Inevitable Fate [Indonesia]

Pelukan Sebagai Hadiah



Pelukan Sebagai Hadiah

0I'm here, sobani iruwa (aku di sini di sampingmu)     
0

Believing, osorenaide (percayalah, jangan takut)     

Shinji au koto (memercayai satu sama lain)     

- For You by AZU - OST. Naruto -     

============     

Di mobil mewah Nathan Ryuu, Reiko mendapati pria itu duduk di sebelahnya dan wajah tampannya terus memancarkan aura menyenangkan dan menenangkan bagi Reiko.     

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Lelah?" tanya pria Onodera sambil hadapkan tubuhnya ke Reiko.     

Gadis itu mengangguk. "Umh! Tentu saja lelah, apalagi aku harus mempelajari berbagai hal baru. Tapi ... itu justru menjadi aku semakin tertantang untuk berhasil menguasainya."     

Kemudian, Reiko menceritakan apa saja pengalaman dia selama seharian ini di toko roti Magnifico. Dia menceritakan dengan penuh semangat.     

Melihat mata berbinar Reiko ketika bercerita, Nathan Ryuu merasa lega di hatinya karena berhasil memberikan pekerjaan yang menyenangkan untuk gadis tercintanya. Ia bahkan tidak meniadakan senyum khasnya sepanjang kekasihnya bercerita.     

"Oh ya, bagaimana kamarku?" Reiko teringat akan itu. Pastinya di jam ini, tukang sudah selesai dengan pekerjaan mereka, kan? Walaupun Reiko juga bisa mengerjakan sendiri dalam memasang panel akustik[1] untuk ruangan kedap suara, tapi kekasihnya bersikeras ingin membuatkan untuk Reiko.     

"Tentu saja sudah beres dari tadi jam 4. Kau bisa melihat hasilnya setelah ini." Nathan Ryuu menjawab dengan keyakinan tinggi. Bagaimana pun juga, dia menggunakan sekelompok tukang terbaik yang dia kenal. "Tapi, kalau hasilnya kurang memuaskan seleramu, tentu kau boleh mengatakannya dan kita bisa atur hari berikutnya untuk merombak sesuai keinginanmu."     

Meski tak ingin menjadi rewel, tapi ruangan kedap suara memang tidak boleh salah dalam pengerjaannya. Walau sedikit saja kesalahan terjadi, maka akan ada suara yang bocor keluar dan itu akan menyia-nyiakan keseluruhan pekerjaan.     

"Ya, nanti coba aku lihat dulu bagaimana hasilnya." Reiko berdebar-debar menunggu bagaimana nanti kamarnya akan terlihat.     

Ketika mobil itu sudah berhenti di depan gedung apartemen Reiko, keduanya turun dan berjalan bersama. Sudah pasti Nathan Ryuu menggandeng tangan gadisnya hingga mereka sampai di depan unit apartemen Reiko.     

Mengeluarkan kartu kunci kamar dari sakunya, Nathan Ryuu membuka pintu. Semua tukang sudah tak ada di sana dan ruangan juga sudah rapi seperti tak ada apa-apa. Onodera muda sudah menginstruksikan pada pengelola apartemen untuk mengawasi tukang sehari ini dan mengunci unit Reiko begitu tukang telah menyelesaikan semua tugasnya.     

Tentu saja akan ada uang tambahan yang dikeluarkan Nathan Ryuu untuk membayar tenaga si pengelola apartemen. Namun, jumlah uang yang dikeluarkan sungguh tidak berarti di mata lelaki itu. Bahkan itu seperti dia menepiskan debu di bajunya saja.     

Reiko mengikuti Nathan Ryuu masuk ke dalam huniannya. Ketika dia berjalan ke kamar yang dibuka oleh Nathan Ryuu, matanya membulat lebar dan mulut ternganga. "A-apakah ini benar-benar kamarku? Ryuu, mungkin kita salah masuk unit?"     

Memandang gadisnya yang tengah melongo takjub, Nathan Ryuu yakin bahwa hasil tukangnya memuaskan kekasihnya. "Bagaimana, apakah kau suka?"     

Reiko berjalan berkeliling. Kamarnya mendadak berubah wajah! Ruangan itu menjadi terkesan lebih luas setelah beberapa lemari disingkirkan ke salah satu ujung ruangan. Dan warnanya ... itu benar-benar melebihi ekspektasi Reiko.     

Kamarnya yang sebelum ini berdinding putih membosankan, kini telah berubah sesuai warna kesukaan dia.     

Merah muda!     

Reiko menyukai warna itu. Dan kini kamarnya ... ini sungguh merupakan dinding dengan panel-panel besar berwarna kelabu tua yang dilekatkan pada dinding merah muda, mempermanis keseluruhan suasana. Bahkan bagian plafon pun ia yakini berpelapis panel akustik untuk meredam suara.     

Biasanya akan diberi gipsum sebelum ditempeli panel akustik. Dan hal ini yang biasanya tidak bisa dijangkau Reiko di apartemen lamanya. Dia tak mampu mengerjakan hingga ke plafon dan hanya fokus pada sekeliling dinding dan tirai saja.     

Namun, dengan bantuan pria Onodera, kini dia bisa menikmati yang namanya ruangan kedap suara secara utuh dan keseluruhan. Lihat, bahkan jendela kamarnya sudah berganti pula dengan tirai berbahan kedap suara.     

"Ohh! Aku sangat menyukai kamarku ini, Ryuu! Aku ingin tinggal di sini selamanya." Terpikat dengan nuansa merah muda yang tidak berlebihan di dinding kamarnya, Reiko merasa jatuh cinta setengah mati pada kamarnya.     

"Hm, kuharap kau tidak bersungguh-sungguh, Rei, karena nantinya kau harus pindah dari sini untuk menjadi istriku."     

Ucapan Nathan Ryuu mengakibatkan bagai ada gesekan biola rusak di telinga Reiko. Ia menoleh ke lelaki yang tengah berdiri penuh percaya diri. "Ryuu ... jangan menginterupsi kebahagiaanku saat ini." Lalu dia pun tertawa geli setelah melihat wajah sedih kekasihnya. "Aku hanya bergurau. Jangan marah, yah!"     

Yah, bagaimana mungkin Reiko memarahi orang yang telah membantunya mengubah kamar menjadi semenakjubkan begini? Ia pun lekas menghibur Nathan Ryuu dengan memberikan pelukan tulus seraya mengucapkan, "Terima kasih, Ryuu."     

"Hm, rasanya aku harus melakukan banyak bantuan untukmu agar bisa mendapatkan pelukan selanjutnya." Mata mereka bertemu dan senyum nakal terbit dari lelaki itu.     

"Tsk! Ya ampun! Kau memang tak bisa diberi celah sedikit, yah!" Reiko gemas dan mencubit pelan lengan kekasihnya.     

"Ha ha ha, ini karena pelukanmu merupakan hal langka, Rei. Jadi maklumi jika aku tergerak untuk terus menggalinya darimu." Lelaki itu tertawa renyah dan berkata, "Coba lihat di sudut yang sana." Telunjuk pria itu mengarah ke area di dekat jendela.     

"Ah ya! Ini yang aku dari tadi ingin lihat!" Reiko lekas melepaskan pelukannya dan berlari ke area yang dimaksud kekasihnya. "Ini benar-benar spektakuler, Ryuu! Terima kasih!"     

"Hm, aku tidak mendapatkan pelukan lagi?" Wajah tuan muda Onodera terlihat muram dengan sudut mulut melengkung ke bawah, seakan menyimpan kesedihan tak berujung.     

Memutar bola matanya, Reiko mendecak sambil menghampiri kekasihnya. "Kau ini! Sungguh! Hghh, iya, iya, aku akan memelukmu." Dan ia benar-benar memasukkan dirinya ke dalam pelukan Nathan Ryuu.     

Kesempatan ini digunakan lelaki itu untuk mengecup kepala Reiko.     

"Ehh?!" Reiko lekas melonggarkan pelukan sambil memegangi daerah yang baru saja dikecup Nathan Ryuu.     

"Ada apa, sayank? Apakah ciumanku tadi menyakitimu?"     

"Unghh ... ini ciuman pertamaku dan kau mencurinya diam-diam. Sungguh menyebalkan!" Reiko berlagak kesal.     

"Hm? Ha ha ha, tenang saja, sayank, aku akan berikan semua pengalaman ciuman pertamamu dari atas sampai bawah."     

"Ryuu! Kau mesum!" Reiko memukul pelan dada kekasihnya.     

"Ha ha, atau kau sebenarnya kesal karena aku melakukannya secara diam-diam?"     

"Shut up, you pervert man." Mulut Reiko mengerucut sambil menjauh dari Nathan Ryuu, sedangkan pria itu makin tertawa.     

Reiko pun berjalan ke area tadi. Di salah satu dinding, ada spot ruangan yang sekiranya akan terlihat keren dan hebat jika dia melakukan siaran langsung di yutub-nya.     

Bagaimana tidak? Dinding berlapis panel-panel akustik berbagai bentuk, dari yang zig-zag, piramid dan juga telur, ada di spot itu. Warnanya juga bahkan merupakan warna kesukaan dia! Hitam, merah muda, merah ....     

----------------     

[1] Panel akustik merupakan material berbentuk panel peredam ruangan yang dapat mengurangi terjadinya echo (gema) dan reverbration (suara dengung) di dalam sebuah ruangan seperti studio rekaman, home theater, ruang auditorium, ruang rapat dan sebagainya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.