Inevitable Fate [Indonesia]

Belajar Membatasi Pergaulan



Belajar Membatasi Pergaulan

0Lost and lonely .. Now you've given me the will to survive     
0

When we're hungry .. Love will keep us alive     

- Love Will Keep Us Alive by Eagles -     

=============     

"Sayank, kau yakin tak ingin aku ikut masuk untuk membantumu?"     

"Tidak!"     

"Untuk sekedar menggosok punggungmu?"     

"Tidak, Ryuu! Ya ampun kau ini!"     

Lelaki itu terkekeh senang karena telah berhasil menggoda kekasihnya. Kemudian, ia pun duduk di salah satu sofa kamar tersebut sambil menunggu anak buahnya datang untuk mengambil DAW tadi.     

Ketika Reiko keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap, dia melihat sederet perangkat DAW sudah tak ada di pojok kamarnya, ia tersenyum pada Nathan Ryuu. "Kau bisa menunggu di luar kamar?"     

"Kenapa?" tanya Nathan Ryuu masih menyandarkan punggungnya dengan santai di sofa.     

"Ryuu, aku butuh berdandan dan yada yada yada." Reiko memutar matanya lagi.     

"Pfftt! Baiklah, aku hanya akan diam dan menjadi patung di sini. Aku tidak terlihat. Kau bisa berdandan dan tak perlu memikirkan aku ada di sini, oke?"     

"Ryuu!" Reiko mendelik gemas.     

"Ha ha ha, kenapa aku tak boleh memandangi calon istriku berdandan?" Nathan Ryuu menatap Reiko sambil memiringkan kepala dengan senyum terkulum.     

"Karena ... karena ...." Reiko kehilangan kata-kata yang tepat untuk merespon lelaki ini. "Astaga, Ryuu, apa kau ingin melihat aku gugup saat berdandan?"     

"Kenapa begitu?"     

"Ryuu, aku akan gugup jika dipandangi saat merias diri!"     

"Ha ha, baiklah, aku akan keluar dulu. Mungkin akan menggeledah sebentar isi kulkasmu, siapa tahu menemukan hal menarik di sana." Nathan Ryuu bangkit dari sofa.     

"Ya, itu lebih baik, Ryuu." Reiko menghela napas lega.     

Setelah lelaki Onodera keluar dari kamarnya, Reiko lekas menguncinya daripada lelaki itu tiba-tiba masuk dan mengejutkannya, itu tidak lucu. Ia ingin berdandan dengan tenang dan siapa tahu dia ingin berganti baju juga.     

Nathan Ryuu benar-benar membuka lemari es di sudut ruang apartemen Reiko. Merunduk untuk menemukan sesuatu, dia melihat ada kotak cokelat yang dia jadikan hadiah kencannya untuk Reiko.     

Terkekeh, ia pun meraih sebotol cola dingin dan membukanya sambil berjalan ke sofa ruangan tersebut.     

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Reiko untuk berdandan. Dia tidak perlu dandan heboh hanya untuk pergi makan, ya kan? Apalagi dia juga lebih nyaman dengan dandanan ala kadarnya saja. Toh dia bukan selebgramm atau selebrita apapun, tak perlu berdandan tebal dan berlebihan.     

Namun entah jika nanti dia menjadi seleb sesuatu, mungkin dia akan mulai belajar berdandan lebih serius lagi.     

Makan malam pun berlangsung dengan obrolan dan canda tawa keduanya. Di tengah-tengah itu, Reiko meraih ponselnya yang bergetar dan bersuara lirih di dalam tas kecilnya.     

Membaca siapa yang menelepon dia, ia pun mengangkatnya tanpa pergi dari bangkunya. "Yuza-kun? Ahh, iya maaf, aku kebetulan sedang makan dengan Ryuu. Kenapa? Ohh, iya, baiklah. Iya, maaf, yah!" Kemudian dia menyudahi teleponnya.     

"Kenapa Yuza meneleponmu?" Nathan Ryuu mengambil sepotong daging menggunakan sumpitnya.     

"Ohh, aku lupa kalau seharusnya malam ini aku pergi makan dengannya seperti janjiku kemarin. Tapi ternyata aku malah makan malam denganmu." Reiko menjelaskan. Ya, dia benar-benar terlupa mengenai janji dengan Yuza kemarin.     

"Hm, apa kau menyesal melewatkan makan malam dengan pemuda itu?" tanya Nathan Ryuu tanpa memandang Reiko, matanya tertuju ke hidangan di depannya yang sedang dia pilih.     

"Ryuu, apa kau sedang merajuk?" Reiko bertanya.     

"Hm?" Barulah sekarang mata itu terangkat untuk menatap Reiko. "Merajuk bagaimana? Hanya karena pemuda itu meneleponmu? Tentu saja tidak. Nah, makanlah daging ini lebih banyak. Kau terlalu kurus, Rei."     

Reiko menatap limpahan daging dari Nathan Ryuu ke mangkuk nasinya. "Kau sungguh tidak marah mengenai itu?"     

"Tidak."     

"Dan bagaimana jika aku pergi makan dengan lelaki lain?"     

"Tak mengapa, namun aku harap tidak berduaan. Aku tidak ingin cemas berlebihan mengenai itu, Rei." Mata Nathan Ryuu tajam menatap Reiko.     

Sebagai lelaki yang pernah patah hati parah sebelum ini, Nathan Ryuu tidak ingin pengalaman menyakitkan itu menimpa dirinya lagi.     

Lelaki mana yang tidak runtuh hatinya jika istri yang sangat dipuja dan dicintai ternyata mencintai lelaki lain yang merupakan anak tiri? Meski separah itu dia disakiti, namun dia dengan tulusnya tetap mencintai wanita itu dan merelakan istrinya bersatu dengan lelaki idaman.     

Bahkan dia juga turut mendukung dan membantu ketika Ruby dan anak tirinya (Vince) dalam kesulitan. Sebegitu mendalam cinta dia pada Ruby, meski hingga Ruby menerima karmanya bersama Vince, Nathan Ryuu masih mencintai dan menyimpan kenangan mereka di sudut hatinya.     

Dan dia tidak ingin remuk kembali ketika dia sudah mulai menata semua kepingan hatinya yang pernah berserakan kacau. Tapi, Reiko mungkin hanya akan mengira dia lelaki pencemburu.     

Dibalik cemburunya Nathan Ryuu, tentu ada alasan akan sikap protektif dia. Namun, Reiko tak perlu mengetahuinya. Ini merupakan aib bagi hati Nathan Ryuu.     

Reiko terdiam mendengar ucapan kekasihnya. Yah, sebagai perempuan yang telah memiliki kekasih, meski belum menjadi suami, tentunya dia harus mulai membatasi pergaulannya agar tidak terjadi salah paham antara mereka.     

Tentunya dia memahami resiko ini ketika dia menerima cinta Nathan Ryuu, dan dia sedang belajar untuk mengendalikan pergaulannya agar tidak perlu menyakiti hati Nathan Ryuu.     

"Mungkin akan lebih baik kalau kita makan malam bersama dengan Yuza-kun atau Shingo-kun. Mungkin kau juga bisa ajak Runa-chan sekalian jika dia libur." Nathan Ryuu tidak ingin terdengar terlalu pencemburu atau posesif di awal hubungan seperti ini karena tak ingin menakuti Reiko.     

"Hm, ya, nanti akan aku sampaikan ke mereka dan kita bisa menyesuaikan jadwal masing-masing. Tentunya akan lebih meriah jika lebih banyak orang, kan?" Reiko tersenyum sambil mulai mengambil nasi dan daging menggunakan sumpitnya.     

"Ya, itu memang yang aku harapkan ketika kita ingin memenuhi undangan makan malam dengan pihak lain. Aku pun juga akan berpikir seperti itu ketika aku mendapatkan undangan makan malam dari perempuan lain, Rei. Antara aku tolak, atau aku akan mengajakmu." Nathan Ryuu berucap sebelum dia mengambil cangkir tehnya untuk dia seruput.     

Reiko mungkin tidak mengetahui betapa pria Onodera ini memiliki banyak undangan makan malam oleh wanita-wanita sosialita dan rekan bisnis sejak dia bercerai, namun kala itu hatinya masih dipenuhi oleh Ruby, makanya ia akan menolak dengan sopan, kecuali ada banyak orang lainnya.     

Beberapa hari lalu pun dia juga mendapatkan undangan makan malam dari seorang pebisnis wanita dan karena ia sudah menjadikan Reiko sebagai kekasih, dia menolak undangan itu, beralasan sebaik mungkin agar tidak menyakiti hati pihak lain.     

Seseorang yang telah mengikatkan diri dan hatinya pada orang lain tentunya secara otomatis akan membatasi pergaulan dia dengan sekitarnya, ya kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.