Inevitable Fate [Indonesia]

Awal yang Baru



Awal yang Baru

0It's a new world, it's a new start     
0

It's alive with the beating of young hearts     

It's a new day, it's a new plan     

I've been waiting for you     

- Here I Am by Bryan Adams - OST Spirit: Stallion of The Cimarron -     

============     

Malam ini, Reiko mau tak mau menginap di hotel karena besok pagi kamarnya akan dirombak dijadikan ruangan kedap suara. Sudah pasti segala biaya akan ditanggung oleh Nathan Ryuu. Mana pernah lelaki Onodera itu memperbolehkan Reiko sebagai kekasihnya mengeluarkan uangnya sendiri.     

Terlebih, gadis itu juga tidak memiliki cukup uang pula. Maka, Reiko hanya bisa merasa berhutang budi lagi pada Nathan Ryuu. Jika pemikiran ini diketahui lelaki itu, Nathan Ryuu pasti akan menegur agar Reiko tidak perlu memusingkan mengenai hal demikian.     

Mungkin bahkan lelaki itu akan menjawab, "Kalau ingin membayar hutang budi, maka jadilah istriku yang baik."     

Usai mengantarkan Reiko ke kamar hotelnya, Nathan Ryuu pamit pergi.     

"Tidurlah yang baik dan jangan lupa setelah aku pergi ini, kuncilah semua pintu dan jendela. Besok mungkin aku akan menghubungimu." Demikian pesan lelaki Onodera ini pada gadisnya sebelum dia benar-benar berbalik dan pergi.     

Reiko mengangguk. Hatinya terasa diselubungi udara hangat yang menyenangkan. Perhatian Nathan Ryuu memang begitu besar padanya. Ia tidak mengira dirinya yang biasanya mendapatkan kemalangan hidup, bisa secara mendadak dilimpahi keberuntungan dengan hadirnya lelaki itu.     

Apakah ... Onodera Ryuzaki merupakan jimat keberuntungan Reiko di hidupnya ini untuk mengenyahkan segala kesialannya?     

Menutup pintu dan menguncinya, Reiko pun kembali ke kamar dan berbaring damai di tempat tidur. Ia membalas pesan teman grup utaitenya dan mengatakan bahwa kemungkinannya dia akan ikut.     

Meski Nathan Ryuu membuatkan ruangan kedap suara, namun Reiko belum mengetahui dengan pasti jadwal dia di toko roti, apakah akan sibuk luar biasa atau sesuai dengan jam kerja biasanya orang-orang di Tokyo.     

Jepang memiliki aturan jam kerja tidak melebihi 8 jam perhari dan tidak lebih dari 40 jam dalam seminggu. Dan akan ada waktu istirahat selama 45 menit. Ini adalah sistem jam kerja pada umumnya di Jepang, disebut sebagai Kotei Jikan Seido (Fixed Time System).     

Reiko belum tahu apakah toko roti nanti menerapkan sistem ini atau lebih dari 8 jam sehari. Besok dia akan mengetahuinya.     

-0-0-0-0-     

Pagi jam setengah 6, ponselnya berbunyi ketika Reiko baru saja selesai mandi. "Ya, Ryuu?"     

"Apakah kau sudah bangun?" tanya Nathan Ryuu di seberang.     

"Um, ini malah aku baru saja mandi."     

"Ohh, baguslah kalau begitu. Nah, tentu kau bisa membukakan pintu untukku sekarang, kan?"     

"Ehh?" Reiko seketika paham dan dia berlari ke depan. Di depan pintu memang sudah ada lelaki Onodera menaruh ponsel di telinganya. "Astaga, Ryuu!" Ia lekas membukakan pintu.     

Nathan Ryuu segera menghadirkan senyum khasnya. "Selamat pagi, Rei, kekasihku."     

Reiko tersipu malu. "Ryuu, tak perlu sampai begitu."     

"Yang mana?"     

"Itu ... ucapan kekasih tadi."     

"Loh, bukankah kau memang kekasihku, ya kan?"     

Rasanya sesuatu yang sia-sia saja berdebat dengan pria ini. Reiko pun mengabaikan dan menyuruh lelaki itu masuk ke kamar hotelnya.     

"Apakah nyaman di sini? Kau tidur nyenyak?" tanya Nathan Ryuu sambil melepas mantelnya.     

"Ya, di sini memang nyaman dan aku semalam tidur seperti anak kucing." Reiko membuat air panas. "Teh atau kopi, Ryuu?"     

"Kopi saja. Jangan terlalu manis." Nathan Ryuu menjawab sambil dia duduk di salah satu bangku di mini-bar, memperhatikan Reiko membuatkan dia kopi. "Hm, tidur seperti anak kucing? Itu sungguh membuat aku penasaran, Rei."     

Reiko melirik kekasihnya. Apakah pria itu sedang menggoda dia? Dasar lelaki! Namun, Reiko tersenyum tanpa memberi respon lainnya sementara tangannya mengaduk kopi instan yang disediakan pihak hotel. "Nah, ini kopimu. Semoga sesuai dengan seleramu."     

"Tidak masalah asalkan itu kau yang membuatkan." Pria itu menerima cangkir kopinya dan perlahan menyesap sedikit. Sedangkan Reiko menyesap teh hangatnya. "Kau sudah siap dengan pekerjaan barumu ini?"     

"Ya." Reiko sudah meletakkan cangkir teh yang telah berkurang setengah isinya. Dia sengaja menuang air hangat saja bukan air panas karena dia lebih menyukai tehnya diseduh dengan cara itu. "Aku akan berangkat jam 6 lebih 15, sebentar lagi."     

"Aku antar saja, yah!" tawar Nathan Ryuu.     

"Tidak usah, terima kasih, Ryuu. Aku bisa sendiri," tolak Reiko karena dia tidak ingin terlalu ketergantungan akan kebaikan Nathan Ryuu. Memiliki kekasih sehebat Onodera Ryuzaki memang sebuah keberuntungan bagi dia, namun dia tidak ingin terus bergantung dan manja pada lelaki itu.     

Ia ingin mempertahankan kemandirian dia sebisa mungkin.     

"Hm, baiklah." Nathan Ryuu menghargai keinginan Reiko. Bagaimanapun, dia sangat memahami gadis di sebelahnya ini sangat mandiri dan tidak suka bermanja-manja pada perhatian orang lain.     

Pada jam yang sudah ditentukan, Reiko dan Nathan Ryuu keluar dari hotel itu sekaligus pria itu membayar biaya check out karena nanti malam tentu saja Reiko akan tidur di apartemennya sendiri.     

"Kita berpisah dulu di sini, yah!" Meski tak rela, namun Nathan Ryuu harus melepaskan gadisnya.     

Reiko mengangguk seraya menggumam tegas sebagai tanda setuju. "Umh!"     

"Jaga dirimu, selalulah ingat aku terutama ketika kau dalam bahaya. Mengerti?"     

"Iya, aku mengerti."     

"Ingatlah, bahwa kau ini kekasihku. Kau sudah menjadi kekasihku, maka kau juga harus melimpahkan sebagian bebanmu padaku, mengerti?"     

"Iya, Ryuu. Sudah, sana masuk ke mobilmu." Reiko tersenyum sambil menepuk pelan lengan kekasihnya.     

"Tidak ada kecup selamat jalan untukku?"     

"Ryuu!"     

"Ha ha ha, baiklah. Sampai bertemu nanti usai kau tiba di apartemen, yah!" Lelaki itu pun melangkah masuk ke mobilnya.     

"Umh!" Reiko mengangguk dan melambaikan tangan saat mobil yang membawa kekasihnya menjauh darinya. Ia pun menggenggam erat tali tas selempangnya dan mulai berjalan sembari berpikir apakah ia akan memakai kereta atau bus.     

Akhirnya, dia memilih bus dan ia berdiri di perhentian bus di pinggir jalan, mengecek jadwal di sana untuk mengetahui mana bus yang harus dia naiki untuk ke toko roti yang terletak di daerah Ikebukuro.     

Hanya butuh belasan menit saja mencapai destinasi yang ia ingin tuju.     

Ikebukuro merupakan distrik komersial dan hiburan yang sedang naik daun di Tokyo. Mulai banyak toko indie untuk anime dan manga memenuhi jalan-jalan di sekitarnya, dan penggemar cosplay berkumpul di Taman Naka-ikebukuro. Teater Metropolitan Tokyo menggelar konser klasik dan opera. Kafe bertema anime, toko ramen, dan bar sushi adalah salah satu pilihan bersantap eklektik di area ini.     

Reiko harus tiba di toko roti di jam setengah 7 pagi meski jam kerjanya dimulai jam 7.     

Ketika bus sudah mencapai perhentian di area terdekat toko rotinya, Reiko segera turun dan berlari ke arah toko roti bernama Magnifico Bakery & Pastry. Itu merupakan salah satu toko roti dan kue yang sedang naik daun di Tokyo sejak beberapa bulan ini.     

Sesampai di bangunan dengan luas 740 meter persegi berlantai dua itu, Reiko menemukan bahwa pintu depan masih dikunci. Tentu saja. Ini belum merupakan jam buka toko. Semua pegawai pastinya harus melalui pintu samping atau belakang.     

"Reiko-san?"     

Reiko menoleh ke belakang dan tertegun, "Shingo-san?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.