Inevitable Fate [Indonesia]

Mempertimbangkan Ajakan



Mempertimbangkan Ajakan

0We steppin' out .. Czennies tell us right (kita melangkah keluar, Czennies mengatakan kebenaran)     
0

Hot like the sun .. urin jom shini na (panas bagai mentari, kita pun bersemangat)     

- Work It by NCT U -     

============     

Usai makan siang, Reiko kembali menekuni pekerjaannya. Kali ini mereka harus membuat paket kotak cupcake yang akan dikirim ke berbagai instansi dan pemesan.     

Memikirkan ini, mau tak mau ingatan Reiko kembali ke pembahasan mengenai SortBank Group. Dari apa yang dijabarkan rekan-rekan grupnya mengenai perusahaan tersebut, sepertinya SortBank sangat digdaya di Jepang ini.     

Jika setiap harinya perusahaan itu memesan roti mereka, minimal 100 paket dari 1 jenis saja, bukankah itu sangat luar biasa? Betapa kuatnya perusahaan tersebut.     

Saat ini, Magnifico termasuk toko roti yang menanjak naik di Tokyo. Roti Magnifico sudah masuk ke beberapa konbini, dan juga ada cabang kecil di beberapa Mall di Tokyo dan sekitarnya. Lalu, yang masuk ke instansi pun ada, dari rumah sakit, sekolah, kantor pemerintah dan juga swasta.     

Tidak heran jika produksi besar-besaran terjadi di tempat Reiko bekerja ini. Memasok produk ke begitu banyak pihak, mana mungkin tidak membutuhkan tempat dan tenaga kerja secara masif?     

Sedikit banyak, Reiko bangga bisa bekerja di tempat ini. Dan ujung dari pemikirannya adalah ... dia sangat berterima kasih pada kekasihnya yang telah memperkenalkan dia pada tempat hebat ini.     

Ah, memikirkan lelaki itu, benak Reiko tidak bisa tidak mengingat apa yang terjadi tadi malam di taman apartemen.     

"Reiko-san? Reiko-san? Reiko-san!" Sayup-sayup terdengar suara memanggil Nona Arata. Hingga akhirnya suara itu secara bulat menyentak kesadaran Reiko.     

"Hah?!" Reiko lekas tersadar. Ia melihat Enma yang geleng-geleng kepala.     

"Mau sampai kapan kau membiarkan mixer-nya bekerja? Aku khawatir mixer itu akan pusing berat hingga vertigo karena terlalu lama berputar." Enma menahan tawanya.     

"O-ohh!" Reiko makin sadar akan apa yang terjadi dan dia lekas mematikan mesin mixer di dekatnya. Untung saja adonan di dalamnya tidak kenapa-kenapa. "Gomen![1] Gomennasai![2]" Reiko sampai ber-ojigi beberapa kali ke Enma.     

"Hi hi hi, tidak apa-apa Reiko-san. Tak perlu sesungkan itu." Enma menepuk ringan lengan Reiko sambil tertawa kecil. "Memangnya kau sedang melamunkan apa, sih?"     

"Aku ... aku sedang berpikir mengenai para pemesan roti kita ini, Enma-san. Aku sibuk berpikir betapa hebatnya toko roti ini sampai bisa memasok pihak-pihak luar biasa, bahkan seperti SortBank." Ia secara jujur mengakuinya.     

"Darou![3]" Enma tersenyum, seakan ikut bangga seperti yang dirasakan Reiko.     

"Umh!" Reiko mengangguk tegas dengan mengulum senyum, lalu meneruskan tugasnya. Kali ini dia bertugas menuang bahan-bahan cupcake ke mixer besar yang nanti akan dioper ke Enma untuk diproses ke cup cetakannya.     

Reiko fokus kembali menuang mentega tawar dan gula serta perisa vanila ke dalam mixer dan menunggu sampa warnanya pucat, kemudian menambahkan telur satu demi satu sampai tercampur rata dan mencapai kekentalan yang tepat.     

Setelah itu, Reiko harus menambahkan tepung terigu pula ke mixer tadi dan membubuhkan sedikit baking powder, lalu menuang susu cair sedikit demi sedikit sambil mengatur mixer di level putar paling rendah, dan kemudian dia akan menyerahkan hasilnya ke Enma.     

Nantinya, ketika Enma sudah sibuk menuang adonan kental cair itu ke cup cetakan, Reiko akan membuat krim untuk topping-nya. Setelah itu, ia bisa membantu Enma menghias cupcake tadi dengan krim.     

Kali ini, grupnya membuat 2 macam cupcake. Enma dan Reiko membuat Vanila Cupcake, sedangkan Rukia dan Ino membuat Muffin Almond Choco Chips. Tokiya akan menjadi orang yang bertugas memasukkan nampan-nampan berisi cupcake cair ke dalam oven dan mengambilnya setelah selesai dipanggang.     

"Ini dia, silahkan, ladies!" Tokiya menyerahkan cupcake yang sudah matang dari oven ke Enma dan Reiko lagi untuk mulai diberi krim hias.     

Pekerjaan ini menyenangkan bagi Reiko. Meski begitu, mereka tidak berani terlalu banyak bercanda atau mengobrol saat jam kerja karena ada cctv yang selalu memantau gerak-gerik mereka di ruangan itu.     

Setelah cupcake dihias dan semua tahap telah tuntas, maka tugas Tokiya pula untuk memasukkan roti-roti tadi ke dalam kardus karton cantik yang bisa memuat 6 cupcake sekaligus. Sementara Tokiya bekerja, yang lainnya mulai membereskan alat-alat dan membersihkan sampai tak ada apapun yang tertinggal di sana.     

"Wah, tidak terasa ini sudah jam setengah 7." Reiko menatap jam dinding di ruangannya. "Kalau bekerja penuh fokus itu memang membuat kita lupa waktu, yah!"     

"Ha ha, iya! Tau-tau sudah hampir waktunya pulang." Rukia mengemasi sampah mereka dan menyerahkan ke Tokiya untuk diangkut keluar, dimasukkan ke tong sampah besar di samping toko. "Nih, Tokiya-san. Yoroshiku onegaishimasu!" Ia menyodorkan plastik besar berisi sampah ke Tokiya.     

"Baik!" Tokiya tersenyum dan menerima kantong plastik sampah dari tangan Rukia dan mulai berjalan keluar dari ruangan luas tersebut.     

Sebagai satu-satunya lelaki di grup itu, Tokiya sama sekali tidak keberatan mengerjakan yang berat-berat. Dia memiliki banyak adik perempuan, maka dari itu dia tidak tega jika rekan perempuannya melakukan pekerjaan berat.     

Situasi di ruang kerja sudah mulai lenggang. Ada grup yang sudah pulang sejak tadi karena telah menyelesaikan pekerjaan mereka lebih cepat. Dan jam pulang adalah jam 7 malam. Lembur jarang ada di Magnifico, kecuali ada pesanan khusus dan harus dibuat secara kolosal hari itu juga.     

"Reiko-san, ayo ke loker," ajak Rukia. Reiko mengangguk dan berjalan dengan yang lainnya ke loker khusus perempuan. Reiko sudah tak sabar ingin lekas sampai di apartemen dan mandi setelah seharian bekerja dan berkeringat.     

"Reirei, kau mau langsung pulang?" Mendadak, Erina sudah menempel ke Reiko setibanya di loker perempuan.     

"Eh, iya." Reiko mengangguk.     

"Bagaimana kalau makan bersamaku? Nanti setelah itu kita bisa ke karaoke! Bersenang-senang sedikit usai lelah bekerja, tentu tidak salah, kan?" Erina memandang penuh harap ke Reiko.     

Duh, bagaimana ini? Dia adalah jenis orang yang susah menolak permintaan orang lain, terutama yang menatap penuh harap seperti Erina saat ini.     

----------------     

[1] Gomen = 'maaf' dalam bahasa Jepang. Biasa diucapkan pada orang yang sudah akrab atau yang seumuran. Ini termasuk kata non-formal. Ada juga 'gomenne' yang juga berarti 'maaf', tapi biasanya diucapkan pada sesama perempuan saja. Kalau lelaki mengucapkan itu sedikit terdengar aneh meski boleh saja.     

[2] Gomennasai = 'sungguh minta maaf' atau 'mohon maaf'. Ini adalah bentuk lengkap dan formal dari 'gomen'. Meski formal, tapi penggunaannya hanya pada teman dan keluarga saja, seperti anak pada orang tua ketika ditegur.     

[3] Darou selain digunakan untuk menyatakan suatu kemungkinan, namun juga bisa dipakai sebagai tag question untuk meminta persetujuan dari lawan bicara, seperti yang dilakukan Enma. Darou-nya Enma berarti: 'ya kan'.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.