Inevitable Fate [Indonesia]

Cepat Belajar



Cepat Belajar

0ni hwakshineul euishimhaji ma marajweo ttodashi mangseorineun ireun haji marajweo     
0

(jangan meragukan dirimu sendiri, jangan ragu lagi)     

- Don't Give Up by Twice -     

==========     

Reiko berjalan mengikuti Ino, sedangkan Yuza dan Shingo ditinggal begitu saja di depan papan tulis besar itu.     

Gadis itu melirik ke belakang, dan menemukan Yuza dan Shingo sedang mempelajari tulisan pembagian kerja di papan tulis itu dan kemudian ada seorang pria menghampiri mereka.     

"Reiko-san, di sini ruangan kita." Ino sudah membawa Reiko ke sebuah sudut ruangan. "Tempat ini memang tidak bersekat-sekat seperti ruangan pada biasanya dan memang selapang ini di sini, namun ada meja-meja yang sudah diatur pembagiannya untuk grup-grup."     

"Ohh, baik, Ino-san." Reiko mulai konsentrasi pada penjelasan Ino.     

"Sebentar lagi ruangan ini akan dipenuhi karyawan. Sebelum itu, aku sebagai ketua grup akan mengajarimu dan membimbingmu. Apa kau sudah tahu bagaimana cara mengurus adonan dasar untuk bakery?" Kemudian, Ino secara sabar memberikan pengajaran kepada Reiko sebagai pemula.     

Ino memberikan penjelasan mengenai apa itu bakery, apa itu pastry, dan berbagai macam lainnya. Reiko terus menyimak dan memerhatikannya.     

Dan ketika jam 7 tepat, semua karyawan memang memenuhi ruangan luas tersebut dan mereka segera sibuk dengan grup masing-masing.     

Karena Reiko karyawan baru, dia tidak saja mendapatkan bimbingan dari Ino saja namun dari semua anggota grup dia. Ia akan diajak menonton terlebih dahulu dari cara menimbang bahan, lalu mencampurnya di mixer jumbo, lalu mengadoninya, dan berbagai macamnya hingga ke tahap akhir.     

Reiko dengan penuh perhatian dan asyik menyimak seluruh pelajaran yang dia terima. Dia sama sekali baru di bidang ini, namun sudah sejak lama dia memendam keinginan ingin tahu cara membuat roti. Oleh karena itu, dia memaksimalkan kinerja otak untuk menyerap segala informasinya.     

"Wah, Reiko-san ternyata cukup cepat paham, yah!" Salah satu rekan grup dia, Kirishima Enma, gadis berusia 19 tahun, memuji Reiko atas kecepatan belajar gadis itu.     

"Ahh, ini karena kalian semua begitu sabar dan menjelaskan segala hal dengan baik, Enma-san." Kemudian Reiko membungkuk melakukan ojigi singkat sebagai tanda terima kasihnya.     

"Ha ha ha, aku senang rekan yang cerdas dalam bekerja dan juga dalam bicara." Enma memeluk singkat Reiko sambil tertawa riang.     

"Ya, memang paling lega kalau memiliki rekan kerja cerdas yang cepat mengerti semuanya." Rekan lainnya, Kamazuki Tokiya, pemuda berusia 25 tahun, memberikan komentar.     

"Nah, nah, ayo kita lanjutkan bekerja. Siapa tahu pekerjaan lebih cepat selesai dan kita bisa pulang lebih awal." Ino menepuk tangan memberi semangat anggota grupnya.     

"Ehh? Pulang lebih awal?" tanya Reiko cukup heran.     

"Iya, Reiko-san. Di sini, grup yang sudah menyelesaikan target kerjanya dalam satu hari, maka bisa pulang lebih awal." Iwasaki Rukia, gadis berusia 26 tahun, menjelaskan.     

Mengangguk paham, Reiko pun mengerti. Ini tadi tidak disampaikan oleh Manajer Akeno maupun ketua grupnya, Ino. Tapi dia lega juga jika memang ada sistem macam ini. Dia tidak perlu bekerja 11 jam jika memang grupnya bergerak cepat dan efisien.     

Dengan mengetahui ini, Reiko makin bersemangat menjalani pekerjaannya. Kalau memang dia bisa pulang lebih awal, alangkah bagusnya. Dia bisa melakukan hal lainnya di apartemen. Bahkan mungkin dia bisa kembali menekuni kegiatan dia sebagai yutuber.     

Memikirkan mengenai itu, pikiran Reiko melayang ke apartemennya, apakah saat ini ruangan dia sudah mulai dikerjakan tukang panggilan Nathan Ryuu? Dia sudah menyerahkan kartu kunci apartemen dia ke lelaki itu dan berjanji akan menghubungi pria Onodera itu apabila dia sudah selesai bekerja hari ini.     

Dan ketika jam 12 siang tiba, banyak karyawan yang memanfaatkan jam istirahat mereka. Ada yang ingin menghabiskan 60 menit sekaligus, ada juga yang hanya menghabiskan 45 menit dan nanti mereka bisa rehat lagi di sore hari.     

"Reiko-san, kau ingin rehat berapa menit?" tanya Rukia sambil mereka berdiri bersebelahan berjajar di tempat cuci tangan.     

"Mungkin aku akan mencoba 45 menit dulu." Reiko menjawab.     

"Aku mungkin akan ambil 60 menitku." Enma di samping lain Reiko, menyahut.     

"Ohh, Enma-san ingin ambil 60 menit? Aku akan bergabung denganmu kalau begitu!" Tokiya ikut bicara.     

"Ayo kita lekas ambil makan siang kita!" Ino mengkomando grupnya yang terdiri dari Reiko, Rukia, Enma dan Tokiya.     

Reiko mengangguk dan mengikuti rekan grupnya keluar dari lantai 1 menuju ke lantai atap. Kata Ino, para karyawan biasanya menghabiskan jam istirahat mereka di atap meski ada juga yang keluar untuk mencari makan.     

Mempelajari dari yang ada, Reiko pun paham mengenai bangunan Magnifico dan fungsinya. Toko roti itu memang memiliki 2 lantai luas dan atap disebut lantai 3 semu. Itu digunakan para karyawan selama jam rehat.     

Lantai 1 dibagi menjadi 2 bagian, untuk tempat menjual roti dan sebagai ruangan kerja, terutama pekerja bagian bakery dan pastry yang memiliki peralatan berat seperti mixer-mixer jumbo dan oven-oven besar.     

Sedangkan di lantai 2 juga dibagi menjadi 2 bagian pula, yaitu sebagai kafe dan tempat bekerja karyawan bagian cokelat dan beverage dimana peralatan mereka tidak sebanyak dan seberat bagian di lantai 1.     

Antar lantai memiliki 2 lift: untuk pegawai dan konsumen. Tentu saja lift memudahkan distribusi produk dari lantai atas ke lantai bawah.     

Magnifico memang dibangun dengan serius oleh pemiliknya, sehingga toko roti itu lekas berkembang dan terkenal.     

"Reiko-san!" Sebuah suara memanggil dari belakang Reiko ketika gadis itu sedang mengambil nasi kotak bagiannya dan hendak mencari tempat duduk.     

Reiko menoleh ke belakang dan ada Yuza juga Shingo berjalan mendekat. "Ohh! Yuza-kun, Shingo-san." Ia mengangguk ke mereka berdua. Yuza bersikap riang seperti biasa dan Shingo tetap tenang terkendali seperti karakter dia. "Kalian lekaslah ambil kotak nasi kalian."     

"Ya, sudah." Yuza mengangkat nasi kotak yang sama dengan Reiko. Shingo cukup mengangguk sebagai jawaban dan ada nasi kotak pula di tangan dia.     

Magnifico memang menyediakan nasi kotak untuk para karyawannya.     

"Mau makan bersama dengan grupku?" tawar Reiko.     

"Boleh!" Yuza melebarkan senyumnya. Dalam hatinya, apapun boleh selama ada Reiko.     

Kemudian, Yuza dan Shingo pun berkenalan dengan rekan grup Reiko. Mereka dengan cepat menjalin keakraban. Mengobrol sembari makan di atas bangku paten yang tersebar mengelilingi tempat itu.     

"Yu-kun!" teriak seorang gadis sambil berlari riang menghampiri Yuza.     

Berlawanan dengan raut gadis tadi, wajah Yuza malah cemberut. Sepertinya dia tidak begitu suka dengan kehadiran gadis itu.     

"Hei, fansmu, tuh!" Shingo menyenggol lengan Yuza sambil berbisik lirih. Yuza mendelik kesal pada Shingo di sebelahnya.     

"Yu-kun! Ternyata kau sudah di sini!" Gadis riang itu tersenyum secerah sinar mentari saat ini.     

"Erina-san, sepertinya kau penuh energi hari ini," goda Ino pada gadis tadi.     

Erina yang dibisikkan sebagai fans Yuza oleh Shingo pun meringis riang. "Bolehkah aku duduk di sini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.