Inevitable Fate [Indonesia]

Apakah Mereka Akan Berciuman?



Apakah Mereka Akan Berciuman?

0Now I've found you .. There's no more emptiness inside     
0

- Love Will Keep Us Alive by Eagles -     

===========     

Sesudah makan malam, Nathan Ryuu membawa Reiko berjalan-jalan sebentar di taman kompleks apartemen gadis itu, bergenggaman tangan dan berjalan pelan-pelan membawa suasana santai.     

Karena ini belum cukup malam, masih banyak orang di taman tesebut. Ada pasangan, ada pula keluarga kecil yang menikmati indahnya malam ini.     

"Rei, kapankah kau siap menjadi istriku?" tanya Nathan Ryuu ketika mereka sudah berjalan beberapa meter menyusuri jalan setapak.     

Reiko menoleh ke samping, mendapati lelaki itu juga tengah menatap dirinya. "Apakah kau terburu-buru mengenai itu, Ryuu?"     

"Mungkin. Tapi ini bukan semata karena usiaku, Rei." Lelaki itu membawa tangan Reiko yang dia genggam ke saku mantelnya agar lebih hangat. "Kau tahu, aku sudah kepala 4, namun bukan karena itu aku ingin segera memperistri kamu."     

Mendengar seksama ucapan Nathan Ryuu, Reiko sadar memang usia lelaki itu sudah memasuki 40-an tahun. Beda usia mereka mungkin saja mencapai 20 tahun atau sekitar itu, tapi menurut Reiko, lelaki di sampingnya ini sama sekali tidak nampak berusia kepala 4.     

Entah apakah Nathan Ryuu mendapatkan perawatan intensif, sehingga wajah lelaki itu masih saja terlihat belasan tahun lebih muda dari umur sebenarnya. Mungkin bahkan orang-orang tidak akan ada yang mengira usia Nathan Ryuu sudah di angka 40 lebih.     

Tadinya, Reiko juga mengira usia Nathan Ryuu sekitar 30-an ketika mereka pertama kali bertemu, hingga Bu Meguro sebagai kepala pelayan di hunian lelaki itu berterus terang mengenai umur sebenarnya Nathan Ryuu.     

Mungkin wanita yang wajahnya terlihat awet muda ada banyak di dunia ini, namun lelaki yang terlihat awet muda ... Reiko jarang mengetahuinya. Dan Nathan Ryuu termasuk di dalam daftar kelangkaan itu.     

"Jadi ... apa yang membuatmu ingin lekas menjadikan aku istrimu, Ryuu?" tanya Reiko ingin tahu, jika bukan mengenai usia lelaki itu yang mendesak ide pernikahan ini.     

"Alasan apalagi yang aku miliki selain karena aku sangat mencintaimu dan membutuhkanmu sebagai pendampingku?" Jawaban lugas dari Nathan Ryuu membuat Reiko berpaling dengan rona samar pada pipinya muncul. Kapan sih lelaki Onodera ini tidak pandai menuang kalimat manis?     

"Ehem! Jadi ... hanya itu?" Reiko berusaha menenangkan debaran di hatinya. Kenapa ketika dia merasakan cinta pertama dalam hidupnya, dia langsung mendapatkan lelaki macam Nathan Ryuu yang pandai membuat hatinya berdegup lebih kencang begini?     

"Hanya itu?" Nathan Ryuu menghentikan langkahnya dan menempatkan Reiko di hadapannya. "Apakah kau tidak puas hanya itu yang kau dapatkan dari jawabanku, Rei?"     

"E-ehh! Tidak begitu maksudku, Ryuu! Tolong ... tolong jangan salah paham dulu, aku ... aku ... astaga, kuharap kau bisa memaklumi aku yang baru pertama ini berpacaran, oke?" Reiko mencoba jujur mengakui yang ada di benaknya.     

Segera, tangan Nathan Ryuu meraih tubuh Reiko dan menenggelamkan gadis itu ke dalam pelukannya. "Aku ... aku adalah jenis orang yang akan bersungguh-sungguh dan serius ketika aku sudah menemukan apa yang aku cari, Rei." Dan itu sudah terbukti pada hubungan lalu dia dengan Ruby.     

Ketika Ruby menguasai hatinya, Nathan Ryuu tidak tergoyahkan dan terus menapaki jalan agar dia bisa selalu bersama Ruby, meski pada ujungnya, Ruby meminta pengampunan dan pengertian dia ketika wanita itu ingin bersatu dengan anak tirinya.     

Kali ini pun, karena hatinya sudah tegas memilih Reiko sebagai pasangannya, maka dia akan terus menggenggam Reiko apapun yang terjadi dan akan berusaha mempertahankan gadis ini kecuali Reiko benar-benar tidak menginginkannya.     

"Ryuu ...." Reiko menghirup aroma maskulin di dada lelaki Onodera itu dan secara aneh, hatinya merasa tentram. "Aku ... aku masih terlalu muda untuk menikah," lirihnya sambil mendongak menautkan tatapan mereka berdua. "Apakah kau bersedia menunggu aku siap untuk itu?"     

"Tentu saja. Selama hatimu selalu padaku, maka berapa pun tahun yang harus kita lalui, aku akan selalu menunggumu," balas Nathan Ryuu sembari memperdalam tatapannya kepada Reiko. Kenapa dia menekankan kata 'hatimu' dan bukan 'hati kita', karena lelaki ini sudah sangat meyakini seperti apa hati dia kepada Reiko.     

Setelah ini, dia takkan tergoyahkan oleh apapun selain Reiko saja.     

Mendengar ucapan Nathan Ryuu, Reiko lega dan mengangguk beserta senyum menyertai di wajah cantiknya. "Maaf, yah Ryuu ... aku harus membuatmu menunggu. Karena ... aku masih ingin mengejar mimpi dan apapun yang ada di luar sana, seperti pekerjaan dan mungkin juga karir."     

"Tidak masalah. Aku memercayai diriku sebagai lelaki penyabar, Rei," balas Onodera Ryuzaki dengan tersenyum pula.     

Tangan tuan muda itu membelai rambut panjang Reiko yang ditiup angin, menyisirnya pelan-pelan sambil menepis rambut yang menempel di pipi Reiko. "Kamu sangat cantik, Rei."     

"Um ... terima kasih atas pujianmu." Reiko tersipu namun masih tetap menautkan tatapan mereka. "Apakah alasan itu yang membuat kamu melamarku?"     

"Tentu saja tidak seluruhnya karena kau cantik."     

"Oh ya? Lalu karena apa lagi, kalau boleh tahu?"     

"Wah, sepertinya ada yang ingin dirayu saat ini."     

"Tsk! Siapa bilang? Aku ... aku hanya penasaran."     

"Kau yakin ingin tahu?"     

"Umh!"     

"Bagaimana jika pernyataanku tidak memuaskan hatimu?"     

"Maka ... aku akan menyuruhmu untuk mengedit pernyataan itu!"     

"Ha ha ha, Rei ... kau memang gadis yang menyenangkan hati."     

"Jadi ... masih tak mau bicara?"     

"Baiklah, baiklah, aku akan memikirkan kalimat terbaik dulu agar aku tak perlu mengeditnya."     

Reiko tertawa kecil akan kata-kata kekasihnya. Di hatinya pun, Nathan Ryuu merupakan lelaki yang menyenangkan hati.     

"Hm, oke ... aku jatuh cinta padamu ... mungkin karena ... keteguhanmu. Mungkin juga karena terpikat dengan daya juangmu tak kenal lelah meski apapun yang mencoba menghempaskanmu. Aku terpesona dengan kemandirianmu, dan itu membuatku semakin ingin melindungi dan merawatmu sebaik mungkin."     

Kalimat itu terurai dari mulut tuan muda Onodera dengan lancar sambil mata mereka terus bertaut. Lelaki ini benar-benar mengungkapkan apa yang memang ada di benaknya.     

"Tentunya, cantiknya dirimu adalah bonus dan keberuntungan yang aku dapatkan," imbuh tuan muda Onodera. "Kau begitu kuat hati dan tekad, juga gigih memperjuangkan sesuatu yang kau yakini, selain itu ... kau juga sopan dan baik."     

Kepala Reiko menunduk saat dia selesai mendengar alasan kenapa pemuda yang masih memeluknya ini jatuh cinta pada dirinya. Ia tersipu, tak mengira akan mendapatkan jawaban semacam itu.     

"Ahh! Tapi bagian sopan tadi ... aku sedikit bertanya-tanya, apakah melarikan diri dari rumahku dan membohongiku dengan nama palsu itu termasuk sopan?" celetuk si pemuda.     

Reiko membeku dan mendongak kembali untuk menemukan pria di depannya sudah terkekeh santai. "Ryuu, kau ini ...."     

"He he he, tak mengapa. Aku bisa memaklumi sikapmu yang itu. Mungkin kau masih waswas pada aku yang merupakan sosok asing bagimu sehingga kau melakukan hal-hal tadi. Yah, ini juga yang aku suka darimu, dimana kau masih memiliki kewaspadaan akan sekitarmu."     

"Maafkan aku mengenai yang dulu itu, Ryuu ...." Reiko menenggelamkan wajahnya ke dada Nathan Ryuu.     

"Sudah kukatakan, tidak mengapa, sayank. Yang penting, sekarang kita bisa bersatu begini, aku lega dan tenang." Kemudian, tangan lelaki itu mengelus kepala Reiko sebelum menaikkan dagu gadis itu. "Selalulah memegang hatiku, jangan lepaskan, karena aku juga akan melakukan hal sama, Rei ...."     

Nathan Ryuu merunduk sedikit ke wajah Reiko. Apakah mereka akan berciuman?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.