Inevitable Fate [Indonesia]

Percakapan Tentang Sortbank



Percakapan Tentang Sortbank

0Oh you are amazing .. Amazing to me     
0

Baby you are amazing to me     

- You Are Amazing by Marnix Emanuel -     

==========     

Setelah Reiko, Enma dan Tokiya mengolesi permukaan kue dengan krim, giliran Rukia dan Ino menghias kue-kue tadi dengan berbagai pernik sehingga kue pun terlihat cantik. Kemudian, Tokiya akan mulai memasukkan kue-kue tadi ke kotak karton yang tersedia untuk dikirim ke berbagai toko lainnya atau ke kantor yang sudah memesan.     

"Reiko-chan, yuk makan siang!" ajak rekan-rekan grupnya karena ini sudah jam setengah 12 siang.     

Karena mereka sudah menuntaskan tugas kue pertama mereka, maka tak ada salahnya jika bersama-sama mengambil jam makan siang sekarang juga.     

Magnifico tidak kaku dalam menerapkan jam rehat untuk pegawainya. Mereka sendiri yang harus mengelola itu, apakah ingin membagi 60 menit itu sekaligus, atau dalam 2 atau 3 kali rehat.     

Tentu saja, akan ada cctv yang mengawasi pekerjaan mereka semua di 2 lantai.     

"Sebenarnya, roti-roti kita akan dikirim ke mana saja, yah? Ada yang dipajang di etalase, ada juga yang dikemas seperti tadi." Reiko penasaran sejak kemarin dan akhirnya sekarang teringat lagi.     

Saat ini mereka sudah mulai makan nasi kotak di rooftop seperti biasa.     

"Ohh, roti kita ada yang dikirim ke beberapa toko roti kecil, ada pula yang ke instansi pemerintah dan swasta." Tokiya menjawab.     

"Ehh, ada juga yang dikirim ke rumah sakit, kan?" Enma menambahkan.     

"Ya, benar, ada beberapa rumah sakit besar yang menerima roti kita untuk dijual di sana." Rukia ikut menjawab. "Ehh, aku dengar malah ada salah satu kantor terbesar di Jepang yang kini ikut membeli roti kita secara harian."     

"Kantor apa itu?" tanya Tokiya dengan wajah ingin tahu karena dia belum mendengar berita yang ini.     

"Sortbank Group." Kali ini Ino yang menjawab.     

"Sortbank? Kau yakin, Ino-san?" Mulut dan mata Tokiya membelalak takjub.     

"Aku kurang yakin apa jika aku menerima kabar ini dari Akeno-san." Ino membalas tatapan Tokiya.     

"Tunggu, Sortbank Group ... sepertinya aku pernah mendengar itu." Reiko mengerutkan dahinya.     

"Astaga, Reiko-san, kau ini hidup di mana selama ini? Kenapa tak tahu apa itu Sortbank Group?" Tokiya sampai ingin menjambak rambut Reiko saking gemasnya.     

"Ehh? Aku ... aku kurang mengikuti berita bisnis, he he ...." Reiko tersipu malu, ketahuan dia tidak ambil peduli pada hal-hal yang berbau perusahaan di Jepang ini.     

"Itu merupakan salah satu perusahaan raksasa di Jepang! Atau bisa disebut perusahaan induk konglomerat multinasional Jepang yang kantor pusatnya ada di Minato. Grup itu terutama berinvestasi di perusahaan yang beroperasi di sektor teknologi, energi, dan keuangan." Tokiya secara berapi-api menjelaskan.     

"Itu juga katanya menjalankan Vision Fund, dana modal ventura terbesar di dunia yang berfokus pada teknologi, dengan modal lebih dari $100 miliar," sambung Enma.     

"Dan didukung oleh dana kekayaan negara dari negara-negara di Timur Tengah. Benar, kan?" Rukia menambahkan.     

Yang lainnya mengangguk.     

"Kalian harus tahu, Sortbank ini dikenal karena pemimpinan sekaligus pendirinya, yaitu Onodera Shigeru yang hebat!" Tokiya masih melanjutkan.     

"Tapi bukankah dia sudah digantikan salah satu putranya?" Enma menoleh ke Tokiya.     

"Ah, ya benar. Onodera Ryuzaki!" Tokiya teringat. "Anaknya menggantikan baru beberapa tahun ini, entah apakah dia sehebat ayahnya. Akan sia-sia saja jika tidak."     

"Ya, bayangkan saja sebuah perusahaan raksasa yang beroperasi di broadband, telekomunikasi fixed-line, e-commerce, teknologi informasi, keuangan, media dan pemasaran. Jika sampai dikelola dengan buruk oleh penerusnya, aku yakin Tuan Shigeru akan mati berdiri." Rukia menambahkan.     

"Apalagi SortBank pernah menduduki peringkat di Forbes Global 2000 sebagai perusahaan publik terbesar ke-36 di dunia, dan perusahaan publik terbesar kedua di Jepang setelah Toyota." Tokiya sepertinya mengagumi perusahaan tersebut.     

Sementara rekan-rekan grupnya berceloteh mengenai Sortbank, Reiko malah menatap bingung ke mereka karena dia benar-benar tidak mengikuti berita bisnis apapun selama ini.     

"Aku dengar CEO Sortbank yang baru ini sangat tampan!" Enma mulai menampakkan wajah fan-girling.     

"Ahh, Enma-san selalu yang terdepan untuk urusan lelaki tampan, ha ha!" goda Rukia.     

"Hee? Memangnya kau tidak senang melihat wajah tampan, Rukia-san?" balas Enma dan kedua gadis itu pun tertawa cekikikan.     

"Hm, aku masih tak percaya penerus baru ini sehebat ayahnya." Tokiya menggelengkan kepalanya.     

"Ano ... berarti ... roti kita sekarang juga dibeli oleh pihak Sortbank? Kita ... memasok roti ke mereka secara harian?" Reiko bertanya.     

Semua mengangguk. Ino menjawab, "Ya, itu yang aku dengar dari Akeno-san kemarin. Ini sebuah terobosan luar biasa untuk Magnifico."     

"Wuaahh! Gaji kita pasti akan dinaikkan sebentar lagi!" Tokiya mulai berangan-angan. "Aku bertanya-tanya, hendak membeli motor atau mobil, yah?"     

Mereka pun mulai menggoda Tokiya mengenai angan-angannya. Sedangkan Reiko secara tenang menghabiskan makanannya. Dia sama sekali tak paham mengenai Sortbank, bahkan nama penerus.     

Padahal, penerus Sortbank yang dibicarakan rekan-rekannya itu telah mencium bibir Reiko tadi malam.     

SortBank Group Corp. Ahh, Reiko mana tahu mengenai itu. Dia bisa makan hari ini saja sudah bersyukur, tanpa perlu mengerti seluk-beluk perusahaan apapun di negeri yang kini menghasilkan 240 lebih anime dalam setiap tahunnya.     

Ketika Reiko dan yang lainnya sudah menyelesaikan makan siang mereka, kelompok baru memasuki rooftop.     

"Reirei!" Terlihat, Erina melambai ke Reiko dan kemudian dia menarik tangan Yuza untuk menghampiri Reiko. "Reirei, kenapa makan duluan? Tidak menungguku?" Gadis itu berlagak cemberut.     

"A-aha ha ha ... maaf, Erina-san, kebetulan grupku sudah selesai lebih dulu dan kami makan bersama." Reiko jadi tak enak hati.     

"Reiko-chan, kau akan langsung bekerja lagi setelah ini?" tanya Yuza dengan wajah memelas. Sudah berapa kali dia kehilangan momen bisa berduaan dengan Reiko? Padahal dulu ketika Reiko masih menjadi pegawainya di lapak takoyaki, dia dengan mudah memonopoli Reiko untuk dirinya sendiri.     

Ahh, kalau sudah begitu, rasanya Yuza sangat menyesal tidak sejak dulu dia menyatakan perasaannya ke Reiko.     

"Temani kami makan, yah!" pinta Erina ke Reiko.     

Permintaan Erina disambut gempita oleh Yuza di hatinya. Kadang, perempuan cerewet dan pemaksa seperti Erina memang ada untungnya juga dijadikan sekutu. Di pihak Reiko, permintaan itu membuat dia dilema.     

"Ano ...." Reiko bingung.     

"Kau tak perlu makan, hanya duduk saja sambil menyelesaikan jam rehatmu bersama kami. Boleh?" Erina menatap penuh harap.     

"Maaf, Erina-san, bukannya ingin mengecewakanmu, tapi setelah ini aku harus mengajari Reiko-san hal-hal baru." Mendadak, Ino berbicara, tentu dengan senyum terbaik agar Erina tidak tersinggung.     

"Wah, harus berlatih lagi, yah!" Erina tampak sedih, tapi lekas tergantikan dengan senyum mentarinya. "Ya sudah, tak apa! Kapan-kapan saja kita mengobrol, yah! Yu-kun, ayo lekas cari tempat duduk yang paling nyaman!" Ia menjepit lengan Yuza dan menarik lelaki itu. "Paipai, Reirei!"     

Yuza menatap penuh nelangsa ke Reiko sambil tangannya diseret Erina. Namun, ketika dia melihat Shingo mulai memasuki rooftop, ia berteriak sambil melepaskan diri dari belitan lengan Erina. "O-Ossan! Oiii! Ossan! Kau sudah rehat!" Ia berlari ke Shingo dan berlagak menempel ke lelaki itu.     

"Tsk! Kau pengganggu, sana pergi! Pergi ke fansmu, itu!" usir Shingo. Yuza menangis darah di hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.