memberi kesempatan pada Reiko untuk merespon.     

Bingung dengan maksud Nathan Ryuu, Reiko pun memilih melakukan yang disuruh sang kekasih. Ia masuk dan mengunci pintu apartemen dengan baik lalu berjalan gontai ke dalam.     

Teringat akan hadiah kencan yang diberikan Nathan Ryuu tadi, Reiko pun membuka bingkisan pertama, kotak seukuran 30 x 15 x 5 sentimeter dan matanya terbelalak. Bukankah ini adalah coklat merk mahal?     

Ini adalah merek coklat dari Perancis. Di tahun lalu, satu kotak ini seharga 550 dolar, sekitar 7,3 juta rupiah. Dikatakan sebagai salah satu coklat termahal di dunia. Isinya terdiri dari truffle, bon bons, coklat putih, dan chip cokelat.     

"Astaga, Ryuu ...." Reiko mendesah tak berdaya sambil tangannya terus membuka bungkus coklat. Matanya berbinar ketika melihat di dalamnya ada beberapa jenis coklat. Coklat berwarna kehitaman, sedikit keemasan atau sedikit pucat, semuanya mengkilat, dan terlihat mewah.     

Tangannya terjulur untuk mengambil salah satunya dan memasukkan ke mulut. Segera senyum penuh bahagia dengan mata terpejam nikmat mengiringi suara, "Ummhhh ...." Sebagai penyuka coklat, mana mungkin ini tidak seperti surga baginya? Terlebih ini coklat mahal yang hanya bisa menjadi angan-angan Reiko saja.     

Sekarang, benda di angan-angannya berada tepat di depan mata dan bebas diakses untuk dimasukkan ke dalam mulut.     

Sesuatu seolah meledak di dalam mulut Reiko, sensasi mewah nan elit dari cairan pekat yang mengisi coklat tersebut, seakan meleleh dengan anggunnya di lidah dia. Benar-benar merek tidak membohongi rasa. Ehh, atau sebaliknya? Terserahlah!     

Yang penting, Reiko merasa sedang di awang-awang dengan beberapa butir coklat. Namun, dengan sangat terpaksa dan berjuang, dia menutup kardus coklat sebelum dia kehilangan kontrol dan menghabiskan seluruh isi di kotak itu.     

Yah, perempuan mana di dunia ini yang memiliki imun terhadap coklat? Adakah?     

Dadanya berdebar-debar dengan senyum terkembang sempurna di wajah usai menikmati beberapa butir coklat praline itu. Segera menjauhkan kotak tersebut sebelum godaan tak bisa dia bendung.     

Tangan Reiko meraih kotak selanjutnya. Apa ini kira-kira isinya? Ia berdebar-debar. Jika kota sebelumnya berharga sekitar 7 juta lebih rupiah, bagaimana yang ini?     

Ketika kotak pembungkusnya dibuka, mata Reiko menyipit. "Macaroon? Pierre Herme Paris?" Lekas dia mencarinya di internet mengenai macaroon ini.     

Namun, segera ... mata menyipit itu langsung saja membelalak ketika melihat melihat harga merek itu di sana. Ada yang mencapai 57 juta rupiah satu kotaknya! Reiko menatap macaroon di sampingnya dan bertanya-tanya apakah ini yang jenis haute couture-nya?     

Tangannya gemetar saat meraih salah satu dari macaroon cantik itu. Terasa lembut dan menyenangkan ketika jari lentiknya mengelus permukaan macaroon itu. Ketika hidungnya mencium cream di antara 2 puff macaroon itu, baunya unik, tidak seperti macaroon biasa yang diisi krim coklat atau vanila atau stroberi.     

Ini ... ia melirik lagi ponsel yang dia gunakan untuk menelisik merek itu dan dahinya mengernyit. Dikatakan macaroon ini mahal karena memiliki krim yang tidak biasanya. Ada yang rasanya balsamic vinegar, dan ada pula rasa fleur de sel (garam laut Perancis yang dikenal mewah dan mahal).     

"Hah?! Astaga ...." Reiko meneliti satu macaroon di jepitan dua jarinya. Bahkan untuk memasukkannya ke dalam mulut saja rasanya sayang. Tapi ... tapi dia penasaran! Macaroon seharga 7.000 dolar atau setara 57 juta rupiah ... seperti apa rasanya.     

Dengan tangan gemetar dan ragu saat mendekatkan roti mahal itu di dekat mulutnya, mendadak bel apartemennya berbunyi. Sontak saja Reiko terkejut dan mengembalikan macaroon tadi ke wadahnya, secara cepat menutup kotak itu dan berlari ke depan.     

Ketika membuka pintu, wajah tampan Nathan Ryuu sudah menyambutnya dengan senyum. "Rei, ini pengelola apartemen, dan Beliau sudah setuju dengan rencanamu ingin mengubah salah satu ruanganmu menjadi ruangan kedap suara."     

"He?" Reiko bingung. Begitu cepat? Dulu, dia saat di apartemen lama, dia butuh beberapa hari untuk mendapatkan ijin pemilik gedung mengenai ruangan kedap suara. Dan ini ... lelaki ini hanya mungkin dua puluhan menit saja bisa membuat pemilik gedung menerbitkan ijin tadi?     

Yah, Reiko mungkin tidak tahu bahwa Nathan Ryuu telah membeli unit apartemen tersebut dan tentu saja dia bebas merombak apartemen seperti apapun keinginan penghuninya. Bukan hal sulit untuknya.     

Sepertinya lelaki ini akan menderita gatal-gatal di sekujur tubuhnya jika ia tidak menghamburkan uang ke sana dan ke mari.     

Maka, kesepakatan telah terjadi dan Nathan Ryuu akan membawa Reiko ke sebuah hotel agar ruangan kedap suaranya bisa segera dikerjakan besok paginya.     

"Aku ingin tidur semalam di sini, tak apa, kan? Besok pagi sebelum pergi ke toko roti temanmu, aku akan mengepak barang-barangku dulu." Reiko menatap kekasihnya.     

Tapi, pria itu menggelengkan kepala. "Saranku, lebih baik kau tidur di hotel saja malam ini agar besok pagi kau tak perlu repot ini dan itu sebelum tukang datang. Percayalah, Rei." Tangan Nathan Ryuu mengelus pipi Reiko penuh sayang.     

Meneguk ludah karena gugup, Reiko mengangguk bagai terhipnotis. Sedangkan pengelola apartemen menggaruk tengkuknya dengan canggung melihat adegan di depannya.     

Maka, sudah diputuskan, Reiko tidur di hotel malam ini.     

"Rei, sepertinya akan lebih praktis jika kau tidur di rumahku saja." Pria Onodera memberikan saran.     

Reiko menoleh dan mematung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.